Corona Mewabah, Waspada Harga CPO Masih Tertekan!

Monica Wareza, CNBC Indonesia
11 February 2020 18:14
Manajemen PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) menyebutkan harga jual CPO masih akan tertekan.
Foto: Ilustrasi Kelapa Sawit (REUTERS/Luis Echeverria)
Jakarta, CNBC Indonesia - Produsen minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) menyebutkan harga jual CPO masih akan tertekan mengingat tingkat permintaan dari China masih akan rendah.

Hal ini disebabkan karena penyebaran coronavirus dan efek perayaan Imlek yang masih terasa di China sebagai salah satu pasar konsumsi CPO.

Direktur Utama Astra Agro Lestari Santosa mengatakan China merupakan pasar kedua terbesar untuk CPO, setelah India. Permintaah dari negara ini mencapai puncaknya jelang perayaan tahun baru China, sehingga saat ini trader CPO masih belum kembali aktif.

"Kalau dari harga memang sempat terkoreksi saat libur Imlek karena trader di China tidak ada di pasar. Tentu akan pengaruh karena sebagai pasar, China kan salah satu yang terbesar setelah India," kata Santosa kepada CNBC Indonesia, Selasa (11/2/2020).


Dia menyebutkan, antisipasi yang dilakukan perusahaan dengan masih rendahnya tingkat permintaan dari China adalah dengan menerapkan strategi penjualan opportunistic. Artinya, penjualan dilakukan kepada pembeli dengan harga terbaik secara harian.

Seperti diketahui harga komoditas CPO mengalami tekanan pada perdagangan hari ini. Tekanan terjadi akibat penurunan permintaan dan adanya peningkatan produksi minyak sawit di bulan Februari.

Harga CPO kontrak pengiriman 3 bulan di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) turun 0,55% dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin ke level RM 2.739/ton. Kemarin harga CPO berada di level RM 2.754/ton.


Penurunan harga terjadi karena penurunan ekspor minyak sawit Malaysia di bulan Januari. Bulan lalu ekspor Malaysia anjlok 13,2% dari bulan sebelumnya. Sementara produksi dan persediaan minyak sawit Malaysia turun masing-masing sebesar 12,6% dan 12,7%.

Produksi minyak sawit bulan Januari mencapai 1,17 juta ton dan posisi stok minyak sawit pada bulan lalu berada di level 1,76 juta ton.

Di tempat terpisah, Direktur Utama PT Mahkota Group Tbk (MGRO) Usli Sarsi mengatakan virus corona sudah mengkhawatirkan semua orang. Mau tidak mau, Mahkota Group mulai menghitung ulang target pencapaian kinerja finansial tahun ini. 


"Kita akan revisi juga target dengan melihat kondisi sekarang ini. Karena penanganan virus ini sedang berlangsung. Jika dalam 2 hingga 3 bulan bisa ditangani, saya kira revisinya tidak terlalu jauh," kata Usli kepada dalam dialog melalui sambungan telepon dengan CNBC Indonesia, Selasa (11/2/2020).

Menurut Usli, Indonesia memasuki kondisi yang kurang baik karena wabah virus corona yang sudah membunuh 1.011 jiwa. Ini membuat ekonomi dunia terganggu, termasuk Indonesia.

"Kita sekarang memasuki kondisi yang kurang baik. Ini tak hanya mempengaruhi industri sawit tapi ekonomi seluruh dunia," kata Usli.

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kanya Lakshmi Sidarta mengatakan jika dalam 3 bulan virus corona tidak tertangani maka akan berdampak serius terhadap industri sawit Indonesia.

"Kalau dalam terus-terusan dalam tiga bulan, saya ga tahu deh. Memang ada pergeseran (pasar). Tadinya ke China geser ke negara lain. Tetapi ini tidak bisa seterusnya. China, India dan Eropa masih merupakan pasar terbesar. Kalau pengiriman ke China terganggu, dampaknya akan sebesar yang selama ini kita berdagang dengan China," ujar Lakshmi, saat wawancara dengan CNBC Indonesia, Selasa (11/2/2020).

"Jadi sekarang di Indonesia, untuk sawit ada dua isu, yaitu ke Eropa dan China," tambah Lakshmi.

[Gambas:Video CNBC]


(tas/tas) Next Article Live Now! Setelah Rekor, ke Mana Arah Harga CPO?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular