Terparah 29 Tahun! Sehari, Harga Minyak Anjlok 10% Lebih

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
09 March 2020 10:10
Harga minyak turun lebih dari 10%
Foto: REUTERS/Leonhard Foeger
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak Dunia dan sekutunya (OPEC+) gagal mencapai kesepakatan pada pekan lalu, harga minyak langsung anjlok. Pagi ini, kontrak minyak mentah ditransaksikan merosot tajam setelah Arab dikabarkan mendiskon harga minyak ekspornya.

Pada perdagangan awal pekan ini Senin (9/3/2020), harga minyak mentah anjlok lebih dari 10% dalam sehari dan menjadi koreksi harian yang terdalam sejak 1991 dan menjadi level terendah sejak 24 Februari 2016.

Harga minyak Brent anjlok ke US$ 33,89/barel atau turun 11,38%, sementara harga minyak mentah acuan AS yakni WTI melorot 10,66% ke level US$ 30,62/barel.


Pekan lalu OPEC dan aliansinya Rusia mengadakan pertemuan di Vienna untuk membahas kebijakan produksi minyak grup tersebut sebagai upaya untuk merespons dampak dari corona yang membuat permintaan minyak turun.

Arab Saudi sebagai pimpinan OPEC mengusulkan pemangkasan produksi minyak lebih dalam sebesar 1,5 juta barel per hari (bpd). OPEC akan menanggung 1 juta bpd sementara Rusia dkk diminta berkontribusi sebesar 500.000 bpd. Namun Rusia menolak usulan itu dan pertemuan OPEC+ tak menghasilkan kesepakatan apa-apa.

"Mulai 1 April kita mulai bekerja tanpa memedulikan kuota atau pengurangan yang sudah ada sebelumnya," kata Menteri Energi Rusia Alexander Novak kepada wartawan pada pertemuan OPEC +, Jumat.

Arab Saudi secara mengejutkan justru mendiskon harga minyak ekspornya sebesar 10% di tengah kondisi seperti sekarang ini pada Sabtu (7/3). Hal ini seolah mengindikasikan Arab yang mulai menabuh genderang perang harga dengan Rusia.

"(Harga) minyak bisa mencapai US$ 20 (atau sekitar RP 280 ribu) pada tahun 2020 akan terjadi," kata Ali Khedery, mantan penasihat senior Timur Tengah Exxon di Twitter-nya, Minggu.


Sejalan dengan Khedery, analis komoditas di Emirates NBD Edward Bell, juga mengatakan upaya penghentian pemangkasan minyak oleh OPEC + berpotensi menyebabkan banjir pasokan. Bahkan hingga perang harga di tengah upaya untuk meningkatkan output secara besar-besaran.

"Jika anggota OPEC + memilih untuk meningkatkan output dari Q2 dan seterusnya, gelombang minyak akan dilepaskan ke pasar," tambah Bell. "Kami memperkirakan Arab Saudi, Uni Emirat Arab/UEA, dan produsen besar lainnya dalam OPEC akan meningkatkan produksi selama sisa tahun 2020 karena mereka kembali ke strategi pangsa pasar dan bukannya penargetan harga."

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]




(twg/tas) Next Article OPEC+ Bakal Pangkas Produksi Lagi, AS Didesak Berkontribusi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular