Ini Tiga Sektor Saham Manajer Investasi di 2020. Apa Sajakah?

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
29 January 2020 20:33
Ketiga sektor tersebut adalah saham-saham berbasis infrastruktur, saham berbasis konsumsi domestik, dan saham telekomunikasi.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang masih akan didorong oleh belanja negara dan kemajuan teknologi membuat manajer investasi membidik tiga sektor untuk investasi saham tahun ini.

Manajer investasi yang sahamnya dimiliki PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yaitu PT Danareksa Investment Management menilai ketiga sektor tersebut adalah saham-saham berbasis infrastruktur, saham berbasis konsumsi domestik, dan saham telekomunikasi.

"Untuk telekomunikasi tidak bisa dihindari, terutama di tengah zaman konektivitas, digitalisasi, dan yang terkait dengan IT. Telekomunikasi sebagai infrastruktur pasti akan penting sekali," ujar Marsangap P. Tamba, Direktur Utama Danareksa Investment, kepada pers hari ini (29/1/20).

Dia menilai makroekonomi dalam negeri akan stabil, dan juga akan menguntungkan pasar obligasi yang sensitif terhadap kebijakan moneter, terutama suku bunga. Optimisme ekonomi dan pasar juga masih dia yakini akan terus mengemuka karena secara jangka panjang kondisi Indonesia masih akan tetap menjanjikan.

Dia masih menilai saham dan reksa dana saham akan tetap menjadi portofolio yang dibutuhkan investor meskipun saat ini sedang menjadi sorotan publik, di tengah ramainya penertiban, pengetatan aturan, dan penindakan kasus PT Asuransi Jiwasraya dan PT Asabri.

Menurut dia, saham dan reksa dana saham adalah wahana atau media bagi investor yang menginginkan pertumbuhan pada investasinya, terutama untuk investasi jangka panjang yang dapat memberikan keuntungan yang menarik.

Selain harus disesuaikan dengan profil investasinya, investor yang memiliki tujuan mendapatkan keuntungan secara jangka panjang maka perlu menempatkan investasi pada instrumen investasi berbasis ekuitas, nama lain dari saham.

Karakter 'pertumbuhan' itu tentunya akan berasal dari negara yang posisinya masih berkembang, dan Indonesia dinilai Marsangap merupakan salah satu penyedia tema pertumbuhan tersebut.

"Kalau tidak investasi saham di negara dengan pertumbuhan yang besar, maka akan ketinggalan (investasinya)."

Meskipun saat ini porsi reksa dana saham di perusahaan sangat kecil, yaitu sekitar 12%, Marsangap menargetkan perusahaan dapat meningkatkan total dana kelolaannya minimal sebesar 10% dari posisi akhir tahun lalu sekitar Rp 33,9 triliun, atau artinya menjadi Rp 37,3 triliun.

Dari total dana kelolaan akhir 2019 itu, porsi investasi di reksa dana terbuka yang berbasis obligasi dan pasar uang mencapai 60% dan sisanya sekitar 30% merupakan produk investasi alternatif. Produk investasi alternatif yang dimaksud adalah produk non reksa dana dan ditujukan bagi investor institusi dan investor individu yang sudah matang (sophisticated investor).



Selain sudah menjadi penerbit efek beragun aset (EBA, asset backed securities/ABS) KPR awal di Indonesia, dia mengatakan produk investasi alternatif tersebut mulai ramai lagi diciptakan perusahaan pada 2017 dalam bentuk EBA dengan aset dasar non-KPR, yaitu aset anak usaha PLN.

Ke depannya, Marsangap memprediksi pertumbuhan investasi alternatif dapat lebih berkembang seiring dengan lebih dimanfaatkannya aset perusahaan untuk meraih pendanaan eksternal. Untuk Danareksa Investment, dia mengatakan sedang membidik penerbitan beberapa produk alternatif seperti reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) dan dana investasi infrastruktur (Dinfra).


TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article NAB Drop, Reksa Dana Mulai Ditinggalkan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular