Rupiah Galau, Menguat Tidak Melemah Juga Tidak

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 February 2020 09:01
Rupiah Galau, Menguat Tidak Melemah Juga Tidak
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) boleh dibilang tidak bergerak sepanjang pekan ini. Tarik-menarik antara sentimen positif dan negatif membuat rupiah berakhir netral.

Sepanjang pekan ini, rupiah flat saja di hadapan dolar AS. Mengawali pekan di Rp 13.670/US$, mata uang Tanah Air menutup perdagangan pasar spot pekan ini di titik yang sama.

Sementara mata uang utama Asia lainnya bergerak mixed cenderung menguat di hadapan dolar AS. Won Korea Selatan menjadi juara Asia pada pekan ini.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning selama minggu ini:

 

Penguatan won disebabkan oleh depresiasi yang sudah terlalu dalam. Meski pekan ini menguat, tetapi mata uang Negeri K-Pop masih melemah 2,42% secara year-to-date. Won yang sudah murah memancing minat investor untuk melakukan aksi borong.

Sebaliknya, sejak akhir 2019 rupiah masih membukukan apresiasi 1,51% di hadapan greenback dan menjadi mata uang terbaik ketiga di dunia. Rupiah malah bisa jadi sudah terlalu mahal sehingga yang ada adalah risiko terserang tekanan jual. Sepanjang pekan ini, rupiah melemah dalam dua hari perdagangan sehingga tidak mampu menguat secara mingguan.



[Gambas:Video CNBC]




Sentimen positif bagi rupiah pekan ini datang dari rilis data di dalam negeri. Pada awal pekan, Bank Indonesia (BI) mengumumkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal IV-2019. Hasilnya cukup menggembirakan.

Pada kuartal IV-2019, NPI membukukan surplus sebesar US$ 4,28 miliar. Jauh membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yang defisit US$ 46 juta.

Ini membuat NPI untuk keseluruhan 2019 menjadi surplus US$ 4,68 miliar. Juga jauh membaik ketimbang 2018 yang negatif US$ 7,13 miliar.




NPI yang surplus menandakan pasokan valas begitu deras masuk ke Indonesia, menunjukkan permintaan rupiah yang tinggi. Fundamental rupiah yang kuat ini menjadi sentimen yang positif.

Sementara sentimen negatif masih berasal dari faktor eksternal yaitu penyebaran virus Corona yang kian masif. Saat ini jumlah kasus virus Corona di seluruh dunia mencapai lebih dari 60.000 dan korban jiwa hampir 1.500 orang.


Penyebaran virus Corona tentu akan mengganggu aktivitas rumah tangga dan dunia usaha, terutama di China yang menjadi episentrumnya. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi China setidaknya pada kuartal I-2019 hampir pasti bakal melambat.

Reuters melakukan jajak pendapat terhadap 40 ekonom yang hasilnya pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019 diperkirakan sebesar 4,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6%.




Untuk pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020, proyeksinya adalah 5,5%. Juga jauh melambat dibandingkan realisasi 2019 yang sebesar 6,1%.

China adalah perekonomian terbesar di dunia. Kala China melambat, pasti pertumbuhan ekonomi global akan ikut melambat.

Pelaku pasar pun cemas dan tidak lagi berani bermain agresif. Rupiah pun terkena tekanan jual.



TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular