
Lemahnya Data Penjualan Ritel Hambat Laju Penguatan Rupiah

Secara teknikal, belum ada perubahan level yang harus diperhatikan dari Senin kemarin. Rupiah kini menuju fase konsolidasi melihat indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) yang bergerak naik, meski masih di wilayah negatif.
Sekilas melihat ke belakang, penguatan rupiah terjadi setelah menembus ke batas bawah pola Descending Triangle, yang sebelumnya diikuti dengan munculnya pola Black Marubozu.
Pola Descending Triangle pada rupiah terbentuk sejak bulan Agustus 2019, yang artinya sudah berlangsung selama lima bulan sebelum batas bawah (support) Rp 13.885/US$ berhasil ditembus di awal bulan lalu.
![]() Sumber: Refinitiv |
Sementara itu, pola Black Marubozu muncul pada Selasa (7/1/2020), rupiah saat itu membuka perdagangan di level Rp 13.930/US$, dan mengakhiri perdagangan di Rp 13.870/US$, atau menguat 0,47%. Black Marubozu kerap dijadikan sinyal harga suatu instrumen akan menurun lebih lanjut. Dalam hal ini, nilai tukar dolar AS melemah melawan rupiah.
Sejak saat itu, penguatan rupiah menguat hingga ke Rp 13.565/US$. Jika melihat Descending Triangle, dari titik atas Rp 14.525/US$ hingga ke batas bawah Rp 13.885/US$, ada jarak sebesar Rp 640.
Ketika pola Descending Triangle berhasil ditembus, maka target yang dituju juga sebesar jarak titik atas hingga ke batas bawah. Dengan demikian, berdasarkan pola tersebut, secara teknikal rupiah masih memiliki ruang menguat hingga ke Rp 13.245/US$.
Level Rp 13.885/US$ akan menjadi batas atas fase konsolidasi rupiah, dan Rp 13.565/US$ (level terkuat tahun ini) akan menjadi batas bawah. Dalam jangka menengah, rupiah perlu menembus salah satu area tersebut untuk melihat pergerakan lebih lanjut. Jika mampu menembus ke bawah Rp 13.565/US$ maka peluang melanjutkan penguatan pola Descending Triangle akan kembali terbuka.
![]() Sumber: Refinitiv |
Sementara untuk hari ini, melihat grafik 1 jam indikator stochastic bergerak turun tetapi belum memasuki wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold untuk pasangan USD/IDR, itu menjadi sinyal harga akan berbalik naik. Tetapi jika belum mencapai oversold, ruang penguatan rupiah masih terbuka.
Resisten (tahanan atas) berada di Rp 13.690/US$, selama tertahan di bawah level tersebut, rupiah berpeluang menguat ke Rp 13.660/US$. Sementara jika menembus ke atas resisten, rupiah berisiko melemah ke Rp 13.715/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
