Ekonomi RI Tumbuh di Bawah 5%, Rupiah Malah Terbaik di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 February 2020 18:27
Rupiah membuka perdagangan hari ini dengan menguat 0,11% ke Rp 13.690/US$, tetapi tidak lama langsung melemah 0,15% ke Rp 13.725/US$.
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada hari Rabu (5/2/2020) setelah tertekan nyaris sepanjang perdagangan.

Rupiah membuka perdagangan hari ini dengan menguat 0,11% ke Rp 13.690/US$, tetapi tidak lama langsung melemah 0,15% ke Rp 13.725/US$.

Selepas tengah hari, pelemahan rupiah membesar menjadi 0,18% ke level Rp 13.730/US$. Mata Uang Garuda terlihat akan berakhir di zona merah, tetapi kurang dari 30 menit sebelum berdagangan dalam negeri ditutup rupiah terus menipiskan pelemahan hingga akhirnya berbalik menguat 0,26% ke level Rp 13.670/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv.



Penguatan tersebut bahkan terjadi saat mayoritas mata uang utama Asia melemah, sehingga rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia pada hari ini.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini.



Penguatan rupiah pada hari ini terjadi saat rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang di bawah konsensus. Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini melaporkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh 4,97% year-on-year (YoY) di kuartal IV-2019. Pertumbuhan tersebut merupakan yang terendah sejak kuartal IV-2016, ketika tumbuh 4,94% YoY.

Sementara sepanjang tahun 2019, pertumbuhan ekonomi RI tercatat sebesar 5,02%, yang menjadi pertumbuhan terlemah sejak tahun 2015.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan faktor eksternal membuat pertumbuhan ekonomi dalam negeri melambat.

"Pertumbuhan ekonomi dunia sedang melemah dan belum stabil. Perang dagang antara AS-China masih jauh dari selesai. Ditambah ketegangan politik di Timur Tengah yang melambat," papar Suhariyanto.

"Sehingga (ekonomi kuartal IV-2019) 4,97% ini masih bisa dipahami," tutur Suhariyanto.



Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, pertumbuhan ekonomi Oktober-Desember 2019 diperkirakan 5,04% YoY. Ini membuat pertumbuhan ekonomi 2019 secara keseluruhan adalah 5,035%. Dengan pembulatan menjadi dua desimal di belakang, maka boleh dibilang angkanya adalah 5,04%.

Rupiah bergeming merespon data tersebut, bahkan sempat mempertebal pelemahan. Tetapi di menit-menit akhir, rupiah langsung membalikkan keadaan. Membaiknya sentimen pelaku pasar, dan aliran modal yang masuk ke Indonesia sepertinya menjadi penyebab menguatnya rupiah pada hari ini.

Hal tersebut tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga menguat di menit-menit akhir hingga nyaris 1%. Berdasarkan data RTI, asing melakukan beli bersih sebesar Rp 568,44 miliar pada hari ini.



Selain itu di pasar obligasi Indonesia, yield tenor 10 tahun pada hari ini turun sebesar 59 basis poin (bps) menjadi 6,608%.

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.

Ketika harga naik, berarti permintaan obligasi sedang tinggi yang bisa memberikan gambaran kepercayaan investor terhadap aset-aset Indonesia.

Membaiknya sentimen pelaku pasar tersebut membuat rupiah berpeluang merebut kembali status juara dunia alias mata uang dengan kinerja terbaik di dunia sepanjang 2020 dari pound Mesir.

Total penguatan rupiah sepanjang 2020 kini sebesar 1,51%, sementara pound Mesir sedang melemah 0,1% dengan total penguatan 1,47%. Tetapi perdagangan dolar AS vs pound Mesir masih belum berakhir, sehingga posisi tersebut bisa berubah kembali.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]




(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular