Kurs NDF Rupiah 1 Pekan Sudah di Rp 14.150/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 February 2020 13:17
Sementara untuk 6 bulan ke depan dibanderol Rp 14.510/US$.
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (27/2/2020) akibat aksi jual di pasar dalam negeri.

Pada pukul 12:40 WIB, rupiah diperdagangkan di level Rp 13.975/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara itu di pasar Non-Deliverable Foward (NDF), untuk 1 pekan ke depan rupiah sudah dihargai Rp 14.150/US$ pada pukul 12:45 WIB. Sementara untuk 6 bulan ke depan dibanderol Rp 14.510/US$.

Berikut kurs NDF dolar AS melawan rupiah pada pukul 12:45 WIB: 

PeriodeKurs
1 PekanRp 14.150
1 BulanRp 14.220
2 BulanRp 14.300
3 BulanRp 14.355
6 BulanRp 14.510
9 BulanRp 14.670
1 TahunRp 14.835
2 TahunRp 15.362,1


NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Semakin tinggi kurs NDF, maka tekanan bagi rupiah semakin kuat.

Aksi jual yang melanda pasar keuangan dalam negeri membuat rupiah keok. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 2,63% di perdagangan sesi I. Sementara dari pasar obligasi, yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun naik 9,2 basis poin (bps) menjadi 6,674%.

Untuk diketahui pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga SUN, kala yield naik itu artinya harga sedang turun. Sehingga kenaikan yield mengindikasikan aksi jual di pasar obligasi.

Aksi jual di pasar dalam negeri sudah berlangsung sejak awal pekan ini akibat melonjaknya penyebaran wabah virus corona di luar China. IHSG sudah anjlok lebih dari 5% sementara yield SUN tenor 10 tahun naik 12,1 bps, dampaknya rupiah terus tertekan. 



Lonjakan kasus virus corona atau Covid-19 terjadi di Korea Selatan, Italia dan Iran. Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis dari John Hopkins CSSE, jumlah kasus Covid-19 di Korsel kini mencapai 1.595 orang, dengan 12 orang meninggal dunia. Korsel kini menjadi negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak kedua setelah China yang menjadi pusat wabah tersebut.

Korban meninggal di Italia juga sebanyak 12 orang, dengan 453 orang yang terjangkit, sementara Iran melaporkan 19 orang meninggal dan menjangkiti 139 orang.

Di China yang merupakan pusat wabah corona, jumlah korban meninggal lebih dari sebanyak 2.700 orang, dan telah menjangkiti lebih dari 78.000 orang. Sementara Secara global virus corona telah menewaskan 2.799 orang, dan menjangkiti lebih dari 82.000 orang.

Sejauh ini belum ada kasus virus corona di Indonesia, tetapi kabar buruknya negara-negara mitra dagang utama RI, yakni China, Jepang, Singapura, dan Korsel yang terkena wabah tersebut diprediksi mengalami pelambatan ekonomi.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam acara Economic Outlook 2020 CNBC Indonesia Rabu kemarin menyatakan jika perekonomian China melambat 1%, maka pertumbuhan ekonomi RI bisa terpangkas 0,3-0,6%.

Itu baru China saja, negara-negara mitra dagang utama RI juga diprediksi mengalami pelambatan bahkan terancam mengalami resesi. Ekonomi RI tentunya semakin tertekan, akibatnya rupiah terus mengalami pelemahan. Sepanjang pekan ini, Mata Uang Garuda sudah anjlok 1,56% dan sejak awal tahun atau secara year-to-date melemah 0,68%, padahal di bulan Januari rupiah sempat menguat lebih dari 2% dan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular