
Analisis
Raih Laba Rp 34,41 T, Bagaimana Kinerja BBRI ke Depan?
Putu Agus Pransuamitra & Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
06 March 2020 19:37

Berkaca dari kinerja 2019, capaian-capaian tersebut bisa menyokong target BRI untuk tahun ini, dan tetap mengokohkan posisinya sebagai bank pelat merah paling profitable di Indonesia. Apalagi BRI memasang target yang cukup agresif, dengan laba dan kredit yang diharapkan tumbuh di atas 10% atau double digit pada 2020.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pertumbuhan kredit pada 2020 bisa tumbuh 10%, lebih tinggi pertumbuhan kredit sepanjang 2019 yang sebesar 8,44%. BRI yang lekat dengan UMKM ini juga akan menggenjot kredit di sektor mikro agar meningkat dari tahun ke tahun.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pertumbuhan kredit pada 2020 bisa tumbuh 10%, lebih tinggi pertumbuhan kredit sepanjang 2019 yang sebesar 8,44%. BRI yang lekat dengan UMKM ini juga akan menggenjot kredit di sektor mikro agar meningkat dari tahun ke tahun.
Sejalan dengan agresifnya target kredit, BRI juga menargetkan laba bersih bisa tumbuh double digit, lebih tinggi dari pertumbuhan laba 2019 yang tumbuh 6,15% menjadi Rp 34 triliun. Salah satu penopang kenaikan laba bersih ini berasal dari pendapatan margin bunga bersih (net interest margin) yang dijaga di kisaran 6,9 %.
"BRI akan fokus menggarap dana murah (CASA) untuk mengoptimalkan pertumbuhan dana, melalui transaction banking di perkotaan maupun melalui micro saving dan micro payment di segmen mikro," kata Sunarso belum lama ini.
BRI juga mencatatkan pertumbuhan pesat pada layanan digital banking yang difasilitasi oleh BRI, fee-based income tumbuh sebesar 20,11% pada 2019 menjadi Rp 14,29 triliun, dari yang sebelumnya Rp 11,9 triliun pada 2018.
Di tengah-tengah lesunya laju perekonomian seperti saat ini (yang akan menekan penyaluran kredit), memang fee-based income menjadi sangat penting dalam menopang kelangsungan usaha sebuah bank. Pada 2019, fee-based income menyumbang sebesar 10% dari total pendapatan BRI.
Dilihat dari kinerja 2019, secara manajemen risiko, terlihat bahwa BRI tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Hal ini terlihat dari rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) yang masih berada di bawah level 3%, tepatnya 2,8%.
Penyaluran kredit yang terbilang prudent tersebut ikut dilengkapi oleh pencadangan yang juga tinggi, ditunjukkan oleh besaran NPL Coverage Ratio.
Untuk diketahui, NPL Coverage Ratio didapatkan dengan membagi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dengan jumlah kredit bermasalah.
CKPN sendiri merupakan dana yang dialokasikan oleh perbankan guna menghadapi kemungkinan kredit yang disalurkannya tak mampu dilunasi oleh debitur.
Semakin tinggi NPL Coverage Ratio, maka perbankan akan semakin siap dalam menghadapi risiko memburuknya kualitas aset mereka. Melansir riset dari Mandiri Sekuritas, NPL Coverage Ratio dari BRI berada di level 160% pada tahun 2019.
Untuk mendukung kinerja dan menghadapi persaingan, BRI juga terus berinovasi. Perusahaan ini tengah berada di jalur yang tepat untuk meluncurkan super-app pertama di Indonesia untuk sektor finansial.
Saat ini, BRI diketahui memiliki berbagai anak usaha yang bergerak di sektor finansial yang sangat mungkin jika layanannya diintegrasikan ke dalam sebuah aplikasi. Jika BRI memutuskan untuk meluncurkan super-app nantinya, pendapatan usaha dan pendapatan berbasis komisi (fee-based income) perusahaan akan berputar di antara BRI sebagai induk dan sejumlah anak usahanya , sebagai integrated financial solution.
Saat ini BRI telah memiliki delapan perusahaan anak termasuk perusahaan anak yang tergabung dalam BRI Group diantaranya BRI Syariah, BRI Agro, BRI Life, BRI Finance, BRI Ventures, BRI Remittance dan Danareksa Sekuritas.
Perusahaan juga tengah berada di jalur yang tepat untuk meluncurkan super-app pertama di Indonesia untuk sektor finansial. Semua anak usaha BRI yang bergerak di sektor finansial yang sangat mungkin jika layanannya diintegrasikan ke dalam sebuah aplikasi.
(dob/dob)
BRI juga mencatatkan pertumbuhan pesat pada layanan digital banking yang difasilitasi oleh BRI, fee-based income tumbuh sebesar 20,11% pada 2019 menjadi Rp 14,29 triliun, dari yang sebelumnya Rp 11,9 triliun pada 2018.
Di tengah-tengah lesunya laju perekonomian seperti saat ini (yang akan menekan penyaluran kredit), memang fee-based income menjadi sangat penting dalam menopang kelangsungan usaha sebuah bank. Pada 2019, fee-based income menyumbang sebesar 10% dari total pendapatan BRI.
Dilihat dari kinerja 2019, secara manajemen risiko, terlihat bahwa BRI tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Hal ini terlihat dari rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) yang masih berada di bawah level 3%, tepatnya 2,8%.
Penyaluran kredit yang terbilang prudent tersebut ikut dilengkapi oleh pencadangan yang juga tinggi, ditunjukkan oleh besaran NPL Coverage Ratio.
Untuk diketahui, NPL Coverage Ratio didapatkan dengan membagi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dengan jumlah kredit bermasalah.
CKPN sendiri merupakan dana yang dialokasikan oleh perbankan guna menghadapi kemungkinan kredit yang disalurkannya tak mampu dilunasi oleh debitur.
Semakin tinggi NPL Coverage Ratio, maka perbankan akan semakin siap dalam menghadapi risiko memburuknya kualitas aset mereka. Melansir riset dari Mandiri Sekuritas, NPL Coverage Ratio dari BRI berada di level 160% pada tahun 2019.
Untuk mendukung kinerja dan menghadapi persaingan, BRI juga terus berinovasi. Perusahaan ini tengah berada di jalur yang tepat untuk meluncurkan super-app pertama di Indonesia untuk sektor finansial.
Saat ini, BRI diketahui memiliki berbagai anak usaha yang bergerak di sektor finansial yang sangat mungkin jika layanannya diintegrasikan ke dalam sebuah aplikasi. Jika BRI memutuskan untuk meluncurkan super-app nantinya, pendapatan usaha dan pendapatan berbasis komisi (fee-based income) perusahaan akan berputar di antara BRI sebagai induk dan sejumlah anak usahanya , sebagai integrated financial solution.
Saat ini BRI telah memiliki delapan perusahaan anak termasuk perusahaan anak yang tergabung dalam BRI Group diantaranya BRI Syariah, BRI Agro, BRI Life, BRI Finance, BRI Ventures, BRI Remittance dan Danareksa Sekuritas.
Perusahaan juga tengah berada di jalur yang tepat untuk meluncurkan super-app pertama di Indonesia untuk sektor finansial. Semua anak usaha BRI yang bergerak di sektor finansial yang sangat mungkin jika layanannya diintegrasikan ke dalam sebuah aplikasi.
Next Page
Analisis Saham BBRI
Pages
Most Popular