IHSG Ambles 'Terpapar' Corona, 4 Saham Emiten Farmasi Meroket

tahir saleh, CNBC Indonesia
02 March 2020 15:23
Sebanyak empat saham farmasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) mendadak menguat.
Foto: Harga Masker Melonjak Tajam Karena Virus Corona. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak empat saham farmasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) mendadak menguat jelang penutupan perdagangan sesi II, Senin (2/3/2020) setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan dua orang Indonesia terinfeksi virus corona (COVID-19).

Penguatan ini terjadi di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga anjlok 1,23% pada pukul 15.08 WIB, dengan net sell asing di pasar reguler Rp 47 miliar.

Data BEI mencatat, empat saham emiten farmasi tersebut yakni:

1. PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF)
Saham INAF melesat 13,84% di level Rp 510/saham dengan nilai transaksi Rp 10,69 miliar dan volume perdagangan 20,58 juta saham. Year to date atau tahun berjalan, saham INAF anjlok 41%. INAF dan KAEF masuk di bawah holding BUMN Farmasi pimpinan PT Bio Farma (Persero).

2. PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF)
Sahamnya naik 11,21% di level Rp 645/saham dengan nilai transaksi Rp 12,01 miliar, volume perdagangan 17,94 juta saham. Year to date, saham KAEF minus 49%.

3. PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA)
Saham perusahaan naik 2,79% di level Rp 2.210/saham dengan nilai transaksi Rp 71 juta dan volume perdagangan 33.100 saham. Year to date, saham perusahaan minus 1,78%.

4. PT Merck Tbk (MERK)
Saham MERK laik tipis 0,52% di level Rp 1.935/saham dengan nilai transaksi Rp 29,61 juta dan volume perdagangan 15.700 saham. Year to date, saham ini minus 32%.


Beberapa saham emiten farmasi lainnya jeblok di antaranya PT Phapros Tak (PEHA) minus 3,33% di Rp 870/saham, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) turun 2,44% di Rp 1.200/saham, dan PT Kalbe Farma Tek (KLBF) stagnan, lalu menguat tipis, kemudian stagnan lagi di level Rp 1.220/saham.

Presiden Jokowi memastikan ada dua orang Indonesia yang positif terjangkit virus corona (COVID-19) pada Senin (2/3). Pemerintah sudah mencoba mengantisipasi jauh-jauh hari soal risiko penyebaran virus corona termasuk kesiapan obat-obatnya.

Direktur Utama Kalbe, Vidjongtius sempat menanggapi risiko penyebaran virus corona bila masuk di Indonesia, termasuk kesiapan obat-obatnya.


"Obat-obatan saya yakin ada, kita siapkan, kita banyak mendengar penjelasan dari Kemenkes, kementerian sudah menyiapkan rumah sakit. dan beberapa instalasi nasional disiapkan 100, secara kapasitas memungkinkan dan memadai," kata Vidjongtius kepada CNBC Indonesia, pekan lalu.

Dengan terkonfirmasinya kasus corona ini ada 66 negara yang terjangkiti corona. Saat ini menurut data arcGis pukul 11:27 WIB ada 89.071 kasus corona secara global.

Sebelumnya, perusahaan farmasi BUMN yakni PT Bio Farma (Persero) memproyeksikan butuh waktu sekitar 15 tahun untuk menemukan vaksin untuk menangkal virus korona jenis baru. Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan terhadap suatu penyakit.

Namun, untuk virus korona, menurut Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir memang memerlukan waktu yang tidak sebentar.

"Rata-rata membuat vaksin baru dari proses riset sampai dengan produk jadi yang dikomersialkan itu membutuhkan waktu hingga 15 tahun," kata Honesti di Jakarta, Rabu (5/2/2020).

Menurut dia, saat ini BUMN Farmasi sudah melakukan kerja sama dengan lembaga riset yang sudah melakukan tahapan penelitian tertentu dalam pembuatan vaksin baru, sehingga, penemuan vaksin korona bisa menjadi lebih cepat.

"Kita bekerja sama dengan lembaga-lembaga riset yang mungkin sudah sampai pada tahapan proses tertentu dalam pembuatan vaksin baru. Jadi kita tidak perlu lagi memulai proses dari awal," ungkap Honesti.


[Gambas:Video CNBC]



(tas/hps) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular