
IHSG Sempat Goyang, Jumlah Saham Gocap Tambah Jadi 86
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
04 March 2020 13:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Wabah virus corona telah memantik aksi jual besar-besaran di bursa saham global, pasar ekuitas tanah air juga ikut kena dampaknya. Selama periode koreksi tersebut, jumlah saham gocap di bursa tanah air semakin bertambah.
Virus corona berhasil menebar ancaman, tak hanya bagi kesehatan tetapi juga bagi ekonomi dan pasar finansial. Dalam kurun waktu dua bulan terakhir, virus corona telah menginfeksi lebih dari 93.000 orang di lebih dari 60 negara.
Jumlah korban meninggal akibat infeksi patogen ini nyaris berjumlah 3.200 orang per hari ini berdasarkan data John Hopkins University CSSE.
Dalam sepekan terakhir China melaporkan penurunan kasus baru infeksi corona di negaranya. Namun lonjakan kasus baru justru terjadi di luar China. Mimpi buruk diawali pada Minggu pekan lalu (22/2/2020) ketika Korea Selatan melaporkan jumlah kumulatif infeksi corona di negaranya mencapai 600 kasus.
Lonjakan juga terjadi di Italia dan Iran. Setiap harinya jumlah kasus baru di ketiga negara tersebut terus bertambah. Pelaku pasar khawatir wabah yang awalnya berasal dari Wuhan China ini akan jadi pandemi dan menyeret perekonomian global dalam turbulensi.
Panic selling di bursa saham global pun tak terelakkan. Seminggu lalu tak kurang nilai sell off di pasar saham global mencapai US$ 6 triliun. Nilainya bahkan 6x output perekonomian Indonesia.
Nasib sama juga dialami pasar ekuitas domestik. Sejak awal tahun asing mencatatkan net sell di bursa saham sebesar Rp 5,3 triliun. Harga saham-saham pun berguguran. Bahkan saham-saham blue chip harus kehilangan nilai kapitalisasi pasarnya lebih dari 10%.
Konsekuensi dari tekanan ini adalah jumlah saham gocap semakin banyak. Saham gocap merupakan saham yang dihargai Rp 50/lembar yang merupakan batas paling rendah harga transaksi saham di pasar regular.
Pada akhir tahun lalu (30/12/2019), jumlah emiten yang harga sahamnya gocap ada 63 emiten yang terdiri dari 19 saham di papan utama dan 44 saham di papan pengembangan. Per kemarin (3/3/2020) jumlah saham gocap bertambah menjadi 86 yang terdiri dari 29 saham di papan utama dan 57 saham di papan pengembangan.
Selain sentimen virus corona yang menekan bursa saham global, mega skandal korupsi PT Asuransi Jiwasraya juga menjadi sentimen negatif yang berasal dari dalam negeri. Kasus korupsi yang melanda perusahaan asuransi pelat merah ini diperkirakan menimbulkan kerugian negara sebesar Rp 13 – 17 triliun.
Saat ini Kejaksaan Agung (Kejagung) sudah mulai melakukan sinkronisasi data dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait nilai kerugian negara dari mega skandal ini. Banyaknya saham-saham yang ‘nyangkut’ ini patut dicurigai karena aksi bersih-bersih yang dilakukan oleh Kejagung.
Diketahui Kejagung memerintahkan pemblokiran terhadap 800 subrekening efek yang diduga merupakan rekening yang terkait dengan transaksi Jiwasraya.
Akhir Januari lalu kepala Pusat Penerangan dan Hukum Kejagung, Hari Setiyono mengatakan bahwa sebagian dari 800 rekening efek yang diblokir diduga merupakan nominee (pinjam nama) alias rekening atas nama. Sementara itu, sebagian lain adalah rekening efek yang merupakan atas nama tersangka dugaan korupsi di Jiwasraya.
Salah satu tokoh di pasar modal yang namanya tak asing lagi yaitu Benny Tjokrosaputro atau yang lebih dikenal Bentjok dinyatakan terlibat dalam kasus korupsi di tubuh asuransi Jiwasraya.
Benny sendiri sepak terjangnya di pasar modal tanah air sudah tak diragukan lagi. Benny dikenal sebagai market maker alias ‘bandar’ di pasar saham tanah air.
Dengan adanya aksi bersih-bersih yang dilakukan Kejagung di BEI dan ditangkapnya Benny bisa jadi berbagai player lain yang suka menyebabkan harga saham di Indonesia bergerak dengan volatilitas yang besar, mengurungkan aksi yang biasa dilakukannya. Akibatnya, semakin banyak saja harga saham yang harganya ‘nyangkut’ di batas bawah.
Bagaimanapun juga dua faktor di atas telah membuat kinerja pasar saham tanah air jauh dari kata memuaskan.
Terkait virus corona sendiri Indonesia yang selama ini dikenal kebal dari infeksi virus tersebut akhirnya tertembus juga.
Pada Senin (2/2/2020) dua orang wanita yang berdomisili di Depok dinyatakan positif terinfeksi virus corona setelah berinteraksi dengan orang Jepang yang juga terinfeksi d klub dansa di daerah Jakarta. Ini menjadi kasus pertama yang dilaporkan di tanah air.
Dampak virus corona terhadap perekonomian dalam negeri memang belum dapat dipastikan seberapa besar.
Namun semua bersiap untuk menghadapinya. Stimulus moneter telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) selaku bank sentral dengan menurunkan suku bunga BI 7 Day Reverse Repo Rate dan menurunkan rasio GWM untuk rupiah dan valas.
Tak berhenti di situ, pemerintah juga bersiap dengan stimulus fiskal. Di tengah situasi genting akibat virus corona, pemerintah memberikan diskon tiket pesawat hingga 50% untuk meredam dampaknya terhadap sektor perjalanan dan pariwisata dalam negeri.
Tak hanya itu pemerintah juga menggelontorkan dana Rp 1,5 triliun untuk menambah kuota rumah subsidi. Pemerintah juga berupaya untuk tetap menjaga daya beli masyarakat dengan cara menggenjot penyaluran kartu pra kerja dan kartu sembako.
Terakhir, untuk meredam volatilitas pergerakan harga saham yang tinggi, otoritas bursa akhirnya memutuskan untuk menghentikan transaksi short selling yang memicu pasar saham bergerak liar.
Setelah sekian lama tergerus akhirnya IHSG bangkit juga mengikuti pergerakan bursa saham global. Kemarin IHSG mampu mencatatkan penguatan 2,94%. Sementara hari hingga akhir perdagangan sesi satu hari ini, IHSG melanjutkan penguatannya cari 2%.
Well sentimen global dan domestik memang membuat pasar saham tanah air jauh dari kinerja yang menggembirakan. Walau sudah naik signifikan kemarin dan hari ini, IHSG masih mencatatkan koreksi lebih dari 10% sejak awal tahun. Jadi wajar saja kalau saham-saham gocap jumlahnya bertambah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Belum Sebulan Listing, Saham Emiten Ini Ambles ke Gocap
Virus corona berhasil menebar ancaman, tak hanya bagi kesehatan tetapi juga bagi ekonomi dan pasar finansial. Dalam kurun waktu dua bulan terakhir, virus corona telah menginfeksi lebih dari 93.000 orang di lebih dari 60 negara.
Jumlah korban meninggal akibat infeksi patogen ini nyaris berjumlah 3.200 orang per hari ini berdasarkan data John Hopkins University CSSE.
Dalam sepekan terakhir China melaporkan penurunan kasus baru infeksi corona di negaranya. Namun lonjakan kasus baru justru terjadi di luar China. Mimpi buruk diawali pada Minggu pekan lalu (22/2/2020) ketika Korea Selatan melaporkan jumlah kumulatif infeksi corona di negaranya mencapai 600 kasus.
Lonjakan juga terjadi di Italia dan Iran. Setiap harinya jumlah kasus baru di ketiga negara tersebut terus bertambah. Pelaku pasar khawatir wabah yang awalnya berasal dari Wuhan China ini akan jadi pandemi dan menyeret perekonomian global dalam turbulensi.
Panic selling di bursa saham global pun tak terelakkan. Seminggu lalu tak kurang nilai sell off di pasar saham global mencapai US$ 6 triliun. Nilainya bahkan 6x output perekonomian Indonesia.
Nasib sama juga dialami pasar ekuitas domestik. Sejak awal tahun asing mencatatkan net sell di bursa saham sebesar Rp 5,3 triliun. Harga saham-saham pun berguguran. Bahkan saham-saham blue chip harus kehilangan nilai kapitalisasi pasarnya lebih dari 10%.
Konsekuensi dari tekanan ini adalah jumlah saham gocap semakin banyak. Saham gocap merupakan saham yang dihargai Rp 50/lembar yang merupakan batas paling rendah harga transaksi saham di pasar regular.
Pada akhir tahun lalu (30/12/2019), jumlah emiten yang harga sahamnya gocap ada 63 emiten yang terdiri dari 19 saham di papan utama dan 44 saham di papan pengembangan. Per kemarin (3/3/2020) jumlah saham gocap bertambah menjadi 86 yang terdiri dari 29 saham di papan utama dan 57 saham di papan pengembangan.
