
Garang di Kurs Tengah BI, Rupiah Terbaik di Asia Lagi
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 February 2020 10:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot dan kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari ini, Kamis (6/2/2020).
Di pasar spot, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,22% ke level Rp 13.640/US$, sebelum memangkas penguatan dan berada di level Rp 13.650/US$ pada pukul 10:12 WIB. Sementara di kurs tengah BI atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor rupiah berada di level Rp 13.662/US$, menguat 0,4% dibandingkan Rabu kemarin.
Pergerakan rupiah di pasar spot pada Rabu kemarin sebenarnya mayoritas dihabiskan di zona merah, akibat pertumbuhan ekonomi RI di kuartal IV-2019 dilaporkan di bawah 5%.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini melaporkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh 4,97% year-on-year (YoY) di kuartal IV-2019. Pertumbuhan tersebut merupakan yang terendah sejak kuartal IV-2016, ketika tumbuh 4,94% YoY.
Sementara sepanjang tahun 2019, pertumbuhan ekonomi RI tercatat sebesar 5,02%, yang menjadi pertumbuhan terlemah sejak tahun 2015.
Data tersebut cukup membebani rupiah, tetapi beberapa menit sebelum perdagangan ditutup Mata Uang Garuda berbalik menguat 0,26%, sekaligus menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia. Performa tersebut berlanjut pagi ini, Mata Uang Garuda masih menjadi yang terbaik di Asia.
Berikut perkembangan pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 10:12 WIB.
Penguatan rupiah secara tiba-tiba Rabu kemarin dipicu kabar dari Reuters melaporkan TV di China memberi kabar tim peneliti di Universitas Zhenjiang telah menemukan obat yang efektif untuk menyembuhkan virus corona.
Selain China, CNBC International yang mengutip Sky News melaporkan ilmuwan di Imperial College London telah membuat terobosan signifikan dalam pembuatan vaksin virus corona.
Kabar tersebut sontak membuat pelaku pasar gembira, dan masuk kembali ke aset-aset berisiko.
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menurunkan euforia pelaku pasar. WHO mengatakan "belum diketahui" ada pengobatan yang dapat menyembuhkan virus corona. Meski demikian, sentimen pelaku pasar masih tetap bagus pada hari ini, yang tercermin dari penguatan bursa saham Asia, kinerja rupiah pun ikut terkerek.
Salah satu penyebab membaiknya selera terhadap risiko (risk appetite) pelaku pasar adalah gelontoran stimulus moneter di China guna meredam dampak negatif virus corona di pasar finansial.
CNBC International melaporkan, Senin lalu PBoC menurunkan suku bunga reverse repo tenor 7 hari menjadi 2,4%, sementara tenor 14 hari diturunkan menjadi 2,55% guna meredam gejolak finansial yang terjadi akibat virus corona. Selain itu dalam 2 hari terakhir PBoC menyuntikkan likuiditas senilai 1,7 triliun yuan (US$ 242,74 miliar) melalui operasi pasar terbuka.
Berkat stimulus tersebut, bursa saham global menghijau sejak hari Selasa, dampaknya sejak hari itu rupiah juga kembali menguat. Dalam dua hari terakhir, tercatat rupiah menguat sebesar 0,51%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Di pasar spot, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,22% ke level Rp 13.640/US$, sebelum memangkas penguatan dan berada di level Rp 13.650/US$ pada pukul 10:12 WIB. Sementara di kurs tengah BI atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor rupiah berada di level Rp 13.662/US$, menguat 0,4% dibandingkan Rabu kemarin.
Pergerakan rupiah di pasar spot pada Rabu kemarin sebenarnya mayoritas dihabiskan di zona merah, akibat pertumbuhan ekonomi RI di kuartal IV-2019 dilaporkan di bawah 5%.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini melaporkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh 4,97% year-on-year (YoY) di kuartal IV-2019. Pertumbuhan tersebut merupakan yang terendah sejak kuartal IV-2016, ketika tumbuh 4,94% YoY.
Sementara sepanjang tahun 2019, pertumbuhan ekonomi RI tercatat sebesar 5,02%, yang menjadi pertumbuhan terlemah sejak tahun 2015.
Data tersebut cukup membebani rupiah, tetapi beberapa menit sebelum perdagangan ditutup Mata Uang Garuda berbalik menguat 0,26%, sekaligus menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia. Performa tersebut berlanjut pagi ini, Mata Uang Garuda masih menjadi yang terbaik di Asia.
Berikut perkembangan pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 10:12 WIB.
Penguatan rupiah secara tiba-tiba Rabu kemarin dipicu kabar dari Reuters melaporkan TV di China memberi kabar tim peneliti di Universitas Zhenjiang telah menemukan obat yang efektif untuk menyembuhkan virus corona.
Selain China, CNBC International yang mengutip Sky News melaporkan ilmuwan di Imperial College London telah membuat terobosan signifikan dalam pembuatan vaksin virus corona.
Kabar tersebut sontak membuat pelaku pasar gembira, dan masuk kembali ke aset-aset berisiko.
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menurunkan euforia pelaku pasar. WHO mengatakan "belum diketahui" ada pengobatan yang dapat menyembuhkan virus corona. Meski demikian, sentimen pelaku pasar masih tetap bagus pada hari ini, yang tercermin dari penguatan bursa saham Asia, kinerja rupiah pun ikut terkerek.
Salah satu penyebab membaiknya selera terhadap risiko (risk appetite) pelaku pasar adalah gelontoran stimulus moneter di China guna meredam dampak negatif virus corona di pasar finansial.
CNBC International melaporkan, Senin lalu PBoC menurunkan suku bunga reverse repo tenor 7 hari menjadi 2,4%, sementara tenor 14 hari diturunkan menjadi 2,55% guna meredam gejolak finansial yang terjadi akibat virus corona. Selain itu dalam 2 hari terakhir PBoC menyuntikkan likuiditas senilai 1,7 triliun yuan (US$ 242,74 miliar) melalui operasi pasar terbuka.
Berkat stimulus tersebut, bursa saham global menghijau sejak hari Selasa, dampaknya sejak hari itu rupiah juga kembali menguat. Dalam dua hari terakhir, tercatat rupiah menguat sebesar 0,51%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular