IHSG Ditutup Anjlok 2,69%, & Asing Bawa Keluar Rp 1 T

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
27 February 2020 16:52
IHSG Ditutup Anjlok 2,69%, & Asing Bawa Keluar Rp 1 T
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok dalam pada perdagangan hari ini. Sejak dibuka di zona merah, IHSG terus mencatatkan koreksi hingga penutupan perdagangan hari ini.

IHSG ambles 2,69% pada perdagangan hari ini dengan asing mencatatkan aksi jual bersih senilai Rp 1,03 triliun. Sejak awal tahun hingga penutupan pasar hari ini, IHSG telah terkoreksi sebesar 12,13% dengan asing sudah keluar lebih dari Rp 3,6 triliun.

Pasar keuangan memang masih dihebohkan dengan kasus infeksi corona yang makin meluas. Awal pekan ini ketika jumlah kasus baru infeksi corona di China dilaporkan menurun, lonjakan jumlah kasus baru justru terjadi di berbagai negara.

Lonjakan jumlah kasus baru yang paling tinggi dialami oleh Korea Selatan, disusul oleh Italia dan Iran. Sampai hari ini sudah ada 1.595 kasus infeksi corona di Korsel yang menewaskan 13 orang.

Di Italia, virus ini telah menginfeksi 453 orang dan menyebabkan 12 orang tewas. Sementara di Iran jumlah kasus yang dilaporkan mencapai 141 dan jumlah korban meninggal mencapai 22 orang. Merupakan jumlah korban meninggal terbanyak di luar China daratan.

Jumlah negara yang melaporkan adanya kasus infeksi virus corona juga bertambah. Minggu lalu masih 26 negara, kemudian bertambah menjadi 39 negara dan hari ini sudah ada 45 negara yang positif terjangkiti virus mematikan ini.

Kekhawatiran bahwa wabah COVID-19 ini akan menjadi pandemi telah mengakibatkan terjadi aksi jual besar-besaran di bursa saham global. Dalam dua hari perdagangan sudah terjadi sell off senilai US$ 1,737 triliun di bursa Wall Street.

Dalam tiga hari perdagangan terakhir, bursa saham AS selalu ditutup dengan koreksi. Ada kemungkinan Wall Street akan dibuka di zona merah pada perdagangan nanti. Hal itu tercermin dari indeks futures Dow Jones yang tergelincir 0,55%, indeks futures S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 0,% dan 0,48%.

Laju perekonomian global ditaksir akan terpukul pada kuartal pertama tahun ini, tak menutup kemungkinan tahun 2020 juga masih akan suram mengingat ketidakpastian masih ada.

Walau sampai dengan hari ini Indonesia belum melaporkan satu kasus pun, bukan berarti Indonesia resisten terhadap dampak yang ditimbulkan patogen ganas ini terhadap perekonomian. Indonesia yang perekonomiannya terhubung dengan China membuat perekonomian RI juga terpapar bahaya akibat corona.

Dalam paparannya di CNBC Indonesia Economic Outlook 2020 kemarin di hotel Ritz Carlton Pasific Place, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan jika ekonomi China terdampak 1 poin persentase (pp), maka dampak ke ekonomi tanah air bisa 0,3-0,6 pp.
Untuk meredam dampak tersebut, pemerintah tengah menyiapkan beberapa stimulus fiskal seperti di antaranya memberikan diskon untuk harga tiket pesawat ke 10 destinasi domestik yang terdampak corona, menambah kuota subsidi perumahan dengan anggaran hingga Rp 1,5 triliun serta dengan memberikan kartu pra kerja maupun kartu sembako.

Selain stimulus fiskal langkah pelonggaran moneter juga dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang diselenggarakan minggu lalu, Gubernur Perry Warjiyo dan rekan mengumumkan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate kembali diturunkan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75%.

Namun stimulus tersebut tak mampu memberikan tenaga untuk IHSG yang sudah tertekan sejak awal tahun. Maklum selain sentimen virus corona yang merajalela, IHSG juga dibayangi oleh sentimen negatif yang berasal dari dalam negeri.

Mega skandal kasus korupsi PT Asuransi Jiwasraya yang merembet ke industri lain seperti reksadana juga turut menjadi sentimen negatif yang membuat investor melego saham-saham di tanah air.

Saat ini Kejaksaan Agung tengah memeriksa 9 orang pegawai bank dari bank berbeda baik bank nasional terkait kasus Jiwasraya. Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung (Kapuspenkum Kejagung) Hari Setiyono mengungkapkan Bank yang diperiksa memiliki keterkaitan dengan transaksi yang dilakukan dalam kasus Jiwasraya, diantaranya oleh tersangka.

Hal yang ditakutkan adalah dampak dari kasus ini bersifat sistemik. Walau banyak yang meyakini hal tersebut tidak terjadi, tetap saja mega skandal ini menjadi sentimen negatif untuk pasar ekuitas tanah air.




TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular