
Gegara Corona & The Fed, Euro Melesat ke Level Tinggi 1 Bulan
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 March 2020 19:30

Jakarta, CBNC Indonesia - Nilai tukar euro kembali menguat cukup signifikan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (2/3/2020), hingga mencapai level tertingginya dalam lebih dari satu bulan terakhir.
Pada pukul 18:42 WIB, euro diperdagangkan di US$ 1,1097, menguat 0,65% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 23 Januari lalu. Hingga hari ini, mata uang 19 negara ini sudah menguat dalam 6 dari 7 hari terakhir. Selama periode tersebut, euro sudah menguat 2,91%.
Euro masih mampu menguat belakangan ini meski beberapa negara di Eropa sudah terjangkit wabah virus corona. Italia bahkan menjadi negara yang menjadi sorotan akibat melonjaknya kasus virus yang berasal dari kota Wuhan China tersebut.
Berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE, hingga saat ini jumlah kasus virus corona di Italia sebanyak 1.694 kasus. Italia juga menjadi negara dengan jumlah kasus corona terbanyak ketiga setelah China dan Korea Selatan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 34 orang dilaporkan meninggal dunia.
Penguatan euro tidak lepas dari tekanan yang dialami dolar AS setelah pekan lalu Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Center of Disease and Prevention/CDC) AS mengonfirmasi adanya pasien positif virus corona tetapi belum diketahui bagaimana bisa terjangkit.
Sebelumnya, sudah ada kasus juga di AS, tetapi dapat diketahui dari mana pasien tersebut terjangkit, mulai dari pernah berpergian ke China hingga melakukan kontak dengan pasien yang positif corona.
Namun kasus terbaru terbaru tersebut belum diketahui asalnya, sehingga CDC memperingatkan kemungkinan terjadinya "penyebaran di masyarakat" melihat kasus terbaru tersebut, yang memicu kecemasan di pasar. Sejauh ini, di AS dilaporkan terdapat 86 kasus virus corona dan 2 orang meninggal dunia.
Tekanan bagi dolar AS semakin besar setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang diprediksi agresif dalam memangkas suku bunga. CNBC International mewartakan, ekonom Goldman Sachs memprediksi The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada Maret menjadi 1-1,25%, dan sebanyak 100 bps tahun ini.
Prediksi Goldman tersebut diperkuat dengan data dari piranti FedWatch milik CME Group, dimana pelaku pasar melihat probabilitas 100% bahwa bank sentral pimpinan Jerome Powell itu akan memangkas suku bunga sebesar 50 bps bulan ini. Akibat prediksi tersebut, dolar AS terus melemah melawan euro.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%
Pada pukul 18:42 WIB, euro diperdagangkan di US$ 1,1097, menguat 0,65% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 23 Januari lalu. Hingga hari ini, mata uang 19 negara ini sudah menguat dalam 6 dari 7 hari terakhir. Selama periode tersebut, euro sudah menguat 2,91%.
Euro masih mampu menguat belakangan ini meski beberapa negara di Eropa sudah terjangkit wabah virus corona. Italia bahkan menjadi negara yang menjadi sorotan akibat melonjaknya kasus virus yang berasal dari kota Wuhan China tersebut.
Berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE, hingga saat ini jumlah kasus virus corona di Italia sebanyak 1.694 kasus. Italia juga menjadi negara dengan jumlah kasus corona terbanyak ketiga setelah China dan Korea Selatan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 34 orang dilaporkan meninggal dunia.
Penguatan euro tidak lepas dari tekanan yang dialami dolar AS setelah pekan lalu Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Center of Disease and Prevention/CDC) AS mengonfirmasi adanya pasien positif virus corona tetapi belum diketahui bagaimana bisa terjangkit.
Sebelumnya, sudah ada kasus juga di AS, tetapi dapat diketahui dari mana pasien tersebut terjangkit, mulai dari pernah berpergian ke China hingga melakukan kontak dengan pasien yang positif corona.
Namun kasus terbaru terbaru tersebut belum diketahui asalnya, sehingga CDC memperingatkan kemungkinan terjadinya "penyebaran di masyarakat" melihat kasus terbaru tersebut, yang memicu kecemasan di pasar. Sejauh ini, di AS dilaporkan terdapat 86 kasus virus corona dan 2 orang meninggal dunia.
Tekanan bagi dolar AS semakin besar setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang diprediksi agresif dalam memangkas suku bunga. CNBC International mewartakan, ekonom Goldman Sachs memprediksi The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada Maret menjadi 1-1,25%, dan sebanyak 100 bps tahun ini.
Prediksi Goldman tersebut diperkuat dengan data dari piranti FedWatch milik CME Group, dimana pelaku pasar melihat probabilitas 100% bahwa bank sentral pimpinan Jerome Powell itu akan memangkas suku bunga sebesar 50 bps bulan ini. Akibat prediksi tersebut, dolar AS terus melemah melawan euro.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular