
Anjlok 1% di Sesi I, IHSG Terlemah Sejak Oktober 2018
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 February 2020 13:20

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami aksi jual di perdagangan Rabu (26/2/2020), hingga melanjutkan penurunan tiga hari sebelumnya.
Begitu perdagangan hari ini dibuka, IHSG langsung melemah 0,52% ke 5.784,737. IHSG tidak sekalipun mencicipi zona hijau hingga tengah hari ini, bahkan depresiasi IHSG bertambah dalam hingga 1,08% ke 5.724,9 di perdagangan sesi I. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 25 Oktober 2018. Dengan pelemahan hingga sesi I, sejak awal tahun IHSG sudah anjlok 8,61%.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi di perdagangan sesi I sebesar Rp 3,65 triliun, dengan asing melakukan jual bersih Rp 659,46 miliar di pasar regular.
Wabah virus corona masih menjadi penekan utama pasar finansial, tidak hanya di dalam negeri tapi secara global.
Bursa saham AS (Wall Street) sebagai kiblat bursa saham global kembali mengalami aksi jual pada perdagangan Selasa. Indeks Dow Jones dan S&P 300 kembali anjlok lebih dari 3% sementara Nasdaq sedikit lebih baik 2,77%.
Wabah virus corona yang menyebar dengan cepat di luar China, khususnya di Korea Selatan, Italia dan Iran, membuat sentimen pelaku pasar memburuk.
Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis dari John Hopkins CSSE, jumlah kasus Covid-19 di Korsel kini mencapai 1.146 orang, dengan 10 orang meninggal dunia. Korsel kini menjadi negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak kedua setelah China yang menjadi pusat wabah tersebut.
Korban meninggal di Italia juga sebanyak 10 orang, dengan 322 orang yang terjangkit, sementara Iran melaporkan 16 orang meninggal dan menjangkiti 95 orang. Italia kini menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak ketiga, sementara Iran kelima.
Tetapi yang paling ditakutkan dari adalah "produk turunan" wabah virus corona yakni pelambatan ekonomi global.
Lembaga riset global, Moody's Analytics, memprediksi virus corona Wuhan (Covid-19) dapat menekan pertumbuhan ekonomi China pada 2020 menjadi tinggal 5,4% dari angka pertumbuhan tahun lalu 6%.
"Di dalam skenario dasar kami, kemungkinan besar penyebaran wabah akan tetap tertahan di China dan masih akan terjadi pada musim semi. Ekonomi China akan berkontraksi pada kuartal pertama tahun ini, dan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan terpangkas menjadi 5,4%," ujar Mark Zandi, Chief Economist Moody's Analytics dalam risetnya, Rabu (26/2/20).
Selain berdampak pada ekonomi China, ekonomi AS juga akan diprediksi akan melambat 0,6 ppt (persentase poin) dan hanya dapat tumbuh 1,3% pada kuartal I-2020.
Tahun ini, ekonomi AS diprediksi melambat 0,2 ppt dari prediksi awal 2% atau artinya hanya tumbuh 1,7%.
Dengan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi di China dan AS itu, maka dampaknya diprediksi dapat membuat pertumbuhan ekonomi dunia melambat 0,4 ppt menjadi 2,4% tahun ini dari prediksi awal 2,8%
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam acara Economic Outlook 2020 CNBC Indonesia menyatakan jika perekonomian China melambat 1%, maka pertumbuhan ekonomi RI bisa terpangkas 0,3-0,6%. Itu baru China saja, belum lagi negara-negara lainnya, tentunya ekonomi Indonesia bisa lebih tertekan.
Sementara itu dari dalam negeri, sentimen pelaku pasar juga belum membaik akibat kasus gagal bayar PT Asuransi Jiwasraya yang merembet ke asuransi lain hingga ikut menyeret industri reksadana bersama para manajer investasinya. Kasus ini sempat berbuntut pemblokiran sebanyak 800 sub-rekening efek yang diduga terkait dengan mega skandal korupsi di PT Asuransi Jiwasraya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Amblas Nyaris 5%, IHSG Tinggalkan Level 4.500
Begitu perdagangan hari ini dibuka, IHSG langsung melemah 0,52% ke 5.784,737. IHSG tidak sekalipun mencicipi zona hijau hingga tengah hari ini, bahkan depresiasi IHSG bertambah dalam hingga 1,08% ke 5.724,9 di perdagangan sesi I. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 25 Oktober 2018. Dengan pelemahan hingga sesi I, sejak awal tahun IHSG sudah anjlok 8,61%.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi di perdagangan sesi I sebesar Rp 3,65 triliun, dengan asing melakukan jual bersih Rp 659,46 miliar di pasar regular.
Wabah virus corona masih menjadi penekan utama pasar finansial, tidak hanya di dalam negeri tapi secara global.
Wabah virus corona yang menyebar dengan cepat di luar China, khususnya di Korea Selatan, Italia dan Iran, membuat sentimen pelaku pasar memburuk.
Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis dari John Hopkins CSSE, jumlah kasus Covid-19 di Korsel kini mencapai 1.146 orang, dengan 10 orang meninggal dunia. Korsel kini menjadi negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak kedua setelah China yang menjadi pusat wabah tersebut.
Korban meninggal di Italia juga sebanyak 10 orang, dengan 322 orang yang terjangkit, sementara Iran melaporkan 16 orang meninggal dan menjangkiti 95 orang. Italia kini menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak ketiga, sementara Iran kelima.
Tetapi yang paling ditakutkan dari adalah "produk turunan" wabah virus corona yakni pelambatan ekonomi global.
Lembaga riset global, Moody's Analytics, memprediksi virus corona Wuhan (Covid-19) dapat menekan pertumbuhan ekonomi China pada 2020 menjadi tinggal 5,4% dari angka pertumbuhan tahun lalu 6%.
"Di dalam skenario dasar kami, kemungkinan besar penyebaran wabah akan tetap tertahan di China dan masih akan terjadi pada musim semi. Ekonomi China akan berkontraksi pada kuartal pertama tahun ini, dan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan terpangkas menjadi 5,4%," ujar Mark Zandi, Chief Economist Moody's Analytics dalam risetnya, Rabu (26/2/20).
Selain berdampak pada ekonomi China, ekonomi AS juga akan diprediksi akan melambat 0,6 ppt (persentase poin) dan hanya dapat tumbuh 1,3% pada kuartal I-2020.
Tahun ini, ekonomi AS diprediksi melambat 0,2 ppt dari prediksi awal 2% atau artinya hanya tumbuh 1,7%.
Dengan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi di China dan AS itu, maka dampaknya diprediksi dapat membuat pertumbuhan ekonomi dunia melambat 0,4 ppt menjadi 2,4% tahun ini dari prediksi awal 2,8%
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam acara Economic Outlook 2020 CNBC Indonesia menyatakan jika perekonomian China melambat 1%, maka pertumbuhan ekonomi RI bisa terpangkas 0,3-0,6%. Itu baru China saja, belum lagi negara-negara lainnya, tentunya ekonomi Indonesia bisa lebih tertekan.
Sementara itu dari dalam negeri, sentimen pelaku pasar juga belum membaik akibat kasus gagal bayar PT Asuransi Jiwasraya yang merembet ke asuransi lain hingga ikut menyeret industri reksadana bersama para manajer investasinya. Kasus ini sempat berbuntut pemblokiran sebanyak 800 sub-rekening efek yang diduga terkait dengan mega skandal korupsi di PT Asuransi Jiwasraya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Amblas Nyaris 5%, IHSG Tinggalkan Level 4.500
Most Popular