Walau Korban Corona Terus Bertambah, Indeks Shanghai Menguat

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 February 2020 09:03
Bursa saham China dan Hong Kong bergerak di zona hijau pada perdagangan terakhir di pekan ini, Jumat (14/2/2020).
Foto: REUTERS/Stringer
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham China dan Hong Kong bergerak di zona hijau pada perdagangan terakhir di pekan ini, Jumat (14/2/2020).

Hingga berita ini diturunkan, indeks Shanghai naik 0,16% ke level 2.910,73, sementara indeks Hang Seng menguat 0,25% ke level 27.800,13.

Bursa saham China berhasil menguat di tengah-tengah terus meluasnya infeksi virus Corona.

Virus Corona sendiri merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala dari paparan virus Corona meliputi batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam, seperti dilansir dari CNN International.

Berpusat di China, kasus infeksi virus Corona juga dilaporkan telah terjadi di negara-negara lain. Melansir publikasi Johns Hopkins, hingga kini setidaknya sebanyak 28 negara telah mengonfirmasi terjadinya infeksi virus Corona di wilayah mereka.

China, Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, AS, Vietnam, Prancis, Jerman, Inggris, Nepal, dan Kanada termasuk ke dalam daftar negara yang sudah melaporkan infeksi virus Corona.

Melansir Bloomberg, hingga kemarin, Kamis (13/2/2020), sebanyak 1.483 orang di China telah meninggal akibat infeksi virus Corona.

Riset dari Standard & Poor's (S&P) menyebutkan bahwa virus Corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China sekitar 1,2 persentase poin. Jadi, kalau pertumbuhan ekonomi China pada tahun ini diperkirakan berada di level 6%, maka virus Corona akan memangkasnya menjadi 4,8% saja.

Untuk diketahui, pada tahun 2019 perekonomian Negeri Panda tercatat tumbuh sebesar 6,1%, melambat signifikan dari yang sebelumnya 6,6% pada tahun 2018. Melansir CNBC International yang mengutip Reuters, pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2019 merupakan yang terlemah sejak tahun 1990.

"Pada tahun 2019, konsumsi menyumbang sekitar 3,5 persentase poin dari pertumbuhan ekonomi China yang sebesar 6,1%. Dengan perkiraan konsumsi domestik turun 10%, maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan akan berkurang sekitar 1,2 persentase poin," tulis riset S&P.

Seiring dengan perkembangan dari infeksi virus Corona yang bisa dibilang tak menggembirakan, ada kemungkinan bursa saham China dan Hong Kong justru akan ditutup di zona merah.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Virus Corona Hantam Bursa China, Nyaris Turun 9%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular