
Sempat 'Terkapar' Gegara Corona, Rupiah Bangkit!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 February 2020 08:16

Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi China hampir pasti melambat. Bahkan risiko pertumbuhan ekonomi di bawah 5% adalah sesuatu yang sangat nyata.
"Untuk saat ini, sulit melihat penyebaran virus Corona akan melambat. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi China pada kuartal I-2020 bisa turun ke bawah 5% dan ini kemungkinan masih berlanjut pada kuartal berikutnya," kata Wang Jun, Kepala Ekonom Zhongyuan Bank, seperti diberitakan Reuters.
Berdasarkan pendekatan Purchasing Power Parity (PPP), Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat China menyumbang 19,24% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia pada 2019. Hampir seperlima. Kalau ekonomi China melambat, maka tentu dampaknya akan terasa ke seluruh dunia.
Jadi kalau penyebaran virus Corona semakin luas dan mengkhawatirkan, bukan cuma ekonomi China yang terpukul. Seluruh dunia akan merasakan akibatnya, cepat atau lambat.
Hal ini membuat pelaku pasar sempat menjauhi aset-aset berisiko. Namun sejak kemarin, risk appetite investor sudah kembali. Maklum, harga aset-aset berisiko sudah 'murah'.
Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York kembali menguat bahkan lumayan tajam. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 1,44%, S&P 500 melesat 1,49%, dan Nasdaq Composite meroket 2,1%.
"Pasar melihat di luar penyebaran virus Corona, dan mereka bersuka-cita. Sejarah menunjukkan ketika ada ancaman global akibat virus, pasar akan menyentuh dasarnya. Namun pada akhirnya investor akan melalui itu," kata Lindsay Bell, Chief Investment Strategist Ally Invest, seperti diberitakan Reuters.
Kembalinya hasrat pelaku pasar membuat arus modal kembali deras mengalir ke pasar keuangan negara-negara berkembang Asia. Akibatnya rupiah bisa menguat lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
"Untuk saat ini, sulit melihat penyebaran virus Corona akan melambat. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi China pada kuartal I-2020 bisa turun ke bawah 5% dan ini kemungkinan masih berlanjut pada kuartal berikutnya," kata Wang Jun, Kepala Ekonom Zhongyuan Bank, seperti diberitakan Reuters.
Berdasarkan pendekatan Purchasing Power Parity (PPP), Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat China menyumbang 19,24% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia pada 2019. Hampir seperlima. Kalau ekonomi China melambat, maka tentu dampaknya akan terasa ke seluruh dunia.
![]() |
Jadi kalau penyebaran virus Corona semakin luas dan mengkhawatirkan, bukan cuma ekonomi China yang terpukul. Seluruh dunia akan merasakan akibatnya, cepat atau lambat.
Hal ini membuat pelaku pasar sempat menjauhi aset-aset berisiko. Namun sejak kemarin, risk appetite investor sudah kembali. Maklum, harga aset-aset berisiko sudah 'murah'.
Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York kembali menguat bahkan lumayan tajam. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 1,44%, S&P 500 melesat 1,49%, dan Nasdaq Composite meroket 2,1%.
"Pasar melihat di luar penyebaran virus Corona, dan mereka bersuka-cita. Sejarah menunjukkan ketika ada ancaman global akibat virus, pasar akan menyentuh dasarnya. Namun pada akhirnya investor akan melalui itu," kata Lindsay Bell, Chief Investment Strategist Ally Invest, seperti diberitakan Reuters.
Kembalinya hasrat pelaku pasar membuat arus modal kembali deras mengalir ke pasar keuangan negara-negara berkembang Asia. Akibatnya rupiah bisa menguat lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular