
Jokowi, BI, The Fed, & Corona Warnai Rupiah Pekan Ini
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 March 2020 16:21

Namun 'obat kuat' dari BI itu tidak bertahan lama. Pada 3 Maret, rupiah mengakhiri perdagangan pasar spot dengan depresiasi 0,11% terhadap dolar AS. Kekhawatiran investor terhadap penyebaran virus corona yang kian masif (terutama di luar China) menjadi penyebabnya.
Pada 4 Maret, nasib rupiah berubah drastis. Kala itu, rupiah menguat seharian dan menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi signifikan yaitu 1,16%. Rupiah sah menjadi numero uno di Asia.
Saat itu, penopang penguatan rupiah lebih karena faktor eksternal. Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) secara mengejutkan memangkas suku bunga acuan 50 basis poin ke 1-1,25%. Keputusan in diambil dalam rapat darurat tak terjadwal, karena semestinya pertemuan Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) baru berlangsung pada 17-18 Maret.
Apalagi pemotongan Federal Funds Rate langsung 50 bps dalam sekali rapat. Ini menjadi penurunan lebih dari 25 bps pertama sejak Desember 2008, kala Negeri Paman Sam bergelut dengan krisis ekonomi.
Penurunan suku bunga acuan membuat berinvestasi di instrumen berbasis dolar AS (terutama di aset berpendapatan tetap seperti obligasi) kurang menarik. Akibatnya, arus modal menjauh dari dolar AS dan hinggap ke Asia yang masih menawarkan imbalan menarik. Tujuan utama pelaku pasar adalah Indonesia.
(aji/aji)
Pada 4 Maret, nasib rupiah berubah drastis. Kala itu, rupiah menguat seharian dan menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi signifikan yaitu 1,16%. Rupiah sah menjadi numero uno di Asia.
Saat itu, penopang penguatan rupiah lebih karena faktor eksternal. Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) secara mengejutkan memangkas suku bunga acuan 50 basis poin ke 1-1,25%. Keputusan in diambil dalam rapat darurat tak terjadwal, karena semestinya pertemuan Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) baru berlangsung pada 17-18 Maret.
Penurunan suku bunga acuan membuat berinvestasi di instrumen berbasis dolar AS (terutama di aset berpendapatan tetap seperti obligasi) kurang menarik. Akibatnya, arus modal menjauh dari dolar AS dan hinggap ke Asia yang masih menawarkan imbalan menarik. Tujuan utama pelaku pasar adalah Indonesia.
(aji/aji)
Next Page
Gegara Corona, Rupiah Kendur Lagi
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular