Defisit Transaksi Berjalan Membaik, Koreksi IHSG Menipis

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 February 2020 12:26
Per akhir sesi satu, koreksi IHSG menipis menjadi 0,7% ke level 5.957,34.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan pertama di pekan ini, Senin (10/2/2020), di zona merah.

Pada pembukaan perdagangan, IHSG melemah tipis 0,1% ke level 5.993,38. IHSG kemudian berangsur-angsur memperlebar kekalahannya. Titik terlemah IHSG pada hari ini berada di level 5.937,38, mengimplikasikan koreksi sebesar 1,04% jika dibandingkan dengan posisi pada penutupan perdagangan hari Jumat (7/2/2020).

Per akhir sesi satu, koreksi IHSG menipis menjadi 0,7% ke level 5.957,34.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam menekan kinerja IHSG di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (-1,54%), PT Astra International Tbk/ASII (-1,95%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-0,3%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-0,65%), dan PT Barito Pacific Tbk/BRPT (-1,98%).


Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang melaju di zona merah. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei jatuh 0,51%, indeks Shanghai turun 0,39%, indeks Hang Seng melemah 0,77%, indeks Straits Times terkoreksi 0,56%, dan indeks Kospi terpangkas 0,73%.

Terus meluasnya infeksi virus Corona menjadi faktor yang menekan kinerja bursa saham Benua Kuning. Virus Corona sendiri merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala dari paparan virus Corona meliputi batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam, seperti dilansir dari CNN International.

Berpusat di China, kasus infeksi virus Corona juga dilaporkan telah terjadi di negara-negara lain. Dilansir dari halaman Johns Hopkins, hingga kini setidaknya sebanyak 28 negara telah mengonfirmasi terjadinya infeksi virus Corona di wilayah mereka.

China, Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, AS, Vietnam, Prancis, Jerman, Inggris, Nepal, dan Kanada termasuk ke dalam daftar negara yang sudah melaporkan infeksi virus Corona.

Melansir CNBC International, hingga kemarin, Minggu (9/2/2020), sebanyak 908 orang di China telah meninggal akibat infeksi virus Corona, dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 40.000.


Riset dari Standard & Poor's (S&P) menyebutkan bahwa virus Corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China sekitar 1,2 persentase poin. Jadi, kalau pertumbuhan ekonomi China pada tahun ini diperkirakan berada di level 6%, maka virus Corona akan memangkasnya menjadi 4,8% saja.

Untuk diketahui, pada tahun 2019 perekonomian Negeri Panda tercatat tumbuh sebesar 6,1%, melambat signifikan dari yang sebelumnya 6,6% pada tahun 2018. Melansir CNBC International yang mengutip Reuters, pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2019 merupakan yang terlemah sejak tahun 1990.

"Pada tahun 2019, konsumsi menyumbang sekitar 3,5 persentase poin dari pertumbuhan ekonomi China yang sebesar 6,1%. Dengan perkiraan konsumsi domestik turun 10%, maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan akan berkurang sekitar 1,2 persentase poin," tulis riset S&P.

Meluasnya infeksi virus Corona memang datang di saat yang sangat tidak tepat, yakni kala masyarakat China tengah merayakan hari raya Tahun Baru China atau yang dikenal dengan istilah Imlek di Indonesia.

Defisit Transaksi Berjalan Membaik, Koreksi IHSG MenipisFoto: Rumah sakit Sementara di China (Chinatopix via AP)

Selama libur Tahun Baru China, masyarakat China biasanya kembali ke kampung halamannya, sama seperti yang dilakukan masyarakat Indonesia pada hari raya Idul Fitri. Dalam periode tersebut, konsumsi masyarakat China biasanya akan meningkat drastis.

Pemerintah China sendiri sejatinya memperkirakan bahwa akan ada sebanyak tiga miliar perjalanan pada Tahun Baru China kali ini, naik dibandingkan tahun lalu yaitu 2,99 miliar perjalanan. Dari tiga miliar perjalanan tersebut, 2,43 miliar diperkirakan ditempuh dengan mobil, 440 juta dengan kereta api, 79 juta dengan pesawat terbang, dan 45 juta dengan kapal laut.

Namun, kemungkinan besar estimasi tersebut akan meleset jauh, mengingat banyak wilayah di China yang dikarantina guna menekan meluasnya infeksi virus Corona.

Bahkan, pemerintah China memutuskan untuk memperpanjang libur Tahun Baru China di negaranya. Sejatinya, libur Tahun Baru China pada awalnya dijadwalkan untuk berlangsung pada tanggal 24 hingga 30 Januari 2020.

Melansir pemberitaan CNBC International, hingga Senin pagi (3/2/2020) setidaknya 24 provinsi, kota, dan wilayah di China telah mengabarkan kepada perusahaan-perusahaan untuk menghentikan operasional hingga setidaknya tanggal 10 Februari.

Bahkan, provensi Hubei yang terdampak paling parah oleh virus Corona telah mengabarkan kepada perusahaan-perusahaan untuk tak beroperasi hingga setidaknya tanggal 14 Februari.


Dari dalam negeri, kinerja IHSG terangkat oleh sentimen positif yang datang dari riis data neraca pembayaran indonesia (NPI) periode kuartal IV-2019, sekaligus keseluruhan tahun 2019. Bersamaan dengan rilis NPI, Bank Indonesia (BI) juga merilis data neraca transaksi berjalan yang merupakan bagian dari NPI.

Pada kuartal IV-2019, BI mencatat bahwa defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) berada di level 2,84% dari Produk Domestik Bruto (PDB), membaik dari capaian pada kuartal IV-2018 yang sebesar 3,72%. Untuk keseluruhan tahun 2020, CAD tercatat berada di level 2,72% dari PDB, lebih baik dari capaian pada tahun 2018 yang sebesar 2,94%.

Sebagai informasi, transaksi berjalan merupakan faktor penting dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil, berbeda dengan pos transaksi finansial (komponen NPI lainnya) yang pergerakannya begitu fluktuatif karena berisikan aliran modal dari investasi portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]




(ank/tas) Next Article Jelang Rilis Data Transaksi Berjalan, IHSG Jatuh Nyaris 1%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular