
Kredit Loyo, Laba Maybank Indonesia Ambles Hampir 15%
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
19 February 2020 19:29

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) membukukan kinerja yang kurang ciamik sepanjang 2019, yang terlihat dari penurunan aset, dana pihak ketiga (DPK), hingga laba bersih perusahaan.
Laba bersih Bank asal Malaysia ini ambles hampir 15% menjadi Rp 1,92 triliun pada 2019, sementara pada 2018 masih di angka Rp 2,26 triliun.
Penurunan laba didorong oleh turunnya pendapatan komisi dan administrasi sepanjang 2019 sebesar 4,37% menjadi Rp 1,17 triliun dibandingkan 2018 senilai Rp 1,22 triliun. Sementara pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) masih naik meski tipis 0,83% menjadi Rp 8,17 triliun dari Rp 8,09 triliun pada 2018.
Namun kenaikan tersebut tidak sebanding dengan beban operasional terutama pada impairment kredit sebesar 26,59% menjadi Rp 1,97 triliun, dari Rp 1,55 triliun pada 2019.
Sementara itu, aset bank buku 3 ini turun 4,75% menjadi Rp 169,08 triliun, dibandingkan 2018 senilai Rp 177,53 triliun. Hal itu disebabkan oleh penurunan penyaluran kredit sepanjang 2019 sebesar 10,13% menjadi Rp 98,53 triliun dari Rp 109,65 triliun pada 2018. Adapun dana pihak ketiga (DPK) turun hampir 9% menjadi Rp 85,14 triliun dari posisi 2018 senilai Rp 93,54 triliun.
Penurunan aset, kredit, dan laba ini juga dibarengi dengan peningkatan non performing loan (NPL) menjadi 3,62% sepanjang 2019. Padahal pada 2018 NPL gross masih di posisi 2,66%. Adanya penurunan NPL ini juga mengakibatkan perusahaan harus meningkatkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) menjadi Rp 3,24 triliun, naik 20,17% dibandingkan 2018 senilai Rp 2,69 triliun.
Sementara return of asset (ROA) pun turun menjadi 1,09% sepanjang 2019, dibandingkan tahun 2018 sebesar 1,48%. Return of equity (ROE) pun turunnya tidak kalah dalam menjadi 6,47%, dibandingkan 2018 sebesar 9,47%. ROA dan ROE digunakan untuk mengukur kemampuan imbal hasil atau laba secara relatif terhadap total aset (ROA) dan total ekuitas/modal (ROE).
Penurunan kredit juga tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) perusahaan menjadi 94,13% pada 2019, sementara pada 2018 di posisi 96,46%. LDR yang tinggi bisa menjadi tanda bank kurang leluasa untuk menyalurkan kredit karena ketatnya likuiditas. Di sisi lain rendah atau turunnya LDR juga bisa diartikan bahwa bank tidak gencar dalam penyaluran kredit.
(dob/dob) Next Article Top! Kredit Maybank Indonesia Tumbuh 14% di Kuartal I 2024
Laba bersih Bank asal Malaysia ini ambles hampir 15% menjadi Rp 1,92 triliun pada 2019, sementara pada 2018 masih di angka Rp 2,26 triliun.
Penurunan laba didorong oleh turunnya pendapatan komisi dan administrasi sepanjang 2019 sebesar 4,37% menjadi Rp 1,17 triliun dibandingkan 2018 senilai Rp 1,22 triliun. Sementara pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) masih naik meski tipis 0,83% menjadi Rp 8,17 triliun dari Rp 8,09 triliun pada 2018.
Sementara itu, aset bank buku 3 ini turun 4,75% menjadi Rp 169,08 triliun, dibandingkan 2018 senilai Rp 177,53 triliun. Hal itu disebabkan oleh penurunan penyaluran kredit sepanjang 2019 sebesar 10,13% menjadi Rp 98,53 triliun dari Rp 109,65 triliun pada 2018. Adapun dana pihak ketiga (DPK) turun hampir 9% menjadi Rp 85,14 triliun dari posisi 2018 senilai Rp 93,54 triliun.
Penurunan aset, kredit, dan laba ini juga dibarengi dengan peningkatan non performing loan (NPL) menjadi 3,62% sepanjang 2019. Padahal pada 2018 NPL gross masih di posisi 2,66%. Adanya penurunan NPL ini juga mengakibatkan perusahaan harus meningkatkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) menjadi Rp 3,24 triliun, naik 20,17% dibandingkan 2018 senilai Rp 2,69 triliun.
Sementara return of asset (ROA) pun turun menjadi 1,09% sepanjang 2019, dibandingkan tahun 2018 sebesar 1,48%. Return of equity (ROE) pun turunnya tidak kalah dalam menjadi 6,47%, dibandingkan 2018 sebesar 9,47%. ROA dan ROE digunakan untuk mengukur kemampuan imbal hasil atau laba secara relatif terhadap total aset (ROA) dan total ekuitas/modal (ROE).
Penurunan kredit juga tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) perusahaan menjadi 94,13% pada 2019, sementara pada 2018 di posisi 96,46%. LDR yang tinggi bisa menjadi tanda bank kurang leluasa untuk menyalurkan kredit karena ketatnya likuiditas. Di sisi lain rendah atau turunnya LDR juga bisa diartikan bahwa bank tidak gencar dalam penyaluran kredit.
(dob/dob) Next Article Top! Kredit Maybank Indonesia Tumbuh 14% di Kuartal I 2024
Most Popular