
Jokowi, BI, The Fed, & Corona Warnai Rupiah Pekan Ini
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 March 2020 16:21

Akan tetapi, dolar AS yang sempat tertekan akibat pemangkasan suku bunga acuan pulih dengan cepat. Ini membuat rupiah goyah dan kembali melemah.
Ditambah lagi kecemasan terhadap penyebaran virus corona semakin membesar. Pertumbuhan kasus baru di China memang melambat, tetapi di luar China lajunya menanjak.
Virus corona membuat aktivitas masyarakat menjadi terhambat. Pabrik-pabrik berhenti produksi karena karyawan dipulangkan, pariwisata sepi karena pelancong tidak berani plesiran, ekspor-impor lesu karena aktivitas di pelabuhan berkurang.
Institute of International Finance yang berbasis di Washington memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2020 akan mendekat 1%. Jauh dibandingkan pencapaian 2019 yaitu 2,6%.
Dana Moneter Internasional (IMF) sampai memberi wanti-wanti bahwa virus corona akan menghapus seluruh optimisme pada 2020. Pertumbuhan ekonomi dunia akan mencapai titik terendah sejak krisis 2008-2009.
"Pertumbuhan ekonomi global akan melambat sampai ke bawah pencapaian tahun lalu. Namun sampai kapan perlambatan akan terjadi masih sulit untuk diprediksi," kata Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF, seperti diberitakan Reuters.
Dihantui oleh ancaman perlambatan ekonomi yang sangat nyata, investor mana yang berani mengambil risiko? Memang sangat wajar jika aset-aset di pasar keuangan Asia dijauhi dulu. Akibatnya, rupiah melemah masing-masing 0,35% dan 0,42% dalam dua hari perdagangan terakhir.
Dengan berbagai dinamika tersebut, rupiah masih mampu mencatatkan penguatan 0,84% secara mingguan. Rupiah bergerak searah dengan mata uang utama Benua Kuning lainnya yang mayoritas menguat di hadapan dolar AS.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia sepanjang pekan ini:
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Ditambah lagi kecemasan terhadap penyebaran virus corona semakin membesar. Pertumbuhan kasus baru di China memang melambat, tetapi di luar China lajunya menanjak.
![]() |
Virus corona membuat aktivitas masyarakat menjadi terhambat. Pabrik-pabrik berhenti produksi karena karyawan dipulangkan, pariwisata sepi karena pelancong tidak berani plesiran, ekspor-impor lesu karena aktivitas di pelabuhan berkurang.
Institute of International Finance yang berbasis di Washington memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2020 akan mendekat 1%. Jauh dibandingkan pencapaian 2019 yaitu 2,6%.
Dana Moneter Internasional (IMF) sampai memberi wanti-wanti bahwa virus corona akan menghapus seluruh optimisme pada 2020. Pertumbuhan ekonomi dunia akan mencapai titik terendah sejak krisis 2008-2009.
"Pertumbuhan ekonomi global akan melambat sampai ke bawah pencapaian tahun lalu. Namun sampai kapan perlambatan akan terjadi masih sulit untuk diprediksi," kata Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF, seperti diberitakan Reuters.
Dihantui oleh ancaman perlambatan ekonomi yang sangat nyata, investor mana yang berani mengambil risiko? Memang sangat wajar jika aset-aset di pasar keuangan Asia dijauhi dulu. Akibatnya, rupiah melemah masing-masing 0,35% dan 0,42% dalam dua hari perdagangan terakhir.
Dengan berbagai dinamika tersebut, rupiah masih mampu mencatatkan penguatan 0,84% secara mingguan. Rupiah bergerak searah dengan mata uang utama Benua Kuning lainnya yang mayoritas menguat di hadapan dolar AS.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia sepanjang pekan ini:
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular