
Virus Corona Makin Mengkhawatirkan, Harga CPO Kian Tertekan
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
24 February 2020 11:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada hari pertama perdagangan pekan ini, harga minyak sawit mentah (CPO) mencatatkan pelemahan. Pelemahan terjadi menyusul kekhawatiran dari sisi permintaan maupun pasokan.
Data Refinitiv menunjukkan harga CPO kontrak pengiriman Mei 2020 di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) berada di level RM 2.606/ton. Harga mengalami penurunan sebesar 16 ringgit atau melemah 0,61% dibanding posisi penutupan pada Jumat pekan lalu.
Harga CPO masih dibayangi oleh virus corona yang kini resmi bernama COVID-19 ini. Virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan ini sekarang telah menyebabkan lebih dari 76.000 orang di China terinfeksi dan lebih dari 2.200 orang terenggut nyawanya.
Merebaknya virus corona di China membuat pasar khawatir permintaan terhadap minyak sawit menjadi terpangkas karena jutaan orang di China masih terjebak di rumah dan dalam masa karantina di tengah merebaknya infeksi virus mematikan ini. Maklum China merupakan pembeli minyak nabati terbesar setelah India.
Faktor lain yang turut memperparah keadaan adalah lonjakan jumlah kasus terjadi di luar China. Lonjakan kasus terjadi di Korea Selatan, Italia dan Iran.
Berdasarkan data John Hopkins University CSSE, sudah ada 763 kasus orang yang terinfeksi virus ini di Korea Selatan. Jumlah orang yang meninggal di Korea Selatan dilaporkan mencapai 7 orang.
Di Italia ada 157 kasus dilaporkan dan tiga orang dinyatakan meninggal dunia akibat infeksi patogen yang masih satu keluarga dengan penyebab SARS 17 tahun silam. Sementara di Iran sudah dikonfirmasi ada 43 kasus dengan 8 orang meninggal.
Lonjakan kasus yang terjadi di luar China membuat dunia khawatir, virus ini akan menjadi pandemi yang mengerikan. Pasalnya sudah hampir dua bulan wabah akibat virus corona jenis baru ini tak menampakkan tanda-tanda dapat dijinakkan.
Beralih dari sisi pasokan, Reuters melaporkan Malaysian Southern Peninsular Palm Oil Millers Association telah memperkirakan produksi minyak sawit untuk periode 1-20 Februari naik 33,6%.
Namun harga CPO tak banyak turun karena pelemahan ringgit di hadapan dolar AS. Hari ini ringgit melemah 0,74% di hadapan dolar AS. Ringgit yang melemah membuat harga CPO yang sudah terkoreksi menjadi lebih murah sehingga membatasi koreksi harga lebih lanjut.
Reuters melaporkan Dewan Minyak Sawit Malaysia memperkirakan produksi pada 2020 mencapai 20,2 juta ton. Sementara ekspor minyak sawit diperkirakan sebanyak 17,4 juta ton pada 2020 yang dipengaruhi oleh penurunan impor India dan China.
Dari sisi pasokan, minyak sawit Malaysia diramal menyentuh angka 2,3 juta ton pada 2020. Sementara dari sisi harga CPO kontrak berjangkanya diperkirakan akan menyentuh rata-rata RM 2.704/ton pada semester pertama tahun ini.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Ekspor Malaysia Anjlok, Harga CPO Tak Lagi Perkasa
Data Refinitiv menunjukkan harga CPO kontrak pengiriman Mei 2020 di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) berada di level RM 2.606/ton. Harga mengalami penurunan sebesar 16 ringgit atau melemah 0,61% dibanding posisi penutupan pada Jumat pekan lalu.
Harga CPO masih dibayangi oleh virus corona yang kini resmi bernama COVID-19 ini. Virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan ini sekarang telah menyebabkan lebih dari 76.000 orang di China terinfeksi dan lebih dari 2.200 orang terenggut nyawanya.
Merebaknya virus corona di China membuat pasar khawatir permintaan terhadap minyak sawit menjadi terpangkas karena jutaan orang di China masih terjebak di rumah dan dalam masa karantina di tengah merebaknya infeksi virus mematikan ini. Maklum China merupakan pembeli minyak nabati terbesar setelah India.
Faktor lain yang turut memperparah keadaan adalah lonjakan jumlah kasus terjadi di luar China. Lonjakan kasus terjadi di Korea Selatan, Italia dan Iran.
Berdasarkan data John Hopkins University CSSE, sudah ada 763 kasus orang yang terinfeksi virus ini di Korea Selatan. Jumlah orang yang meninggal di Korea Selatan dilaporkan mencapai 7 orang.
Di Italia ada 157 kasus dilaporkan dan tiga orang dinyatakan meninggal dunia akibat infeksi patogen yang masih satu keluarga dengan penyebab SARS 17 tahun silam. Sementara di Iran sudah dikonfirmasi ada 43 kasus dengan 8 orang meninggal.
Lonjakan kasus yang terjadi di luar China membuat dunia khawatir, virus ini akan menjadi pandemi yang mengerikan. Pasalnya sudah hampir dua bulan wabah akibat virus corona jenis baru ini tak menampakkan tanda-tanda dapat dijinakkan.
Beralih dari sisi pasokan, Reuters melaporkan Malaysian Southern Peninsular Palm Oil Millers Association telah memperkirakan produksi minyak sawit untuk periode 1-20 Februari naik 33,6%.
Namun harga CPO tak banyak turun karena pelemahan ringgit di hadapan dolar AS. Hari ini ringgit melemah 0,74% di hadapan dolar AS. Ringgit yang melemah membuat harga CPO yang sudah terkoreksi menjadi lebih murah sehingga membatasi koreksi harga lebih lanjut.
Reuters melaporkan Dewan Minyak Sawit Malaysia memperkirakan produksi pada 2020 mencapai 20,2 juta ton. Sementara ekspor minyak sawit diperkirakan sebanyak 17,4 juta ton pada 2020 yang dipengaruhi oleh penurunan impor India dan China.
Dari sisi pasokan, minyak sawit Malaysia diramal menyentuh angka 2,3 juta ton pada 2020. Sementara dari sisi harga CPO kontrak berjangkanya diperkirakan akan menyentuh rata-rata RM 2.704/ton pada semester pertama tahun ini.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Ekspor Malaysia Anjlok, Harga CPO Tak Lagi Perkasa
Most Popular