Efek Corona, Deretan Proyek Abu Dhabi Ini Bikin Erick Was-was

Monica Wareza, CNBC Indonesia
11 February 2020 11:14
Efek Corona, Deretan Proyek Abu Dhabi Ini Bikin Erick Was-was

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri BUMN Erick Thohir mengkhawatirkan beberapa kerja sama dengan investor asing khususnya dari Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA) bisa ditunda untuk sementara waktu di tengah mewabahnya virus corona dari Wuhan China yang sudah menyebar ke beberapa negara.

Pada awal Januari lalu, Erick mendapatkan komitmen investasi dari investor Abu Dhabi, ibu kota dan kota terbesar kedua di Uni Emirat Arab.

"Karena orang Abu Dhabi gak tahu Indonesia sehat apa enggak. Bisa aja di hold [ditunda]," ujar Erick dalam sambutan di acara Indonesia Healthcare Corporation Medical Forum di Jakarta, Senin (10/2/2020).

Salah satu kesepakatan yang sudah dilakukan Indonesia di Abu Dhabi adalah dengan Emirates Global Alumunium. Dalam perjanjian tersebut salah satu kesepakatannya menggunakan teknologi China.


"Akibatnya banyak investasi yang terhambat," kata Erick.

Erick menjelaskan jika virus corona masih terus mewabah, dampaknya bukan hanya pada aspek kesehatan. Ekonomi bisa terganggu dan upaya membuka lapangan kerja bisa terhambat.

Foto: foto/ Presiden Jokowi Disambut Upacara Kenegaraan di Abu Dhabi/ foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden


Terganggunya iklim investasi lantaran supply chain ekonomi terganggu termasuk ke Indonesia. Ujung-ujungnya, kata Erick, target Indonesia menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di 2045 bisa sulit tercapai.

Menurut Erick, epidemi virus corona sudah membuat ekonomi terganggu. Bursa saham Negeri Tirai Bambu terkoreksi banyak dan banyak tenaga kerja yang belum bisa bekerja karena khawatir terinfeksi virus tersebut.

Lalu apa saja proyek-proyek dari investor Abu Dhabi yang sudah dikantongi RI?

[Gambas:Video CNBC]

Pada kunjungan kerja ke Uni Emirat Arab, bersama Presiden Jokowi, Minggu 12 Januari 2020, Erick berhasil membawa komitmen investasi dari UEA, negara federasi tujuh emirat yang beribukota di Abu Dhabi ini.

Beberapa kontrak antara BUMN dengan investor di sana yakni proyek di PT Pertamina (Persero), PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

"BUMN berkontribusi, Pertamina dengan ADNOC (Abu Dhabi National Oil Company), perusahaan yang punya cadangan minyak terbesar ketujuh di dunia, kemudian Pertamina-Mubadala Petroleum. Kemudian Inalum dengan Emirates Global Alumunium (EGA) produsen alumunium terbesar dunia," kata Erick yang dibacakan Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga di Kementerian BUMN, Senin (13/1/2020).

"Kemudian PLN dengan Masdar [Masdar Clean Energy] untuk pengembangan energi baru terbarukan (EBT) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung (Floating PV) di Waduk Cirata, Jawa Barat. Jadi pembangkit EBT terbesar di Asia Tenggara," lanjut Arya.

Total hasil pertemuan dari UEA, ada 11 perjanjian bisnis dan lima perjanjian pemerintah di bidang energi, migas, petrokimia pelabuhan, telekomunikasi dan riset. Investasi yang dihasilkan mencapai US$ 22,89 miliar atau setara dengan Rp 314,9 triliun.

"Kuncinya perusahaan BUMN Good Corporate Governance (GCG) terpenuhi. Ketika GCG bagus maka engga susah cariĀ 
partnerinvestasi. Ini menunjukkan perusahaan yang GCG-nya baik," kata Erick.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular