
Corona Membabi-buta, The Fed Tahan Bunga, Rupiah Nelangsa
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 January 2020 08:15

Sentimen kedua adalah hasil rapat Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed). Rapat komite pengambil kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 1,5-1,75%.
"Kami meyakini bahwa posisi (stance) kebijakan moneter saat ini masih layak untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi yang sesuai target di kisaran 2%," kata Jerome 'Jay' Powell, Ketua The Fed, dalam jumpa pers usai rapat, sebagaimana diwartakan Reuters.
Meski begitu, Powell menggarisbawahi bahwa masih ada risiko. AS-China memang sudah 'rujuk' dengan meneken perjanjian damai dagang Fase I, tetapi kini muncul risiko baru seperti penyebaran virus Corona.
"Masih ada ketidakpastian, termasuk yang disebabkan oleh virus Corona. Kami terus memonitor segala situasi dengan saksama," katanya.
Pelaku pasar bahkan memperkirakan stance The Fed tidak akan berubah banyak sepanjang tahun ini. Artinya, bisa saja Federal Funds Rate tidak berubah hingga akhir 2020.
"The Fed rasanya akan menahan (suku bunga acuan) selama beberapa waktu ke depan. Selama pertumbuhan ekonomi dan inflasi masih seperti sekarang," ujar Chris Gaffney, Presiden of World Market di TIAA Bank, seperti dikutip dari Reuters.
Tahun lalu, Powell dan kolega sudah tiga kali menurunkan suku bunga acuan. Tahun ini sepertinya unlikely untuk terulang.
Tanpa penurunan suku bunga acuan, imbalan investasi di aset-aset berbasis dolar AS (terutama yang berpendapatan tetap) menjadi menarik. Dolar AS kembali diminati sehingga nilai tukarnya menguat.
Tidak hanya terhadap rupiah, dolar AS juga perkasa di level global. Pada pukul 08:05 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,02%. Secara year-to-date, indeks ini sudah menguat tajam 1,68%.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
"Kami meyakini bahwa posisi (stance) kebijakan moneter saat ini masih layak untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi yang sesuai target di kisaran 2%," kata Jerome 'Jay' Powell, Ketua The Fed, dalam jumpa pers usai rapat, sebagaimana diwartakan Reuters.
Meski begitu, Powell menggarisbawahi bahwa masih ada risiko. AS-China memang sudah 'rujuk' dengan meneken perjanjian damai dagang Fase I, tetapi kini muncul risiko baru seperti penyebaran virus Corona.
Pelaku pasar bahkan memperkirakan stance The Fed tidak akan berubah banyak sepanjang tahun ini. Artinya, bisa saja Federal Funds Rate tidak berubah hingga akhir 2020.
"The Fed rasanya akan menahan (suku bunga acuan) selama beberapa waktu ke depan. Selama pertumbuhan ekonomi dan inflasi masih seperti sekarang," ujar Chris Gaffney, Presiden of World Market di TIAA Bank, seperti dikutip dari Reuters.
Tahun lalu, Powell dan kolega sudah tiga kali menurunkan suku bunga acuan. Tahun ini sepertinya unlikely untuk terulang.
Tanpa penurunan suku bunga acuan, imbalan investasi di aset-aset berbasis dolar AS (terutama yang berpendapatan tetap) menjadi menarik. Dolar AS kembali diminati sehingga nilai tukarnya menguat.
Tidak hanya terhadap rupiah, dolar AS juga perkasa di level global. Pada pukul 08:05 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,02%. Secara year-to-date, indeks ini sudah menguat tajam 1,68%.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular