
Dipicu Corona,Yakin Harga Emas Bisa di Atas US$ 1.600/oz?
Putu Agus Pransuamitra & Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
29 January 2020 06:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar finansial global dikejutkan dengan penyebaran virus corona sejak pekan lalu. Virus corona merupakan keluarga besar virus yang biasanya menginfeksi hewan, namun lambat laun dapat berevolusi dan menyebar ke manusia.
Virus yang berasal dari kota Wuhan China ini sudah menewaskan 106 dan telah menjangkiti 4.515 orang di negeri Tiongkok, sebagaimana dilansir CNBC International per Selasa (28/1/2020).
Selain China yang merupakan asal virus corona, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Vietnam, Singapura, Malaysia, Nepal, Prancis, Australia, AS, dan Kanada merupakan negara-negara yang sudah mengindentifikasi kasus yang sama. Semua pasien tersebut pernah berpergian atau datang dari China.
Penyebaran virus corona mengingatkan pada penyebaran Sindrom Pernapasan Akut Berat (Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS) pada tahun 2002 dan 2003.
Melansir history.com SARS pertama kali muncul di provinsi Guangdong China pada November 2002. Dengan cepat SARS menyebar ke Hong Kong dan Vietnam dan setelahnya ke berbagai belahan dunia melalui wisatawan yang melakukan perjalanan udara.
Pada bulan Maret 2003, seorang wanita Kanada meninggal di Toronto setelah berkunjung ke Hong Kong. Sepanjang penyebarannya, SARS telah membuat 44 orang meninggal di Toronto.
Sejak pertama kali kemunculan SARS di Kanada, WHO akhirnya mengumumkan peringatan global.
Baru pada Juli 2003, WHO menyatakan penyebaran SARS berhenti. Total selama 8 bulan, lebih dari 8.000 orang terjangkit SARS, dan sebanyak 775 orang meninggal dunia.
Saat terjadi wabah SARS, harga emas dunia sempat melesat naik hingga 21% dalam waktu 3 bulan pada periode November 2003 sampai Februari 2004, melansir data Refinitiv. Setelahnya logam mulai ini memangkas penguatan tersebut.
Ketika WHO mengumumkan penyebaran wabah SARS berhenti, emas masih menyisakan penguatan sebesar 10,82%.
Sementara sejak kemunculan virus corona pada pekan lalu, harga emas "baru" naik 1,63% hingga Senin (27/1/2020). Itu artinya jika virus corona terus memakan korban jiwa, dan penyebarannnya meluas, bukan tidak mungkin emas akan melesat jauh melewati level US$ 1.600/troy ons. Pada pukul 16:04 WIB hari ini, Selasa (28/1/2020) emas berada di level US$ 1.581,38/troy ons.
Pada pukul 13:38 WIB Selasa kemarin, harga emas melemah 0,18% ke level US$ 1.578,84/troy ons di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Sementara pada Senin, harga logam mulia ini menguat 0,72% ke level US$ 1.581,65/troy ons, yang merupakan level penutupan tertinggi sejak 10 April 2013. Emas sedikit lagi kembali ke US$ 1.600/troy ons.
Logam mulai merupakan aset tanpa imbal hasil, suku bunga rendah di AS membuat opportunity cost atau atau biaya yang ditanggung karena memilih investasi emas, dibandingkan investasi lainnya, misalnya obligasi AS.
Dengan demikian jika The Fed menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga di tahun ini atau malah mengindikasikan akan adanya pemangkasan suku bunga, emas berpeluang kembali mencapai level US$ 1.600/troy ons.
Virus yang berasal dari kota Wuhan China ini sudah menewaskan 106 dan telah menjangkiti 4.515 orang di negeri Tiongkok, sebagaimana dilansir CNBC International per Selasa (28/1/2020).
Selain China yang merupakan asal virus corona, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Vietnam, Singapura, Malaysia, Nepal, Prancis, Australia, AS, dan Kanada merupakan negara-negara yang sudah mengindentifikasi kasus yang sama. Semua pasien tersebut pernah berpergian atau datang dari China.
Penyebaran virus corona mengingatkan pada penyebaran Sindrom Pernapasan Akut Berat (Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS) pada tahun 2002 dan 2003.
Melansir history.com SARS pertama kali muncul di provinsi Guangdong China pada November 2002. Dengan cepat SARS menyebar ke Hong Kong dan Vietnam dan setelahnya ke berbagai belahan dunia melalui wisatawan yang melakukan perjalanan udara.
Sejak pertama kali kemunculan SARS di Kanada, WHO akhirnya mengumumkan peringatan global.
Baru pada Juli 2003, WHO menyatakan penyebaran SARS berhenti. Total selama 8 bulan, lebih dari 8.000 orang terjangkit SARS, dan sebanyak 775 orang meninggal dunia.
Saat terjadi wabah SARS, harga emas dunia sempat melesat naik hingga 21% dalam waktu 3 bulan pada periode November 2003 sampai Februari 2004, melansir data Refinitiv. Setelahnya logam mulai ini memangkas penguatan tersebut.
Ketika WHO mengumumkan penyebaran wabah SARS berhenti, emas masih menyisakan penguatan sebesar 10,82%.
Sementara sejak kemunculan virus corona pada pekan lalu, harga emas "baru" naik 1,63% hingga Senin (27/1/2020). Itu artinya jika virus corona terus memakan korban jiwa, dan penyebarannnya meluas, bukan tidak mungkin emas akan melesat jauh melewati level US$ 1.600/troy ons. Pada pukul 16:04 WIB hari ini, Selasa (28/1/2020) emas berada di level US$ 1.581,38/troy ons.
Pada pukul 13:38 WIB Selasa kemarin, harga emas melemah 0,18% ke level US$ 1.578,84/troy ons di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Sementara pada Senin, harga logam mulia ini menguat 0,72% ke level US$ 1.581,65/troy ons, yang merupakan level penutupan tertinggi sejak 10 April 2013. Emas sedikit lagi kembali ke US$ 1.600/troy ons.
Logam mulai merupakan aset tanpa imbal hasil, suku bunga rendah di AS membuat opportunity cost atau atau biaya yang ditanggung karena memilih investasi emas, dibandingkan investasi lainnya, misalnya obligasi AS.
Dengan demikian jika The Fed menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga di tahun ini atau malah mengindikasikan akan adanya pemangkasan suku bunga, emas berpeluang kembali mencapai level US$ 1.600/troy ons.
Next Page
Nasib Harga Emas Antam
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular