RI Tangani Corona, Saham Indofarma dkk Meroket Lagi nih

tahir saleh, CNBC Indonesia
03 March 2020 10:06
Saham-saham emiten farmasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali menguat.
Foto: Suasana RSPI Sulianti Saroso Saat Kabar Adanya Pasien Positif Corona. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten farmasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali menguat pada awal perdagangan sesi I, Selasa (3/3/2020) setelah kemarin juga melonjak usai pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengungkapkan dua orang Indonesia terinfeksi virus corona (COVID-19).

Penguatan ini terjadi di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga mulai rebound seiring dengan berbagai upaya yang dilakukan pada pemangku kepentingan untuk meredam gelolak di pasar modal, baik Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI) dan Bursa Efek Indonesia (BEI).

Selain itu, pernyataan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang memberi ketenangan di masyarakat juga memberi secercah harapan Indonesia bisa melewati serangan corona ini.


Pada pukul 09.54 WIB, IHSG naik 1,94% di level 5.465,33 dengan nilai transaksi Rp 1,22 triliun.

Data BEI mencatat, ada empat saham emiten farmasi yang naik hari ini yakni:

PT Indofarma Tbk (INAF)
Saham emiten farmasi BUMN ini kemarin ditutup melesat 19,42% di level Rp 535/saham dengan nilai transaksi Rp 12,01 miliar dan volume perdagangan 23,06 juta saham. Pada Selasa ini, saham INAF lagi-lagi menguat 16,82% di level Rp 625/saham.


PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF)
Sahamnya kemarin naik 11,21% di level Rp 645/saham dengan nilai transaksi Rp 12,01 miliar, volume perdagangan 17,94 juta saham jelang penutupan sesi II dan akhirnya ditutup Rp 665/saham. Hari ini, saham KAEF naik 9,02% di level Rp 725/saham. KAEF dan INAF sama-sama masuk holding BUMN Farmasi yang dipimpin PT Bio Farma (Persero).


PT Phapros Tbk (PEHA)
Saham anak usaha Kimia Farma, Phapros, hari ini naik 3,45% di level Rp 900/saham. Phapros sudah diakuisisi Kimia Farma pada Maret 2019 dari PT Rajawali Nusantara. Year to date saham PEHA minus 16%.

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)
Saham KLBF naik 2,51% di level Rp 1.225/saham dengan nilai transaksi Rp 2,79 miliar dan volume perdagangan 2,28 juta saham. Year to date saham KLBF minus 24%.

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)

Sahamnya kemarin turun 2,44% di Rp 1.200/saham jelang penutupan sesi II dan akhirnya ditutup di level Rp 1.190/saham. Hari ini saham produsen Tolak Angin ini naik 2,10% di level Rp 1.215/saham.

Presiden Jokowi memastikan ada dua orang Indonesia yang positif terjangkit virus corona (COVID-19) pada Senin (2/3). Pemerintah sudah mencoba mengantisipasi jauh-jauh hari soal risiko penyebaran virus corona termasuk kesiapan obat-obatnya.


Direktur Utama Kalbe, Vidjongtius sempat menanggapi risiko penyebaran virus corona bila masuk di Indonesia, termasuk kesiapan obat-obatnya.

"Obat-obatan saya yakin ada, kita siapkan, kita banyak mendengar penjelasan dari Kemenkes, kementerian sudah menyiapkan rumah sakit. dan beberapa instalasi nasional disiapkan 100, secara kapasitas memungkinkan dan memadai," kata Vidjongtius kepada CNBC Indonesia, pekan lalu.

Dengan terkonfirmasinya kasus corona ini ada 66 negara yang terjangkiti corona. Saat ini menurut data arcGis pukul 11:27 WIB ada 89.071 kasus corona secara global.

Sebelumnya, perusahaan farmasi BUMN yakni PT Bio Farma (Persero) memproyeksikan butuh waktu sekitar 15 tahun untuk menemukan vaksin untuk menangkal virus korona jenis baru. Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan terhadap suatu penyakit.

Namun, untuk virus korona, menurut Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir memang memerlukan waktu yang tidak sebentar.

"Rata-rata membuat vaksin baru dari proses riset sampai dengan produk jadi yang dikomersialkan itu membutuhkan waktu hingga 15 tahun," kata Honesti di Jakarta, Rabu (5/2/2020).

[Gambas:Video CNBC]



(tas/tas) Next Article Corona Mengganas, Emiten Farmasi Cari Alternatif Bahan Baku

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular