Terhempas Corona dan Isu Resesi, Rupiah Loyo Lagi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 March 2020 08:07
Terhempas Corona dan Isu Resesi, Rupiah Loyo Lagi
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Faktor pemberat langkah rupiah apa lagi kalau bukan penyebaran virus corona yang semakin masif.

Pada Senin (9/3/2020), US$ 1 dihargai Rp 14.240 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Seiring perjalanan, rupiah semakin lemah. Pada pukul 08:02 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.260 di mana rupiah melemah 0,28%.

Sepanjang minggu kemarin rupiah berhasil menguat 0,84% di hadapan greenback. Memasuki pekan yang baru, sepertinya rupiah tidak bisa sekuat itu.


Pasalnya, pelaku pasar (dan seluruh dunia) dibuat cemas bukan main oleh penyebaran virus corona. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pukul 07:03 WIB, kasus corona di seluruh dunia mencapai 109.839. Korban jiwa kian bertambah menjadi 3.803.

Berbagai negara melakukan langkah antisipasi untuk meredam penyebaran virus yang berasal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut. Di AS, Negara Bagian New York sudah memberlakukan kondisi darurat. Maklum, saat ini jumlah kasus corona di Negeri Paman Sam naik menjadi 541 dengan korban jiwa sebanyak 21 orang.

Bahkan US National Institutes of Health menyarankan agar warga AS menjauhi kerumunan. Langkah ini perlu dilakukan agar virus tidak semakin menyebar di mana sekarang sudah lebih dari separuh dari total 50 negara bagian di AS sudah melaporkan kasus virus corona.

"Saya tidak membayangkan isolasi atau penutupan kota seperti di China atau negara-negara lain bisa dilakukan di AS. Namun pemikiran soal menjauh dari kehidupan sosial adalah sesuatu yang perlu dipertimbangkan secara serius. Jika Anda adalah seorang manula dengan kondisi tertentu, mungkin Anda harus berpikir dua kali untuk bepergian dengan pesawat terbang, melakukan perjalanan jauh, atau jangan naik kapal pesiar," papar Anthony Fauci, Kepala Unit Penyakit Menular di National Institutes of Health dalam acara Meet the Press yang disiarkan oleh NBC, seperti dikutip dari Reuters.



Sebelumnya, pemerintah China sudah menutup akses ke Kota Wuhan dan beberapa daerah lainnya. Italia juga melakukan hal yang sama di wilayah Lombardy dan 14 provinsi. Sementara pemerintah Jerman mendesak agar segala acara yang mengundang lebih dari 1.000 orang dibatalkan.

"Ini termasuk yang terkait dengan kehidupan keseharian Anda. Apakah itu clubbing, acara ulang tahun, atau rapat-rapat," kata Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn, sebagaimana diberitakan Reuters. Saat ini jumlah kasus corona di Jerman adalah 1.040, belum ada korban jiwa.


Langkah-langkah pencegahan penyebaran virus corona yang dilakukan berbagai negara tersebut tentu akan berdampak ke sektor ekonomi. Aktivitas masyarakat yang terbatas akan membuat roda perekonomian berjalan lambat, bahkan mungkin berhenti sama sekali.

Oleh karena itu, risiko perlambatan ekonomi rasanya sudah tidak mungkin dihindari. Bahkan kemungkinan resesi mulai jadi bahan pembicaraan.

Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 3% menjadi 1,5% pada 2020. "Itu bahkan bukan skenario terburuk," ujar Laurence Boone, Kepala Ekonom OECD, seperti diwartakan Reuters.


Dihantui oleh perlambatan ekonomi (bahkan resesi), investor tentu enggan menyentuh aset-aset berisiko di negara berkembang. Minimnya arus modal yang masuk ke pasar keuangan Asia membuat rupiah dan mata uang Asia lainnya melemah.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:05 WIB:





TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular