
Rupiah Anjlok 2%, Terlemah Sejak Mei 2019 & Terburuk di Asia
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 February 2020 18:07

Rupiah sempat berjaya di bulan Januari, hingga menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia setelah menguat lebih dari 2% melawan dolar AS. Salah satu alasannya adalah perekonomian global tahun ini yang diprediksi akan lebih baik dari tahun 2019.
Para investor masuk ke aset-aset yang memberikan imbal hasil tinggi seperti obligasi di Indonesia, begitu juga dengan saham. Dampaknya aliran modal deras masuk ke dalam negeri.
Kini kondisinya berbanding terbalik, pelaku pasar keluar dari aset-aset berisiko atau berimbal hasil tinggi dan memilih bermain aman. Aliran modal keluar dari Indonesia yang terlihat dari anjloknya bursa saham serta naiknya yield obligasi, rupiah pun terus tertekan.
Sebagian besar negara-negara yang terdampak virus corona yang perekonomiannya diprediksi melambat merupakan pasar utama ekspor Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor RI ke China di bulan Januari sebesar US$ 2,1 miliar, mengalami penurunan signifikan sebesar 9,15% dari bulan Desember 2019. Seperti di ketahui sebelumnya, virus corona mulai menyebar di China sejak pertengahan Januari lalu. Nilai ekspor ke China berkontribusi sebesar 16,69% dari total ekspor.
AS, Jepang, Singapura, hingga Korsel juga termasuk pasar ekspor terbesar, sehingga pelambatan ekonomi di negara-negara tersebut tentunya akan menggerus pendapatan ekspor.
Lembaga riset global, Moody's Analytics, memprediksi virus corona Wuhan (Covid-19) dapat menekan pertumbuhan ekonomi China pada 2020 menjadi tinggal 5,4% dari angka pertumbuhan tahun lalu 6%.
"Di dalam skenario dasar kami, kemungkinan besar penyebaran wabah akan tetap tertahan di China dan masih akan terjadi pada musim semi. Ekonomi China akan berkontraksi pada kuartal pertama tahun ini, dan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan terpangkas menjadi 5,4%," ujar Mark Zandi, Chief Economist Moody's Analytics dalam risetnya, Rabu (26/2/20).
Selain berdampak pada ekonomi China, ekonomi AS juga akan diprediksi akan melambat 0,6 ppt (persentase poin) dan hanya dapat tumbuh 1,3% pada kuartal I-2020.
Tahun ini, ekonomi AS diprediksi melambat 0,2 ppt dari prediksi awal 2% atau artinya hanya tumbuh 1,7%.
Dengan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi di China dan AS itu, maka dampaknya diprediksi dapat membuat pertumbuhan ekonomi dunia melambat 0,4 ppt menjadi 2,4% tahun ini dari prediksi awal 2,8%
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam acara Economic Outlook 2020 CNBC Indonesia di The Ritz Carlton Ballroom, Pasific Place, Jakarta, Rabu (26/2/2020) menyatakan jika perekonomian China melambat 1%, maka pertumbuhan ekonomi RI bisa terpangkas 0,3-0,6%. Itu baru China saja, belum lagi negara-negara lainnya, tentunya ekonomi Indonesia bisa lebih tertekan.
Pelambatan ekonomi tersebut bisa lebih buruk lagi, jika wabah virus corona berlanjut hingga kuartal II tahun ini. Rupiah bisa semakin tertekan lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Para investor masuk ke aset-aset yang memberikan imbal hasil tinggi seperti obligasi di Indonesia, begitu juga dengan saham. Dampaknya aliran modal deras masuk ke dalam negeri.
Sebagian besar negara-negara yang terdampak virus corona yang perekonomiannya diprediksi melambat merupakan pasar utama ekspor Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor RI ke China di bulan Januari sebesar US$ 2,1 miliar, mengalami penurunan signifikan sebesar 9,15% dari bulan Desember 2019. Seperti di ketahui sebelumnya, virus corona mulai menyebar di China sejak pertengahan Januari lalu. Nilai ekspor ke China berkontribusi sebesar 16,69% dari total ekspor.
AS, Jepang, Singapura, hingga Korsel juga termasuk pasar ekspor terbesar, sehingga pelambatan ekonomi di negara-negara tersebut tentunya akan menggerus pendapatan ekspor.
Lembaga riset global, Moody's Analytics, memprediksi virus corona Wuhan (Covid-19) dapat menekan pertumbuhan ekonomi China pada 2020 menjadi tinggal 5,4% dari angka pertumbuhan tahun lalu 6%.
"Di dalam skenario dasar kami, kemungkinan besar penyebaran wabah akan tetap tertahan di China dan masih akan terjadi pada musim semi. Ekonomi China akan berkontraksi pada kuartal pertama tahun ini, dan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan terpangkas menjadi 5,4%," ujar Mark Zandi, Chief Economist Moody's Analytics dalam risetnya, Rabu (26/2/20).
Selain berdampak pada ekonomi China, ekonomi AS juga akan diprediksi akan melambat 0,6 ppt (persentase poin) dan hanya dapat tumbuh 1,3% pada kuartal I-2020.
Tahun ini, ekonomi AS diprediksi melambat 0,2 ppt dari prediksi awal 2% atau artinya hanya tumbuh 1,7%.
Dengan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi di China dan AS itu, maka dampaknya diprediksi dapat membuat pertumbuhan ekonomi dunia melambat 0,4 ppt menjadi 2,4% tahun ini dari prediksi awal 2,8%
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam acara Economic Outlook 2020 CNBC Indonesia di The Ritz Carlton Ballroom, Pasific Place, Jakarta, Rabu (26/2/2020) menyatakan jika perekonomian China melambat 1%, maka pertumbuhan ekonomi RI bisa terpangkas 0,3-0,6%. Itu baru China saja, belum lagi negara-negara lainnya, tentunya ekonomi Indonesia bisa lebih tertekan.
Pelambatan ekonomi tersebut bisa lebih buruk lagi, jika wabah virus corona berlanjut hingga kuartal II tahun ini. Rupiah bisa semakin tertekan lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Pages
Most Popular