Dolar AS Mulai Ngerem, Rupiah Menyalip

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 February 2020 08:18
Dolar AS Mulai Ngerem, Rupiah Menyalip
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Rupiah berselancar di ombak penguatan mata uang Asia.

Pada Senin (17/2/2020), US$ 1 setara dengan Rp 13.670 kala pembukaan pasar spot. Sama persis posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu atau stagnan.

Seiring perjalanan pasar, rupiah mampu menguat meski tipis saja. Pada pukul 08:07 WIB, US$ 1 dihargai Rp 13.665 di mana rupiah menguat 0,04%.


Sepanjang pekan kemarin, rupiah tidak bergerak alias stagnan secara point-to-point. Sementara mata uang utama Asia lainnya bergerak mixed cenderung menguat di hadapan dolar AS.

Meski secara year-to-date rupiah masih menguat 1,51%, tetapi sejak awal Februari mata uang Ibu Pertiwi terkoreksi 0,15% di hadapan greenback. Rupiah yang dalam tren melemah dalam sebulan terakhir membuatnya kembali menarik di mata investor karena sudah relatif murah. Aksi borong bisa menjadi pendorong rupiah untuk kembali ke jalur hijau.



Selain itu, rupiah juga terbantu oleh sentimen eksternal yang positif. Ini terlihat dari beberapa mata uang utama Asia yang juga menguat.

Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:10 WIB:




Mata uang Asia berhasil menguat setelah laju penguatan dolar AS mulai melambat. Pada pukul 07:48 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama Asia) melemah 0,02%.

Maklum, mata uang Negeri Paman Sam sudah menguat gila-gilaan. Sejak awal Februari, Dollar Index terangkat 1,76% dan secara year-to-date penguatannya lebih tinggi lagi yaitu 2,82%.

 


Berkebalikan dengan rupiah, dolar AS yang sudah menguat tajam membuat pelaku pasar tergoda untuk mencairkan keuntungan. Tekanan jual akan melanda mata uang ini sehingga nilai tukarnya bergerak ke selatan.

Selain itu, ada sedikit rasa lega setelah penyebaran virus Corona menunjukkan tanda-tanda penurunan. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:43 WIB, jumlah kasus Corona di seluruh dunia memang bertambah menjadi 71.279. Korban jiwa juga meningkat menjadi 1.773 orang.

Akan tetapi, pertumbuhan jumlah kasus baru mulai mereda. Mi Feng, Juru Bicara Komisi Kesehatan China, mengatakan bahwa rasio kasus baru yang kemudian berujung ke perawatan insentif adalah 21,6% pada akhir pekan lalu. Turun dibandingkan posisi akhir Januari yaitu 32,4%.

"Efek pengendalian penyebaran virus sudah terlihat," tegas Mi, seperti diberitakan Reuters.


Virus Corona memang mulai menyebar di China, khususnya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei. Seiring mobilitas masyarakat yang memuncak karena perayaan Tahun Baru Imlek, virus menyebar ke penjuru China bahkan ke negara-negara Asia, Eropa, Amerika, hingga Afrika.

Pernyataan Mi diperkuat oleh Mark Woolhouse, Profesor Epidimiologi di University of Edinburgh. Menurut Woolhouse, angka-angka terbaru memang menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan kasus Corona baru.

"Ini tentu kabar gembira bagi seluruh dunia. Akan tetapi, kita masih harus tetap waspada karena bisa jadi angka-angka itu menggambarkan laporan yang dibuat dalam tekanan tinggi," tuturnya, dikutip dari Reuters.

Oleh karena itu, investor sepertinya juga masih menyisakan rasa hati-hati. Sikap ini membuat penguatan rupiah dkk di Asia terbatas, tidak bisa terlampau tinggi.



TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular