
Virus Corona 'Menggila', Apa Kabar Harga Emas Hari Ini?
Tirta Widi Gilang Citradi, CNBC Indonesia
05 February 2020 09:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah kemarin ditutup anjlok, hari ini harga emas kembali menguat. Pasar yang masih diliputi sentimen negatif terkait virus corona membuat harga emas tak mau anjlok dalam.
Kemarin harga emas di pasar spot anjlok 1,5% dalam sehari dan ditutup di US$ 1.552,26/troy ons. Salah satu sentimen yang memberatkan emas adalah rilis data ekonomi Amerika Serikat untuk sektor manufaktur.
Pada Senin (3/2/2020), Institute for Supply Management (ISM) merilis data PMI manufaktur Paman Sam untuk bulan Januari. Angka PMI manufaktur versi ISM untuk pertama kalinya menunjukkan aktivitas ekspansi sejak Agustus tahun lalu.
Angka PMI manufaktur AS bulan Januari berada di level 50,9 lebih tinggi dari bulan Desember yang berada di level 47,8. Sejak Agustus 2019, angka PMI manufaktur AS versi ISM terus berada di zona kontraksi, artinya angka PMI berada di bawah 50.
Walau sempat anjlok, emas seolah tak pantang menyerah. Bagaimanapun juga pasar masih diliputi oleh kewaspadaan akan semakin merebaknya virus corona. Virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan ini merupakan virus dari golongan yang sama dengan penyakit SARS dan dapat menyebabkan orang yang terinfeksi mengidap pneumonia.
Seiring dengan berjalannya waktu, patogen ini terus menelan korban. Jumlah orang yang terinfeksi tiap harinya semakin banyak, begitu juga korban jiwa. Berdasarkan data terbaru John Hopkins CSEE, sampai saat ini sudah ada 24.478 dilaporkan di 27 negara.
Jumlah kasus terbanyak masih dilaporkan di China dengan 24.266 orang dinyatakan positif terinfeksi virus corona. Sementara 212 kasus lainnya ditemukan di 26 negara lain mulai dari AS, berbagai negara Eropa dan kawasan Asia hingga Australia.
Jumlah korban meninggal sampai saat ini tercatat mencapai 492 orang. Dua korban meninggal dilaporkan di luar China, satu di Hong Kong dan satu di Filipina. Sementara jumlah pasien yang dinyatakan pulih kini berjumlah 906, satu orang yang dinyatakan pulih berasal dari Vietnam.
Virus corona yang masih menghantui pasar masih menyediakan ruang untuk membuat emas dapat bergerak naik. Pagi ini, Rabu (5/2/2020) harga emas spot ditransaksikan menguat 0,12% ke level US$ 1.554,25/troy ons.
Emas sebagai aset minim risiko (safe haven) memang banyak diburu kala ekonomi sedang menghadapi turbulensi. Dampak virus corona dikatakan dapat memukul perekonomian negeri Tirai Bambu bahkan hingga lebih dari satu persen poin menurut kajian S&P.
China sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia merupakan negara yang terintegrasi dengan perekonomian global melalui aktivitas perdagangan dan investasi. Selain itu China juga memiliki peran penting dalam rantai pasok dan industri manufaktur global.
Jadi bisa dibayangkan kalau misal ekonomi China turun, maka dampaknya bisa dirasakan secara global. Pada 2019, PDB China hanya mampu tumbuh 6%, terlemah sejak tiga dekade. Jika virus corona ini benar-benar memukul perekonomian China hingga satu persen poin tentu bukan kabar baik untuk perekonomian global.
Namun kabar tersebut tak lantas membuat harga emas meroket. Harga emas memang tak bisa banyak-banyak naik, pasalnya dolar masih perkasa. Keperkasaan dolar membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang selain dolar.
Dolar yang perkasa dapat terlihat dari indeks dolar yang mengukur posisi mata uang Paman Sam itu di depan enam mata uang lainnya. hingga pagi ini indeks dolar masih menguat 0,06%. Hal inilah yang membuat harga emas tak naik banyak pagi ini.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/hps) Next Article Harga Emas Tertatih untuk Bangkit
Kemarin harga emas di pasar spot anjlok 1,5% dalam sehari dan ditutup di US$ 1.552,26/troy ons. Salah satu sentimen yang memberatkan emas adalah rilis data ekonomi Amerika Serikat untuk sektor manufaktur.
Pada Senin (3/2/2020), Institute for Supply Management (ISM) merilis data PMI manufaktur Paman Sam untuk bulan Januari. Angka PMI manufaktur versi ISM untuk pertama kalinya menunjukkan aktivitas ekspansi sejak Agustus tahun lalu.
Angka PMI manufaktur AS bulan Januari berada di level 50,9 lebih tinggi dari bulan Desember yang berada di level 47,8. Sejak Agustus 2019, angka PMI manufaktur AS versi ISM terus berada di zona kontraksi, artinya angka PMI berada di bawah 50.
Seiring dengan berjalannya waktu, patogen ini terus menelan korban. Jumlah orang yang terinfeksi tiap harinya semakin banyak, begitu juga korban jiwa. Berdasarkan data terbaru John Hopkins CSEE, sampai saat ini sudah ada 24.478 dilaporkan di 27 negara.
Jumlah kasus terbanyak masih dilaporkan di China dengan 24.266 orang dinyatakan positif terinfeksi virus corona. Sementara 212 kasus lainnya ditemukan di 26 negara lain mulai dari AS, berbagai negara Eropa dan kawasan Asia hingga Australia.
Jumlah korban meninggal sampai saat ini tercatat mencapai 492 orang. Dua korban meninggal dilaporkan di luar China, satu di Hong Kong dan satu di Filipina. Sementara jumlah pasien yang dinyatakan pulih kini berjumlah 906, satu orang yang dinyatakan pulih berasal dari Vietnam.
Virus corona yang masih menghantui pasar masih menyediakan ruang untuk membuat emas dapat bergerak naik. Pagi ini, Rabu (5/2/2020) harga emas spot ditransaksikan menguat 0,12% ke level US$ 1.554,25/troy ons.
Emas sebagai aset minim risiko (safe haven) memang banyak diburu kala ekonomi sedang menghadapi turbulensi. Dampak virus corona dikatakan dapat memukul perekonomian negeri Tirai Bambu bahkan hingga lebih dari satu persen poin menurut kajian S&P.
China sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia merupakan negara yang terintegrasi dengan perekonomian global melalui aktivitas perdagangan dan investasi. Selain itu China juga memiliki peran penting dalam rantai pasok dan industri manufaktur global.
Jadi bisa dibayangkan kalau misal ekonomi China turun, maka dampaknya bisa dirasakan secara global. Pada 2019, PDB China hanya mampu tumbuh 6%, terlemah sejak tiga dekade. Jika virus corona ini benar-benar memukul perekonomian China hingga satu persen poin tentu bukan kabar baik untuk perekonomian global.
Namun kabar tersebut tak lantas membuat harga emas meroket. Harga emas memang tak bisa banyak-banyak naik, pasalnya dolar masih perkasa. Keperkasaan dolar membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang selain dolar.
Dolar yang perkasa dapat terlihat dari indeks dolar yang mengukur posisi mata uang Paman Sam itu di depan enam mata uang lainnya. hingga pagi ini indeks dolar masih menguat 0,06%. Hal inilah yang membuat harga emas tak naik banyak pagi ini.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/hps) Next Article Harga Emas Tertatih untuk Bangkit
Most Popular