
Rupiah Memang Menguat, Tapi Hati-hati....

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah ditransaksikan menguat pada perdagangan keempat di pekan ini, Kamis (6/2/2020).
Pada pembukaan perdagangan di pasar spot, rupiah berada di level Rp 13.640/dolar AS, mengimplikasikan penguatan sebesar 0,22% jika dibandingkan dengan posisi pada penutupan perdagangan kemarin, Rabu (5/2/2020).
Hingga berita ini diturunkan, apresiasi rupiah sudah menipis menjadi 0,11% ke level Rp 13.655/dolar AS.
Rupiah bergerak menguat kala mayoritas mata uang negara-negara Asia lainnya justru melemah di hadapan dolar AS.
Rilis data ekonomi AS yang menggembirakan menjadi faktor yang memantik aksi beli atas dolar AS. Pada awal pekan ini, Manufacturing PMI AS periode Januari 2020 versi Institute for Supply Management (ISM) diumumkan di level 50,9, di atas konsensus yang sebesar 48,5, seperti dilansir dari Forex Factory.
Sebagai informasi, angka di atas 50 berarti aktivitas manufaktur membukukan ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sementara angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi.
Ekspansi aktivitas manufaktur AS pada bulan lalu menandai ekspansi pertama dalam enam bulan.
Kemudian kemarin, penciptaan lapangan kerja periode Januari 2020 (di luar sektor pertanian) versi Automatic Data Processing (ADP) diumumkan sebanyak 291.000, di atas konsensus yang dihimpun oleh Dow Jones sebanyak 150.000. Penciptaan lapangan kerja tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan capaian bulan Desember yang hanya sebanyak 199.000.
Melansir CNBC International, penciptaan lapangan kerja yang sebanyak 291.000 pada bulan lalu merupakan capaian terbaik sejak Mei 2015.
Lebih lanjut, Services PMI periode Januari 2020 versi ISM diumumkan di level 55,5, di atas konsensus yang sebesar 55,1, seperti dilansir dari Forex Factory.
Rilis data ekonomi yang menggembirakan tersebut memberikan harapan bahwa laju perekonomian AS akan membaik di tahun 2020.
Pada pekan lalu, pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal IV-2019 diumumkan di level 2,1% (QoQ annualized), sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh Dow Jones.
Untuk keseluruhan tahun 2019, perekonomian AS hanya tumbuh 2,3%, menandai laju pertumbuhan terlemah dalam tiga tahun. Untuk diketahui, pada tahun 2017 perekonomian AS tumbuh sebesar 2,4%, diikuti pertumbuhan sebesar 2,9% pada tahun 2018.
Laju pertumbuhan tersebut juga berada di bawah target yang dipatok oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Pasca resmi memangkas tingkat pajak korporasi dan individu pada tahun 2017, Gedung Putih memproyeksikan pertumbuhan ekonomi untuk setidaknya berada di level 3%.
Lebih lanjut, tanda-tanda pulihnya perekonomian AS menjadi kabar yang menggembirakan mengingat The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS pada pekan kemarin memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuan di rentang 1,5%-1,75%.
Di sepanjang tahun 2019, The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan sebanyak tiga kali, masing-masing sebesar 25 bps, yakni pada bulan Juli, September, dan Oktober. Jika ditotal, federal funds rate sudah dipangkas sebesar 75 bps oleh Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan koleganya di bank sentral.
Perang dagang AS-China, perlambatan ekonomi global, dan inflasi yang rendah menjadi faktor yang membuat The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 75 bps tersebut.
Jika tingkat suku bunga acuan kembali dipangkas, bank akan semakin terdorong untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan semakin terdorong untuk meningkatkan konsumsinya. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.
Kini, absennya pemangkasan tingkat suku bunga acuan oleh The Fed lantas berpotensi untuk semakin menekan laju perekonomian AS. Praktis, rilis data ekonomi yang menggembirakan menjadi sesuatu yang melegakan bagi pelaku pasar sehingga greenback menjadi buruan.
Dengan melihat posisi dolar AS yang sedang perkasa terhadap mata uang negara-negara Asia lainnya, patut diwaspadai bahwa ada potensi rupiah akan bergerak ke zona depresiasi, apalagi jika mengingat bahwa apresiasi rupiah kini sudah menipis jika dibandingkan apresiasi pada saat pembukaan perdagangan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
