Analisis Teknikal

Tekanan Mulai Terbatas, tapi IHSG Masih Berpotensi Koreksi

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
26 February 2020 08:25
Pada penutupan perdagangan hari Selasa (25/2/2020) ditutup dengan koreksi 19 poin (-0,34%) ke level 5.787.
Foto: Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) alami pelemahan selama 3 hari beruntun. Pada penutupan perdagangan hari Selasa (25/2/2020) ditutup dengan koreksi 19 poin (-0,34%) ke level 5.787.

Memasuki perdagangan Rabu (26/2/2020) hari ini, Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan IHSG akan berfluktuasi dengan potensi pelemahan secara terbatas. Rentang pergerakannya diperkirakan bergerak pada level 5.750 hingga 5.850.

Secara teknikal, IHSG masih dalam bayang-bayang tekanan meski mulai terbatas. Indeks utama tersebut masih bergerak di bawah rata-rata nilainya dalam 5 hari (Moving Average/MA-5).


Pelemahannya terlihat sedikit berkurang seiring terbentuknya pola flat (doji) seperti yang ditunjukkan pada grafik candlestick. Level yang menjadi penahan koreksi (support level) untuk IHSG pada hari ini berada di 5.750, karena IHSG gagal menembus level tersebut dan cenderung berbalik arah (rebound) ketika mendekati level tersebut.

Sumber: Refinitiv (Diolah)

Transaksi saham di bursa pada perdagangan kemarin terbilang sepi dengan catatan transaksi Rp 5,46 triliun, lebih rendah dari transaksi hari sebelumnya yang mencapai Rp 5,84 triliun. Penurunan pada nilai transaksi menandakan bahwa instrumen investasi saham sedang kurang diminati.

Sementara itu investor asing tercatat melakukan jual bersih (net sell) senilai Rp 794,77 miliar di pasar reguler, lebih tinggi dari net sell sehari sebelumnya yang mencapai Rp 471,09 miliar.

Saham-saham yang dilepas asing yakni: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 275,57 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 148,42 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 142,94 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 89,11 miliar), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 62,72 miliar).


Sementara dari global, bursa saham Amerika Serikat (AS) terkena aksi jual masif (Sell off) pada penutupan pagi tadi. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup anjlok 879 poin atau -3,15% ke level 27.081, S&P 500 amblas 97 poin atau -3,03% ke level 3.128, dan Nasdaq minus 255 poin atau -2,77% ke 8.965.

Penurunan ini menempatkan Dow Jones dan S&P 500 lebih rendah 8% di bawah rekor tertinggi yang dicapai awal bulan ini. Nasdaq ditutup lebih rendah 8,9% di bawah rekor tertinggi sepanjang masa yang dicapai 19 Februari 2020.

Perkembangan virus corona (covid-19) di luar China termasuk potensi penyebarannya di Negeri Paman Sam menjadi salah satu penyebabnya.

Nancy Messonnier, seorang pejabat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, mengatakan kepada wartawan bahwa data penyebaran virus selama sepekan terakhir telah meningkatkan harapan akan penularan di Amerika. "Gangguan pada aktivitas sehari-hari mungkin parah," tuturnya Selasa (25/2/2020).

Pakar WHO mendesak negara-negara untuk meningkatkan persiapan. "Pikirkan virus ini akan muncul besok. Jika kamu tidak berpikir seperti itu, kamu tidak akan siap," kata Bruce Aylward, kepala misi gabungan WHO-China terkait wabah Corona.

Meski corona dinyatakan sudah mencapai puncak di China namun penyebaran corona di luar negeri itu kian meningkat. Setidaknya sudah ada 39 negara mengonfirmasi kasus corona per Selasa (25/2). Kasus corona yang naik signifikan di Italia, 280 positif terinfeksi dan 11 orang dinyatakan meninggal.

Secara total, dari data terbaru John Hopkins University CSSE hingga pukul 6:25 WIB, ada 80.413 orang terinfeksi dan 2.708 orang meninggal akibat infeksi virus corona di dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(yam/yam) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular