Rupiah Bangkit, Virus Corona Tak Lagi Bikin Kebat-kebit?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 January 2020 08:22
Rupiah Bangkit, Virus Corona Tak Lagi Bikin Kebat-kebit?
Pencegahan Virus Corona di Indonesia. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Meski perkembangan penyebaran virus Corona kian mengkhawatirkan, tetapi koreksi yang terjadi sebelumnya sudah cukup untuk membuat rupiah bangkit.

Pada Rabu (29/1/2020), US$ 1 dihargai Rp 13.615 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,11% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan pelemahan 0,22%. Artinya, rupiah sudah melemah selama dua hari perdagangan beruntun. Dalam dua hari tersebut, depresiasi rupiah tercatat 0,48%.

Oleh karena itu, rupiah punya peluang untuk mengalami technical rebound. Rupiah yang sudah 'murah' akan kembali menarik di mata investor sehingga terjadi aksi borong.

Baca: Siap-siap, Ada Tanda Rupiah Mau Menguat Nih!

Selain itu, sepertinya kekhawatiran terhadap wabah virus Corona mulai berkurang. Ini terlihat di bursa saham New York di mana indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik 0,66%, S&P 500 melesat 1%, dan Nasdaq Composite melonjak 1,43%.

Sepertinya pelaku pasar sedikit lega karena pemerintah China berupaya sekuat tenaga untuk membendung penyebaran virus Corona. Presiden China Xi Jinping menegaskan Negeri Tirai Bambu akan mampu mengalahkan virus tersebut.

"Virus Corona adalah iblis, kita tidak bisa membiarkan iblis terus bersembunyi. China akan memperkuat kerja sama internasional dan menyambut baik partisipasi WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) untuk upaya pencegahan. China yakin bisa menang dalam pertempuran melawan virus ini," kata Xi dalam pidato yang disiarkan televisi pemerintah, seperti diberitakan Reuters.


WHO sudah mendapat restu dari Beijing untuk mengirim para ahlinya ke sana sesegera mungkin. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa pemahaman yang lebih dalam mengenai virus Corona akan mampu memberi peringatan kepada China dan negara-negara lain untuk melakukan pencegahan penularan lebih lanjut.


Berbagai negara juga sudah melakukan langkah antisipasi. AS, misalnya, memperluas pengawasan terhadap para pendatang di 20 bandara dari awalnya lima bandara. Negeri Paman Sam juga mempertimbangkan untuk melarang warganya berkunjung ke China untuk sementara waktu.

"Semua opsi untuk menghadapi penularan penyakit harus dipertimbangkan. Termasuk larangan perjalanan," tegas Alex Azar, Menteri Kesehatan AS, seperti dikutip dari Reuters.

Negeri Adidaya juga akan mengevakuasi warganya yang berada di Kota Wuhan, lokasi asal penyebaran virus Corona. Kedutaan Besar AS di China akan menyewa pesawat untuk menjemput para pegawai kedutaan dan membawa mereka pulang ke Negeri Paman Sam.


Tidak hanya AS, Uni Eropa juga akan memulai proses evakuasi keluar dari China. Mengutip Reuters, Komisi Uni Eropa akan menyewa dua pesawat untuk memulangkan warga negara Eropa yang masih berada di Wuhan.

Berbagai upaya pencegahan tersebut sepertinya membuat investor sedikit lega. Namun bukan berarti kewaspadaan terhadap virus Corona boleh mengendur. Sebab, ternyata jumlah kasus dan korban jiwa terus bertambah.

Berdasarkan data pemetaan satelit Arcgis per 29 Januari pukul 08:11 WIB, sudah ada 5.578 kasus virus Corona di seluruh dunia yang memakan korban jiwa 131 orang. Seluruh korban jiwa ada di China.

"Jelas bahwa virus ini belum pergi, dan malah bertambah parah," ujar Ken Polcari, Senoir Market Strategist di SlateStone Wealth LLC yang berbasis di Florida, seperti diwartakan Reuters.

Baca: Cara Baru RI Blokir Virus Corona: Perketat Impor dari China!


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular