Corona Dituding 'Senjata Biologis', Kewaspadaan Kudu Dijaga!

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
29 January 2020 09:27
Corona Dituding 'Senjata Biologis', Kewaspadaan Kudu Dijaga!
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan nasional kompak ditutup melemah kemarin. Isu penyebaran virus corona yang makin meluas dan jumlah korban yang semakin banyak berjatuhan masih jadi sentimen penggerak utama pasar.

Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia kemarin ditutup di zona merah. Bursa China dan Hog Kong masih libur perayaan tahun baru imlek. Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) mencatatkan koreksi terendah dibandingkan dengan bursa Asia lainnya.

Kemarin IHSG ditutup di level 6.111,184 atau terpangkas 0,36%. Sementara itu indeks Strait Times turun 1,81%, indeks Nikkei terpangkas 0,55% sedangkan indeks Kospi malah anjlok tajam sebesar 3,09%.

Nasib sama juga dialami bursa saham kawasan Asia Tenggara lainnya. Indeks KLCI ditutup melemah 1,35%, indeks PSEi (Filipina) turun 1,57% dan indeks SETi (Thailand) berkurang 0,58%. Itu artinya walau mengalami koreksi IHSG merupakan indeks di kawasan Asia yang performanya paling baik.

Nilai transaksi yang tercatat pada perdagangan di bursa saham tanah air mencapai Rp 6,7 triliun dengan asing membukukan aksi jual bersih (net buy) sebesar Rp 496,61 miliar.

Menyusul bursa saham tanah air, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga ikut melemah pada perdagangan kemarin. Rupiah akhirnya melemah di hadapan dolar dua hari beruntun. Kemarin di akhir perdagangan rupiah dibanderol Rp 13.630/US$ atau terpangkas 0,22% dibanding posisi penutupan perdagangan sehari sebelumnya.

Jika dihitung sejak awal tahun, performa rupiah masih mencatatkan penguatan 1,81% walau melemah dua hari beruntun. Rupiah masih menyandang status sebagai mata uang paling perkasa di dunia. Menyusul di posisi kedua ada pound Mesir dengan penguatan 1,56%.

Pasar SUN juga mengalami koreksi. Hal ini tercermin dari nilai imbal hasil yang menguat. Imbal hasil obligasi rupiah pemerintah seri acuan tenor 10 tahun kemarin ditutup di level 6,774% atau mencatatkan penguatan 10,1 basis poin dibanding posisi yield pada 27 Januari 2020.

Pasar masih mencemaskan isu merebaknya virus corona yang menjangkiti China. Korban terus berjatuhan. Jumlah kasus yang dilaporkan hingga kemarin mencapai 4.464 orang terinfeksi. Sebanyak 106 di antaranya dinyatakan meninggal dunia akibat virus penyebab pneumonia ini.

Wabah ini telah menyebar ke setidaknya 16 negara hingga kemarin. Negara-negara yang terjangkit virus ini meliputi berbagai negara di Benua Asia (Hong Kong, Makau, Jepang, Korea Selatan, Thailand, Malaysia, Taiwan, Kamboja, Singapura, Nepal, Sri Lanka, hingga Vietnam).

Di benua biru, ada Perancis yang sudah melaporkan 3 kasus, Australia 5 kasus dan Amerika Serikat (AS) 5 kasus. Sampai dengan kemarin, belum ada orang Indonesia yang dinyatakan positif terjangkit virus corona walau ada dua orang yang dicurigai.

"Terkait dua orang pasien yang dikabarkan terjangkit virus corona di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Istana memastikan informasi ini tidak benar. Hingga saat ini belum ada pasien yang dinyatakan positif terjangkit," kata Angkie, Senin (27/1/2020).



Meski belum ada yang terjangkit, Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, sudah menyiagakan 100 rumah sakit (RS) sebagai antisipasi dalam menangani penyebaran penyakit akibat virus corona. Semua RS tersebut langsung dikoordinasikan di bawah Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).


[Gambas:Video CNBC]



Walau virus corona masih jadi momok yang menyeramkan bagi pasar keuangan dunia, Wall Street ditutup menguat pada perdagangan hari kedua pekan ini. indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 187,05 poin atau bertambah 0,66%.

Indeks S&P 500 juga ikut terdongkrak sebesar 32,61 poin atau menguat 1,01%. Sementara indeks komposit Nasdaq mencatatkan penguatan paling tinggi 1,43% dengan penambahan sebesar 130,37 poin.

Virus corona yang menggemparkan dunia akhir-akhir ini telah membuat pasar saham Paman Sam mengalami koreksi. Tercatat sejak 24 Januari lalu kala virus menyebar dengan sangat pesatnya, tiga indeks utama Wall Street terus mengalami koreksi.

Penguatan yang terjadi pada perdagangan kemarin waktu setempat menjadi penguatan pertama di pekan ini. Pada perdagangan kemarin, saham-saham yang menjadi top performer antara lain Apple, Intel dan Microsoft.

Saham Apple melesat 2,83% dalam sehari. Sedangkan saham Intel dan Microsoft mengalami kenaikan masing-masing 2,47% dan 1,96% pada perdagangan kemarin.

Faktor yang membuat harga saham Apple melesat signifikan pada perdagangan kemarin adalah rilis laporan keuangan kuartal empat. Apple mencatatkan kenaikan pendapatan 9% menjadi US$ 91,8 miliar, jauh melebih ekspektasi pasar yang hanya naik 4,8%.

Peningkatan pendapatan Apple ini didongkrak oleh penguatan penjualan produk iPhone baru miliknya yang naik 8% menjadi US$ 55,97 miliar. Segmen ini menjadi penyumbang pendapatan terbesar bagi Apple.

Sementara untuk unit bisnis jasa Apple yang meliputi iCloud, AppleCare dan Apple Tv naik 17% secara tahunan menjadi US$ 12,7 miliar.

Walau ditutup di zona hijau, Wall Street masih mewaspadai ancaman virus corona. Hal ini disampaikan oleh Starbucks dalam sebuah pengumuman. Seperti yang diketahui bersama Starbucks merupakan perusahaan AS yang terekspose ke pasar China yang saat ini dilanda wabah corona.

Starbucks mengatakan saat ini akan menutup lebih dari setengah gerainya yang berlokasi di China untuk sementara. Starbucks juga memperingatkan investor bahwa virus corona ini berpotensi menurunkan pendapatannya pada 2020.

Beberapa perusahaan AS yang bergerak di sektor ritel, restoran hingga hotel memang memiliki eksposur besar terhadap pasar China. Sehingga kejadian merebaknya virus corona ini menjadi risiko yang tak dapat dihindarkan untuk pendapatan emiten tersebut di tahun ini. Beberapa emiten yang tersebut antara lain Estee Lauder, Nike, McDonald, Marriot, Hilton dan Hyatt Hotel.

Saat ini AS sedang berupaya keras untuk mengembangkan vaksin virus corona. CNBC Internasional melaporkan vaksin ini diharapkan dapat diuji coba di fase awal dalam tiga bulan ke depan.

Bagaimanapun juga ini masih uji coba fase pertama. “Butuh waktu satu tahun atau lebih untuk vaksin ini dapat dijual ke publik” kata Dr. Anthony Fauci, direktur the National Institute of Allergy and Infectious Diseases. Untuk perdagangan hari ini, pelaku pasar perlu mencermati tiga sentimen utama. Pertama, Wall Street sebagai kiblat pasar saham dunia yang ditutup menghijau. Hal ini diharapkan jadi sinyal positif untuk bursa kawasan Asia yang akan memulai perdagangan hari ini.

Kedua, pelaku pasar masih perlu mencermati perkembangan kasus merebaknya virus corona yang akhir-akhir ini menggemparkan dunia. Virus penyebab pneumonia ini masih satu jenis dengan virus penyebab wabah SARS pada 2003.

Walau tingkat mortalitas yang diakibatkan oleh virus ini lebih rendah dari SARS, tetapi virus ini menyebar dengan sangat cepat. Dalam waktu kurang dari satu bulan virus ini telah menjangkiti ribuan orang.

Menurut data pemetaan spasial ArcGis oleh John Hopkins CSSE, hingga pagi ini jumlah kasus bertambah menjadi 4.960. Jumlah penderita yang dikabarkan meninggal ada 106 orang dan yang dinyatakan pulih ada 79 orang.

Mayoritas kasus ditemukan di China. Jumlahnya mencapai 4.610 kasus. Sementara untuk kasus di luar China jumlahnya bertambah menjadi 80 kasus dibanding kemarin yang hanya 61 kasus.

Di luar China, virus ini sudah menjangkiti beberapa negara Asia lain seperti Thailand (14 kasus), Hong Kong (8 kasus), Taiwan (8 kasus), Jepang dan Makao masing-masing 7 kasus, Singapura (7 kasus), Malaysia dan Korea Selatan masing-masing 4 kasus, Vietnam (2 kasus) serta Kamboja, Nepal dan Sri Lanka yang masing-masing tercatat melaporkan satu kasus.

Kemarin, pimpinan WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus bertemu dengan Presiden Xi Jinping beserta pemerintah China lainnya membahas upaya penanganan virus corona baru ini. WHO saat ini telah mengirim para peneliti dan ahli kesehatan untuk membantu China melawan serangan virus corona.

“Menghentikan penyebaran virus ini di China dan secara global merupakan prioritas utama WHO” kata pimpinan WHO itu. “Kami sangat mengapresiasi keseriusan pemerintah China dalam menangani masalah ini, termasuk transparansi data mengenai sekuens genetik dari virus ini” tambahnya, melansir CNBC Internasional.

Sementara itu, Center for Disease Control and Prevention (CDC) AS mewanti-wanti warganya untuk tidak bepergian ke China. Padahal sebelumnya peringatan ini hanya ditujukan untuk orang yang akan bepergian ke Wuhan saja. Di saat yang sama AS juga meningkatkan screening di fasilitas transportasinya. Screening sebelumnya dilakukan di 5 bandara kini menjadi 20 bandara.

Virus ini bahkan dituding sebagai senjata biologis. Hal itu diungkapkan oleh seorang berkebangsaan Israel yang juga mantan intel militer Israel, Dany Shoham. Shoham yang seorang mantan perwira intelijen Israel malah mengklaim virus corona berasal dari dua laboratorium yang terhubung dengan program "bio-warfare " di Wuhan.

Ia menuding corona sebenarnya "senjata biologis" China. 
"Laboratorium tertentu di lembaga ini mungkin terlibat, dalam hal penelitian dan pengembangan (corona), ini (senjata biologis) China," kata Shoham kepada The Washington Times, Jumat (24/1/2020). Shoham mengatakan penelitian pada senjata biologis merupakan bagian dari penelitian sipil-militer yang bersifat sangat rahasia dilakukan China.

Terlepas dari benar atau tidaknya kabar ini pelaku pasar masih perlu mencermati dampaknya terhadap pasar dan aktivitas perekonomian. Bagaimanapun juga akibat penyebaran virus ini yang sangat cepat, akses terhadap transportasi umum di berbagai kota di China dibatasi.

Fasilitas stasiun dan bandara ditutup. Saat ini ada lebih dari 30 juta warga China dalam karantina. Jika ini terus berlarut-larut, maka dampak terhadap ekonominya juga makin terasa terutama untuk sektor jasa seperti transportasi dan pariwisata. 

Selain dua sentimen di atas, sentimen lain yang perlu dicermati datang dari dalam negeri. Hari ini, BKPM akan merilis data realisasi investasi kuartal IV 2019 pada pukul 13.00 WIB. Hingga kuartal ketiga realisasi investasi yang tercatat jumlahnya mencapai Rp 601,3 triliun.

Pada kuartal III-2019 nilai realisasi investasi asing mencapai Rp 105 triliun atau naik 17,8% dibanding periode yang sama tahun lalu. Menarik minat investasi merupakan salah satu agenda besar pemerintah.

Untuk mewujudkan cita-cita besar Indonesia 2045 sebagai salah ekonomi terbesar di dunia, pemerintah harus menggenjot pertumbuhan ekonomi di angka 6% per tahun. Realitanya, dalam lima tahun terakhir ekonomi RI hanya tumbuh mentok di angka 5%.

Salah satu cara menggenjot pertumbuhan ekonomi adalah dengan investasi baik yang sifatnya asing (FDI) maupun domestik (DDI). Saat ini pemerintah tengah menggodok UU sapu jagad yang dinamai Cipta Lapangan Kerja dengan metode omnibus.

Terlepas dari pro dan kontranya, Trading Economics memperkirakan realisasi investasi asing RI di kuartal IV 2019 tumbuh 9,5% (yoy). Jika realisasi investasi asing di kuartal IV tahun lalu tumbuh signifikan, maka hal ini akan jadi kabar yang bagus untuk pasar. Berikut ini adalah rilis data ekonomi yang terjadwal hari ini :
1. Rilis data Indeks Keyakinan Konsumen Jepang (12.00 WIB)
2. Rilis data ekspor dan impor Singapura (12.00 WIB)
3. Rilis data realisasi investasi asing Indonesia (13.00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional :

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (Q III-2019 YoY)

5,02%

Inflasi (Desember 2019 YoY)

2,72%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Januari 2020)

5%

Defisit anggaran (APBN 2020)

-1,76% PDB

Transaksi berjalan (Q III-2019)

-2,66% PDB

Neraca pembayaran (Q III-2019)

-US$ 46 juta

Cadangan devisa (Desember 2019)

US$ 129,18 miliar


Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar silakan klik di sini.




TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg) Next Article Analisis Terkaparnya IHSG dan Rupiah Akibat Sentimen Corona

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular