
Setelah Jamu Godok & Cair, Kini Tolak Angin Berbentuk Kapsul
Yuni Astutik, CNBC Indonesia
20 February 2020 15:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Perjalanan panjang Tolak Angin, produk milik PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) sudah melewati tahun-tahun yang panjang.
Berawal dari tahun 1940, cikal bakal Tolak Angin dalam bentuk jamu godokan mulai dijual ke masyarakat. Kemudian 50 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1992, Tolak Angin bertransformasi dan diproduksi dalam bentuk cair seperti yang dikenal hingga sekarang.
Rupanya racikan Tolak Angin yang awalnya dibuat oleh Ibu Rachmat Sulistyo tak berhenti sampai di situ. Tolak Angin yang dibuat dari bahan herbal berkhasiat seperti Jahe, Daun Mint, Adas, Kayu Ules, Daun Cengkeh dan ditambah Madu, diproses lagi menjadi bentuk yang lebih modern.
Manager Riset and Development SIDO, Wahyu Widayani mengatakan butuh waktu untuk mengemas Tolak Angin menjadi seperti yang baru saja diluncurkan, yaitu berupa soft kapsul atau kapsul lunak.
Dua tahun terakhir, dia dan tim bekerja bagaimana memasukkan cairan ke dalam kapsul. Cara ini dilakukan agar lebih bisa diterima oleh konsumen yang tak bisa menerima rasa jamu, yang dianggap memiliki aroma khas serta rasa yang pahit.
"Kalau bedanya kapsul biasa itu isinya serbuk, sementara kapsul lunak ini isinya cair, itu sebabnya kita bisa memproduksi tolak angin, tolak linu, sari kunyit hingga vitamin E, D3 dan VCO ke dalam kapsul," ujarnya saat ditemui di Kantor SIDO, Jakarta, Kamis (20/2/2020).
Hasilnya, satu sachet tolak angin seberat 15 ml, diambil bahan baku dan ekstraknya, kemudian dipekatkan sehingga bisa masuk ke dalam kapsul. Tolak angin seberat 15 ml tersebut berubah menjadi kapsul hanya seberat 1 gram.
Cara ini juga dilakukan SIDO agar lebih ramah terhadap pasar ekspor. Sebab, produk jamu yang sudah terkenal di kalangan masyarakat Indonesia ini memiliki regulasi yang berbeda jika dipasarkan di luar negeri.
Untuk itulah produk ini menjadi food suplement, yang telah memiliki regulasi dibanding produk jamu. Beberapa standar serta sertifikasi juga sudah dilengkapi agar produk SIDO bisa menjangkau pasar ekspor.
"Standar ekspor kan salah satunya sertifikasi halal, itu sudah. Nomor Ijin edar dari BPOM juga sudah, sudah bisa masuk pasar ekspor," tuturnya.
Selanjutnya Direktur SIDO Irwan Hidayat berharap produk ini bisa berkembang dengan baik dan bisa diterima oleh masyarakat. Di masa depan produk ini memang ditujukan bagi orang-orang sehat supaya tetap sehat. "Saya rasa 1-2 tahun lagi apa yang dibayangkan menjadi nyata," ujarnya.
Meski tak menyebut berapa investasi yang sudah dikeluarkan untuk membuat produk terbaru ini, yang pasti bahan dan mesin yang digunakan disebutnya kualitas nomor wahid. Misalnya mesin yang digunakan berasal dari Eropa dengan bahan baku berkualitas.
"Per mesin menghasilkan 25 ribu soft capsule per jam. Di pabrik ada 1 line untuk soft capsule ini, dan kalau berjalan baik sudah disiapkan 3-4 line," pungkasnya.
SIDO resmi meluncurkan tujuh produk baru berupa food suplement yang dikemas dalam soft capsule untuk memperluas pasar ekspor. Ketujuh produk Food Supplement ini adalah Tolak Angin, Tolak Linu, Sari Kunyit, Vitamin E 100 I.U, Vitamin E 300 I.U, Vitamin D3 400 I.U, dan Virgin Coconut Oil (VCO).
(dob/dob) Next Article Ditopang Farmasi, Laba Sido Muncul Semester I Tembus Rp 414 M
Berawal dari tahun 1940, cikal bakal Tolak Angin dalam bentuk jamu godokan mulai dijual ke masyarakat. Kemudian 50 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1992, Tolak Angin bertransformasi dan diproduksi dalam bentuk cair seperti yang dikenal hingga sekarang.
Rupanya racikan Tolak Angin yang awalnya dibuat oleh Ibu Rachmat Sulistyo tak berhenti sampai di situ. Tolak Angin yang dibuat dari bahan herbal berkhasiat seperti Jahe, Daun Mint, Adas, Kayu Ules, Daun Cengkeh dan ditambah Madu, diproses lagi menjadi bentuk yang lebih modern.
Dua tahun terakhir, dia dan tim bekerja bagaimana memasukkan cairan ke dalam kapsul. Cara ini dilakukan agar lebih bisa diterima oleh konsumen yang tak bisa menerima rasa jamu, yang dianggap memiliki aroma khas serta rasa yang pahit.
"Kalau bedanya kapsul biasa itu isinya serbuk, sementara kapsul lunak ini isinya cair, itu sebabnya kita bisa memproduksi tolak angin, tolak linu, sari kunyit hingga vitamin E, D3 dan VCO ke dalam kapsul," ujarnya saat ditemui di Kantor SIDO, Jakarta, Kamis (20/2/2020).
![]() |
Hasilnya, satu sachet tolak angin seberat 15 ml, diambil bahan baku dan ekstraknya, kemudian dipekatkan sehingga bisa masuk ke dalam kapsul. Tolak angin seberat 15 ml tersebut berubah menjadi kapsul hanya seberat 1 gram.
Cara ini juga dilakukan SIDO agar lebih ramah terhadap pasar ekspor. Sebab, produk jamu yang sudah terkenal di kalangan masyarakat Indonesia ini memiliki regulasi yang berbeda jika dipasarkan di luar negeri.
Untuk itulah produk ini menjadi food suplement, yang telah memiliki regulasi dibanding produk jamu. Beberapa standar serta sertifikasi juga sudah dilengkapi agar produk SIDO bisa menjangkau pasar ekspor.
"Standar ekspor kan salah satunya sertifikasi halal, itu sudah. Nomor Ijin edar dari BPOM juga sudah, sudah bisa masuk pasar ekspor," tuturnya.
Selanjutnya Direktur SIDO Irwan Hidayat berharap produk ini bisa berkembang dengan baik dan bisa diterima oleh masyarakat. Di masa depan produk ini memang ditujukan bagi orang-orang sehat supaya tetap sehat. "Saya rasa 1-2 tahun lagi apa yang dibayangkan menjadi nyata," ujarnya.
Meski tak menyebut berapa investasi yang sudah dikeluarkan untuk membuat produk terbaru ini, yang pasti bahan dan mesin yang digunakan disebutnya kualitas nomor wahid. Misalnya mesin yang digunakan berasal dari Eropa dengan bahan baku berkualitas.
"Per mesin menghasilkan 25 ribu soft capsule per jam. Di pabrik ada 1 line untuk soft capsule ini, dan kalau berjalan baik sudah disiapkan 3-4 line," pungkasnya.
SIDO resmi meluncurkan tujuh produk baru berupa food suplement yang dikemas dalam soft capsule untuk memperluas pasar ekspor. Ketujuh produk Food Supplement ini adalah Tolak Angin, Tolak Linu, Sari Kunyit, Vitamin E 100 I.U, Vitamin E 300 I.U, Vitamin D3 400 I.U, dan Virgin Coconut Oil (VCO).
(dob/dob) Next Article Ditopang Farmasi, Laba Sido Muncul Semester I Tembus Rp 414 M
Most Popular