Credit Suisse: Tiga Saham Ini Semakin Seksi Setelah Koreksi!

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
06 February 2020 07:36
Koreksi pasar akibat wabah virus corona Wuhan justru memunculkan saham-saham unggulan yang masih memiliki prospek menjanjikan.
Foto: Bursa Efek Indonesia (BEI) (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badai koreksi di pasar keuangan global yang terjadi sejak dua pekan terakhir akhirnya reda juga. Namun, layaknya badai-badai lain, terpaan badai dari bencana wabah virus corona Wuhan justru memunculkan saham-saham unggulan yang masih memiliki prospek menjanjikan.

Dalam risetnya kemarin (4/2/20), PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia menunjukkan ada tiga saham yang cukup menjanjikan karena koreksi yang terjadi pada saham tersebut sudah cukup dalam meskipun kinerja perseroan cukup mumpuni.


Koreksi yang terjadi dalam 2 pekan terakhir menyebabkan valuasi fundamental ketiga saham tersebut menjadi lebih murah dan tentu dapat menarik perhatian investor.

Riset bertajuk "A Whole New World Indeed" itu menunjukkan ketiga saham yang dinyatakan sudah murah adalah BUMN telekomunikasi yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), sayap alat berat dan tambang Grup Astra yakni PT United Tractors Tbk (UNTR), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Ketiga saham itu dinilai unggul dibanding saham penghuni Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang lain dalam hal likuiditas, prospek bisnis, dan valuasi fundamentalnya.

Untuk TLKM, analis Credit Suisse Andri Ngaserin dan Gregorius Gary menilai faktor dominasinya di industri telekomunikasi serta yield dividen sebesar 5% semakin menandai titik akumulasi dengan menawarkan profitabilitas yang besar. Yield dividen adalah besaran keuntungan (return) investor dari saham yang dibeli dengan harga tertentu.



Valuasi nilai perusahaan terhadap EBITDA perusahaan untuk prediksi kinerja 2020 (EV/EBITDA 2020F) masih berada di 5,4x dan pertumbuhan majemuk tahunan laba per saham (EPS CAGR) cukup tinggi yaitu 7%.

Bersama Bank Mandiri, TLKM juga dianggap tim Credit Suisse sudah memainkan peran pentingnya sebagai saham defensif karena koreksi dari posisi tertinggi dan terendahnya tahun ini. TLKM hanya turun 7,2% pada periode 13 Januari hingga 3 Februari, sedangkan BMRI lebih tipis yaitu 5,36% pada periode 24 Januari sampai 3 Februari.

Bank BUMN yang dipimpin Royke Tumilaar itu dinilai Andri dan Gregorius memiliki rasio saham per nilai buku menggunakan prediksi kinerja 2020 (P/BV 2020F) 1,9x yang didukung prospek kenaikan rasio keuntungan per ekuitas (ROE) dari 15% pada tahun lalu menjadi 18% pada 2021.

Baik saham TLKM dan BMRI sudah diberi rekomendasi overweight atau beli oleh sekuritas yang menginduk bank investasi multinasional asal Swiss tersebut. Target harga (TP) kedua saham ditetapkan pada Rp 4.900/saham dan Rp 9.200/saham hingga 12 bulan ke depan.

Saham ketiga yang dilirik CS adalah induk bisnis alat berat, tambang, dan konstruksi di dalam Grup Astra yaitu United Tractors. Penurunan harga saham tersebut yang sudah lebih dari 10%, atau tepatnya 18,66% pada periode 13 Januari-5 Februari tentu menjadi kunci dari turunnya valuasi perseroan yang masih memiliki fundamental yang kuat.

Dari sisi valuasi, rasio harga saham per laba prediksi kinerja 2020 (PE ratio 2020F) yang sudah turun hingga tinggal 6,5x dan dengan yield dividen 6,5% turut menjadi faktor utama yang membuat saham tersebut semakin seksi di tengah koreksi.

Untuk saham induk usaha perusahaan tambang PT Pamapersada Nusantara itu, Credit Suisse menyematkan target harga Rp 26.600/saham hingga 12 bulan ke depan.

Dengan prospek virus corona Wuhan (n-CoV) yang semakin meredup serta kekhawatiran yang mulai menghilang, tampaknya momentum saat ini semakin tepat untuk segera mengoleksi saham-saham unggulan yang cukup menggiurkan tersebut hingga menyentuh level targetnya.

Selamat berinvestasi!

[Gambas:Video CNBC]





TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular