
Jokowi, BI, The Fed, & Corona Warnai Rupiah Pekan Ini
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 March 2020 16:21

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat sepanjang pekan ini. Rupiah sebenarnya lebih banyak melemah kalau dilihat secara harian, tetapi penguatan yang agak jarang terjadi itu cukup signifikan.
Sepanjang minggu ini, rupiah menguat 0,84% di hadapan greenback. Mengawali pekan di Rp 14.340/US$, rupiah finis di Rp 14.220/US$.
Pada hari pertama pekan ini, rupiah ditutup menguat 0,77%. Rupiah sempat melemah nyaris seharian, tetapi kemudian berhasil menguat.
Kala itu, rilis data inflasi Februari 2020 tidak banyak membantu mata uang Tanah Air. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Februari sebesar 0,28% secara bulanan (month-on-month/MoM). Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) adalah 2,98% dan inflasi inti tahunan di 2,76%.
Realisasi ini relatif sejalan dengan ekspektasi pasar. Sebelumnya, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,22% MoM. Kemudian secara tahunan diperkirakan terjadi inflasi 2,91% dan inflasi inti tahunan diproyeksi 2,84%.
Hari itu, rupiah nyaris tertekan seharian karena ada pengumuman mengejutkan dari Istana. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa Indonesia sudah disusupi oleh virus corona. Indonesia mencatatkan kasus corona perdana, bahkan langsung ada dua pasien.
Rupiah pun sempat melemah sampai ke kisaran Rp 14.400/US$. Kepanikan melanda pasar, karena sebelumnya Indonesia sudah agak lama 'kebal' dari virus yang berasal dari Kota Wuhan (China) tersebut.
Namun Bank Indonesia (BI) 'turun gunung' dan menjadi penyelamat. Selepas rehat makan siang, Gubenur Perry Warjiyo dan kolega mengumumkan lima kebijakan baru untuk menyokong stabilitas perekonomian nasional dari serangan virus corona.
Setelah pengumuman dari MH Thamrin, rupiah langsung berbalik arah ke zona hijau. Rupiah ditutup menguat 0,56% dan jadi salah satu mata uang terbaik di Asia.
Sepanjang minggu ini, rupiah menguat 0,84% di hadapan greenback. Mengawali pekan di Rp 14.340/US$, rupiah finis di Rp 14.220/US$.
Pada hari pertama pekan ini, rupiah ditutup menguat 0,77%. Rupiah sempat melemah nyaris seharian, tetapi kemudian berhasil menguat.
Kala itu, rilis data inflasi Februari 2020 tidak banyak membantu mata uang Tanah Air. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Februari sebesar 0,28% secara bulanan (month-on-month/MoM). Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) adalah 2,98% dan inflasi inti tahunan di 2,76%.
Realisasi ini relatif sejalan dengan ekspektasi pasar. Sebelumnya, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,22% MoM. Kemudian secara tahunan diperkirakan terjadi inflasi 2,91% dan inflasi inti tahunan diproyeksi 2,84%.
Hari itu, rupiah nyaris tertekan seharian karena ada pengumuman mengejutkan dari Istana. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa Indonesia sudah disusupi oleh virus corona. Indonesia mencatatkan kasus corona perdana, bahkan langsung ada dua pasien.
Rupiah pun sempat melemah sampai ke kisaran Rp 14.400/US$. Kepanikan melanda pasar, karena sebelumnya Indonesia sudah agak lama 'kebal' dari virus yang berasal dari Kota Wuhan (China) tersebut.
Namun Bank Indonesia (BI) 'turun gunung' dan menjadi penyelamat. Selepas rehat makan siang, Gubenur Perry Warjiyo dan kolega mengumumkan lima kebijakan baru untuk menyokong stabilitas perekonomian nasional dari serangan virus corona.
Setelah pengumuman dari MH Thamrin, rupiah langsung berbalik arah ke zona hijau. Rupiah ditutup menguat 0,56% dan jadi salah satu mata uang terbaik di Asia.
Next Page
The Fed Bikin Dolar AS Tersungkur
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular