Dari Pemuncak Klasemen, Rupiah Melorot ke Peringkat 3 Dunia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 February 2020 14:05
Dari Pemuncak Klasemen, Rupiah Melorot ke Peringkat 3 Dunia
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada bulan pertama 2020, rupiah terlihat begitu perkasa bahkan menjadi mata uang terbaik dunia. Namun menjalani Februari, keperkasaan rupiah mulai mengendur.

Secara year-to-date, rupiah memang masih menguat 1,6% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah pun masih menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terbaik di dunia, not bad lah.


Akan tetapi kalau melihat pada Januari penguatan rupiah sempat di atas 2%, performa rupiah saat ini tentu kurang ciamik. Bahkan rupiah sudah tergusur ke peringkat ketiga, di bawah pound Mesir dan peso Meksiko.

Refinitiv

Pada awal tahun, investor bersuka-cita karena AS-China berhasil meneken perjanjian damai dagang Fase I. Ada harapan perang dagang yang membuat rantai pasok global nyaris lumpuh selama hampir dua tahun akhirnya selesai.

Prospek pemulihan pertumbuhan ekonomi dunia tentu membuat investor bergairah. Hasilnya arus modal deras mengalir ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Rupiah pun menikmati berkahnya dengan menguat tajam.



Namun penyebaran virus Corona pada pekan keempat Januari mengubah peta permainan. Serangan virus ini muncul kali pertama di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.

Kebetulan kemunculannya bertepatan dengan momentum liburan Tahun Baru Imlek. Seperti halnya Idul Fitri di Indonesia, Imlek di Negeri Tirai Bambu adalah puncak mobilitas masyarakat. Jutaan orang mudik ke kampung halaman hingga berlibur ke luar negeri. Mobilitas yang tinggi ini membuat virus Corona menyebar dengan cepat.

Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 13:33, jumlah kasus virus Corona di seluruh dunia mencapai 64.437. China adalah negara dengan jumlah kasus terbanyak yaitu 63.855. Disusul oleh Singapura (58), Hong Kong (53), Thailand (33), Jepang (29), Korea Selatan (28), Malaysia (19), Taiwan (18), Jerman (16), Vietnam (16), Australia dan AS (15), Prancis (11), Makau (10), Inggris (9), Uni Emirat Arab (8), Kanada (7), Italia, Filipina, dan India (3), Russia dan Spanyol (2), serta Nepal, Kamboja, Belgia, Finlandia, Swedia, dan Sri Lanka (1).


Penyebaran virus Corona tentu akan mengganggu aktivitas rumah tangga dan dunia usaha. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi China setidaknya pada kuartal I-2019 hampir pasti bakal melambat.

Reuters melakukan jajak pendapat terhadap 40 ekonom yang hasilnya pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019 diperkirakan sebesar 4,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6%.

Untuk pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020, proyeksinya adalah 5,5%. Juga jauh melambat dibandingkan realisasi 2019 yang sebesar 6,1%.

China adalah perekonomian terbesar kedua di dunia. Kala China melambat, pasti pertumbuhan ekonomi global akan ikut melambat.


Pelaku pasar pun cemas dan tidak lagi berani bermain agresif. Arus modal menyemut di aset-aset aman (safe haven) seperti emas. Dalam sebulan terakhir, harga sang logam mulia melesat hampir 1,5%.

 

Rupiah pun terkena tekanan jual. Selain investor yang cenderung cari aman, menjual rupiah juga menarik karena sudah menguat tajam. Cuan...

Tekanan jual ini membuat pamor rupiah meredup. Gelar sebagai raja mata uang dunia pun terlepas.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular