3 Saham BUMN Koleksi Asabri Ini Masih Tekor, Begini Trennya

Jakarta, CNBC Indonesia - Portofolio saham PT Asabri (Persero) di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami penurunan nilai investasi (potential loss), khususnya berkaitan dengan penempatan di saham dan reksa dana.
"2019 investasinya turun tajam terutama saham dan reksa dana, saham [turun] karena ada 50% [reksa dana saham kami] underlying hampir sama dengan saham yang kita punya," kata Direktur Investasi dan Keuangan Asabri Rony Hanityo Apriyanto, dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XI di Gedung DPR, Rabu (29/1/2020).
Data BEI mencatat, setidaknya hingga akhir Desember 2019 masih memegang sekitar 12 saham, tersebar dari BUMN, anak usaha BUMN, hingga perusahaan non-BUMN.
Khusus berstatus perusahaan pelat merah, tiga di antaranya yakni PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF), PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF), dan PT PP Properti Tbk (PPRO), yang merupakan anak usaha dari PT PP Tbk (PTPP).
Dari ketiga saham BUMN dan anak usahanya itu, kinerja saham ketiga emiten tersebut dari awal tahun 2020 dan secara bulanan rata-rata masih tertekan.
Secara mingguan, hanya saham INAF yang terlihat mulai positif dengan penguatan 1,85%.
Berikut Keterangan selengkapnya atas ketiga saham BUMN tersebut:
INAF
Berdasarkan data BEI, per 31 Desember 2019, Asabri memiliki saham INAF sebanyak 227,5 juta saham atau setara dengan 7,34% bobot saham yang diterbitkan.
Pada penutupan sesi I perdagangan Kamis (30/1), saham INAF ditransaksikan turun 10 poin atau minus 1,2% pada harga Rp 825/saham. Nilai transaksi sebanyak 1,6 juta saham senilai Rp 1,33 miliar.
Tren saham INAF beberapa minggu terakhir mulai naik, akan tetapi dalam jangka panjang sahamnya masih dalam tren penurunan (downtrend).
Level penghalang kenaikan harga sahamnya (resistance level) saat ini berada di Rp 950/saham. Jika tertembus ada potensi tren penurunan jangka panjangnya mulai tertahan dan menguji level Rp 1.000/saham hingga Rp 1.100/saham.
![]() |
KAEF
Masih mengacu data BEI per 31 Desember 2019, Asabri memiliki saham KAEF sebanyak 131,7 juta saham atau setara dengan 2,37% bobot semua saham yang diterbitkan.
Pada penutupan sesi I perdagangan Kamis (30/1), saham KAEF ditransaksikan turun 5 poin atau hanya turun 0,49% pada harga Rp 1.020/sahamnya. Nilai transaksi sebanyak 1,3 juta saham senilai Rp 1,33 miliar.
Tren saham KAEF mulai bergerak mendatar sejak pertengahan Desember 2019, menghentikan tren penurunan (downtrend) dalam jangka panjang.
Level penahan penurunan (support level) harga sahamnya saat ini berada di Rp 1.000/saham, jika tertembus ada potensi tren penurunan jangka panjangnya berlanjut.
![]() |
PPRO
Mengacu pada data BEI per 31 Desember 2019, Asabri memiliki saham PPRO sebanyak 3,28 miliar saham atau setara dengan 5,33% bobot saham yang diterbitkan perusahaan.
Pada penutupan sesi I perdagangan Kamis (30/1), saham PPRO ditransaksikan turun 1 poin atau tergerus 1,75% pada harga Rp 56/saham. Nilai transaksi sebanyak 11,39 juta lembar saham senilai Rp 641,76 juta.
Tren saham PPRO mulai bergerak mendatar dalam beberapa minggu terakhir, menghentikan tren penurunan (downtrend) dalam jangka panjang yang mengarah kepada batas harga terendah bursa di Rp 50/saham.
Level penahan penurunan (support level) harga sahamnya saat ini berada di Rp 56/saham, jika tertembus ada potensi tren penurunan jangka panjangnya berlanjut. Adapun penguatan sahamnya saat ini terhalang di level Rp 60/saham (resistance level).
![]() |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/tas) Next Article Dirut: Solvabilitas Asabri Masih di Bawah Ketentuan OJK