
Korban Corona Tembus 500 Jiwa, Indeks Shanghai Tetap Hijau
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 February 2020 08:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham China dan Hong Kong mengawali perdagangan keempat di pekan ini, Kamis (6/2/2020), di zona hijau.
Pada pembukaan perdagangan, indeks Shanghai naik 0,31% ke level 2.826,89, sementara indeks Hang Seng menguat 1,45% ke level 27.174,53.
Bursa saham China dan Hong Kong mengekor jejak Wall Street yang ditutup menguat pada perdagangan kemarin, Rabu (5/2/2020). Pada penutupan perdagangan kemarin, indeks Dow Jones naik 1,68%, indeks S&P 500 menguat 1,13%, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 0,43%.
Rilis data ekonomi AS yang menggembirakan menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham AS. Pada awal pekan ini, Manufacturing PMI AS periode Januari 2020 versi Institute for Supply Management (ISM) diumumkan di level 50,9, di atas konsensus yang sebesar 48,5, seperti dilansir dari Forex Factory.
Sebagai informasi, angka di atas 50 berarti aktivitas manufaktur membukukan ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sementara angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi.
Ekspansi aktivitas manufaktur AS pada bulan lalu menandai ekspansi pertama dalam enam bulan.
Kemudian kemarin, penciptaan lapangan kerja periode Januari 2020 (di luar sektor pertanian) versi Automatic Data Processing (ADP) diumumkan sebanyak 291.000, di atas konsensus yang dihimpun oleh Dow Jones sebanyak 150.000. Penciptaan lapangan kerja tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan capaian bulan Desember yang hanya sebanyak 199.000.
Melansir CNBC International, penciptaan lapangan kerja yang sebanyak 291.000 pada bulan lalu merupakan capaian terbaik sejak Mei 2015.
Lebih lanjut, Services PMI periode Januari 2020 versi ISM diumumkan di level 55,5, di atas konsensus yang sebesar 55,1, seperti dilansir dari Forex Factory.
AS sendiri merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, sekaligus mitra dagang yang sangat penting bagi China. Kala laju perekonomian AS relatif kencang, tentu perekonomian China akan terdampak secara positif.
Bursa saham China lantas mengabaikan kehadiran sentimen negatif yakni terus meluasnya infeksi virus Corona. Virus Corona sendiri merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala dari paparan virus Corona meliputi batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam, seperti dilansir dari CNN International.
Berpusat di China, kasus infeksi virus Corona juga dilaporkan telah terjadi di negara-negara lain. Dilansir dari halaman resmi Center for Disease Control and Prevention (CDC), hingga kini setidaknya sebanyak 28 negara telah mengonfirmasi terjadinya infeksi virus Corona di wilayah mereka.
China, Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, AS, Vietnam, Prancis, Jerman, Inggris, Nepal, dan Kanada termasuk ke dalam daftar negara yang sudah melaporkan infeksi virus Corona.
Melansir publikasi dari Johns Hopkins CSSE, hingga kini sebanyak 562 orang di China telah meninggal akibat infeksi virus Corona, dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 27.000.
Pada hari ini, tidak ada data ekonomi yang dijadwalkan dirilis di China dan Hong Kong.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Virus Corona Hantam Bursa China, Nyaris Turun 9%
Pada pembukaan perdagangan, indeks Shanghai naik 0,31% ke level 2.826,89, sementara indeks Hang Seng menguat 1,45% ke level 27.174,53.
Bursa saham China dan Hong Kong mengekor jejak Wall Street yang ditutup menguat pada perdagangan kemarin, Rabu (5/2/2020). Pada penutupan perdagangan kemarin, indeks Dow Jones naik 1,68%, indeks S&P 500 menguat 1,13%, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 0,43%.
Rilis data ekonomi AS yang menggembirakan menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham AS. Pada awal pekan ini, Manufacturing PMI AS periode Januari 2020 versi Institute for Supply Management (ISM) diumumkan di level 50,9, di atas konsensus yang sebesar 48,5, seperti dilansir dari Forex Factory.
Ekspansi aktivitas manufaktur AS pada bulan lalu menandai ekspansi pertama dalam enam bulan.
Kemudian kemarin, penciptaan lapangan kerja periode Januari 2020 (di luar sektor pertanian) versi Automatic Data Processing (ADP) diumumkan sebanyak 291.000, di atas konsensus yang dihimpun oleh Dow Jones sebanyak 150.000. Penciptaan lapangan kerja tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan capaian bulan Desember yang hanya sebanyak 199.000.
Melansir CNBC International, penciptaan lapangan kerja yang sebanyak 291.000 pada bulan lalu merupakan capaian terbaik sejak Mei 2015.
Lebih lanjut, Services PMI periode Januari 2020 versi ISM diumumkan di level 55,5, di atas konsensus yang sebesar 55,1, seperti dilansir dari Forex Factory.
AS sendiri merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, sekaligus mitra dagang yang sangat penting bagi China. Kala laju perekonomian AS relatif kencang, tentu perekonomian China akan terdampak secara positif.
Bursa saham China lantas mengabaikan kehadiran sentimen negatif yakni terus meluasnya infeksi virus Corona. Virus Corona sendiri merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala dari paparan virus Corona meliputi batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam, seperti dilansir dari CNN International.
Berpusat di China, kasus infeksi virus Corona juga dilaporkan telah terjadi di negara-negara lain. Dilansir dari halaman resmi Center for Disease Control and Prevention (CDC), hingga kini setidaknya sebanyak 28 negara telah mengonfirmasi terjadinya infeksi virus Corona di wilayah mereka.
China, Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, AS, Vietnam, Prancis, Jerman, Inggris, Nepal, dan Kanada termasuk ke dalam daftar negara yang sudah melaporkan infeksi virus Corona.
Melansir publikasi dari Johns Hopkins CSSE, hingga kini sebanyak 562 orang di China telah meninggal akibat infeksi virus Corona, dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 27.000.
Pada hari ini, tidak ada data ekonomi yang dijadwalkan dirilis di China dan Hong Kong.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Virus Corona Hantam Bursa China, Nyaris Turun 9%
Most Popular