Selain sentimen virus corona yang menekan bursa saham global, mega skandal korupsi PT Asuransi Jiwasraya juga menjadi sentimen negatif yang berasal dari dalam negeri. Kasus korupsi yang melanda perusahaan asuransi pelat merah ini diperkirakan menimbulkan kerugian negara sebesar Rp 13 – 17 triliun.
Saat ini Kejaksaan Agung (Kejagung) sudah mulai melakukan sinkronisasi data dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait nilai kerugian negara dari mega skandal ini. Banyaknya saham-saham yang ‘nyangkut’ ini patut dicurigai karena aksi bersih-bersih yang dilakukan oleh Kejagung.
Diketahui Kejagung memerintahkan pemblokiran terhadap 800 subrekening efek yang diduga merupakan rekening yang terkait dengan transaksi Jiwasraya.
Akhir Januari lalu kepala Pusat Penerangan dan Hukum Kejagung, Hari Setiyono mengatakan bahwa sebagian dari 800 rekening efek yang diblokir diduga merupakan nominee (pinjam nama) alias rekening atas nama. Sementara itu, sebagian lain adalah rekening efek yang merupakan atas nama tersangka dugaan korupsi di Jiwasraya.
Salah satu tokoh di pasar modal yang namanya tak asing lagi yaitu Benny Tjokrosaputro atau yang lebih dikenal Bentjok dinyatakan terlibat dalam kasus korupsi di tubuh asuransi Jiwasraya.
Benny sendiri sepak terjangnya di pasar modal tanah air sudah tak diragukan lagi. Benny dikenal sebagai market maker alias ‘bandar’ di pasar saham tanah air.
Dengan adanya aksi bersih-bersih yang dilakukan Kejagung di BEI dan ditangkapnya Benny bisa jadi berbagai player lain yang suka menyebabkan harga saham di Indonesia bergerak dengan volatilitas yang besar, mengurungkan aksi yang biasa dilakukannya. Akibatnya, semakin banyak saja harga saham yang harganya ‘nyangkut’ di batas bawah.
Bagaimanapun juga dua faktor di atas telah membuat kinerja pasar saham tanah air jauh dari kata memuaskan.
Terkait virus corona sendiri Indonesia yang selama ini dikenal kebal dari infeksi virus tersebut akhirnya tertembus juga.
Pada Senin (2/2/2020) dua orang wanita yang berdomisili di Depok dinyatakan positif terinfeksi virus corona setelah berinteraksi dengan orang Jepang yang juga terinfeksi d klub dansa di daerah Jakarta. Ini menjadi kasus pertama yang dilaporkan di tanah air.
Dampak virus corona terhadap perekonomian dalam negeri memang belum dapat dipastikan seberapa besar.
Namun semua bersiap untuk menghadapinya. Stimulus moneter telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) selaku bank sentral dengan menurunkan suku bunga BI 7 Day Reverse Repo Rate dan menurunkan rasio GWM untuk rupiah dan valas.
Tak berhenti di situ, pemerintah juga bersiap dengan stimulus fiskal. Di tengah situasi genting akibat virus corona, pemerintah memberikan diskon tiket pesawat hingga 50% untuk meredam dampaknya terhadap sektor perjalanan dan pariwisata dalam negeri.
Tak hanya itu pemerintah juga menggelontorkan dana Rp 1,5 triliun untuk menambah kuota rumah subsidi. Pemerintah juga berupaya untuk tetap menjaga daya beli masyarakat dengan cara menggenjot penyaluran kartu pra kerja dan kartu sembako.
Terakhir, untuk meredam volatilitas pergerakan harga saham yang tinggi, otoritas bursa akhirnya memutuskan untuk menghentikan transaksi short selling yang memicu pasar saham bergerak liar.
Setelah sekian lama tergerus akhirnya IHSG bangkit juga mengikuti pergerakan bursa saham global. Kemarin IHSG mampu mencatatkan penguatan 2,94%. Sementara hari hingga akhir perdagangan sesi satu hari ini, IHSG melanjutkan penguatannya cari 2%.
Well sentimen global dan domestik memang membuat pasar saham tanah air jauh dari kinerja yang menggembirakan. Walau sudah naik signifikan kemarin dan hari ini, IHSG masih mencatatkan koreksi lebih dari 10% sejak awal tahun. Jadi wajar saja kalau saham-saham gocap jumlahnya bertambah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Belum Sebulan Listing, Saham Emiten Ini Ambles ke Gocap
Most Popular