
Virus Corona Wuhan Meradang, Obligasi & Emas Jadi Pilihan
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
28 January 2020 19:20

Jakarta, CNBC Indonesia- Investasi di instrumen obligasi dan emas masih jadi pilihan di tengah menyeruaknya sentimen virus korona ke berbagai negara yang menjadi kecemasan global.
Hingga Selasa (28/1/2020), virus korona telah menewaskan 106 orang di China dan 2.900 orang terinfeksi. Bermula dari kota Wuhan, China, kini virus corona telah menyebar ke 16 negara. Namun dia menilai, pemerintah China akan segera menemukan solusi agar virus ini tidak semakin berlarut.
Wawan Hendrayana, Head of Capital Market Research Infovesta Utama berpendapat, investasi di obligasi khususnya Surat Utang Negara (SUN) masih cukup prospektif di tengah masih terbukanya ruang penurunan suku bunga acuan.
"Dengan penurunan suku bunga, beban bunga emiten juga akan turun dan potensi gagal bayar akan turun," kata Wawan saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (28/1/2020).
Sependapat, Head of Economy Research PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C Permana menyatakan, reli di pasar obligasi pada tahun ini akan masih berlanjut seiring masih adanya ruang bagi otoritas moneter Indonesia memangkas suku bunga acuan 50 basis poin menjadi 4,5% sepanjang tahun ini.
"Pasar saham jadi pilihan kedua, tidak spt periode tahun 2017-2018 karena suku bunga amasih akan turun. Tahun obligasi masih sangat mungkin terjadi di 2020," ungkap Fikri kepada CNBC Indonesia, Selasa (28/1/2020) di Jakarta.
Bagaimana dengan pasar saham? Infovesta Utama mencatat, pada tahun ini situasinya akan cukup berat, pasalnya ada kemungkinan ekonomi China bakal terkontraksi sebagai dampak dari penyebaran virus korona. Dan bila China terdampak, negara-negara lainnya kata Wawan, pasti ikut terdampak.
"Itu yang dikhawatirkan sudah kelihatan di sektor pariwisata, turis dari China akan berkurang, kita akan kena imbas juga," kata Wawan.
Emas Jadi Pilihan
Katalis lainnya yang menjadi pilihan investasi kala virus korona meradang adalah emas. Investor, kata Wawan, akan cenderung memilih aset safe haven di tengah ketidakpastian global.
Selain itu, pada akhir 2019, The Fed menyatakan tidak akan menaikkan suku bunga di tahun ini dan menjadi salah satu penyebab emas membukukan kinerja positif di awal tahun ini.
Pada Senin kemarin, logam mulia ini menguat 0,72% ke level US$ 1.581,65/troy ons, yang merupakan level penutupan tertinggi sejak 10 April 2013. Emas sedikit lagi kembali ke US$ 1.600/troy ons.
"Di saat ini investor akan mencari aset safe haven, salah satunya emas," ungkapnya.
(dob/dob) Next Article Corona Kian Meluas, Emas Makin Diburu
Hingga Selasa (28/1/2020), virus korona telah menewaskan 106 orang di China dan 2.900 orang terinfeksi. Bermula dari kota Wuhan, China, kini virus corona telah menyebar ke 16 negara. Namun dia menilai, pemerintah China akan segera menemukan solusi agar virus ini tidak semakin berlarut.
Wawan Hendrayana, Head of Capital Market Research Infovesta Utama berpendapat, investasi di obligasi khususnya Surat Utang Negara (SUN) masih cukup prospektif di tengah masih terbukanya ruang penurunan suku bunga acuan.
Sependapat, Head of Economy Research PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C Permana menyatakan, reli di pasar obligasi pada tahun ini akan masih berlanjut seiring masih adanya ruang bagi otoritas moneter Indonesia memangkas suku bunga acuan 50 basis poin menjadi 4,5% sepanjang tahun ini.
"Pasar saham jadi pilihan kedua, tidak spt periode tahun 2017-2018 karena suku bunga amasih akan turun. Tahun obligasi masih sangat mungkin terjadi di 2020," ungkap Fikri kepada CNBC Indonesia, Selasa (28/1/2020) di Jakarta.
Bagaimana dengan pasar saham? Infovesta Utama mencatat, pada tahun ini situasinya akan cukup berat, pasalnya ada kemungkinan ekonomi China bakal terkontraksi sebagai dampak dari penyebaran virus korona. Dan bila China terdampak, negara-negara lainnya kata Wawan, pasti ikut terdampak.
"Itu yang dikhawatirkan sudah kelihatan di sektor pariwisata, turis dari China akan berkurang, kita akan kena imbas juga," kata Wawan.
Emas Jadi Pilihan
Katalis lainnya yang menjadi pilihan investasi kala virus korona meradang adalah emas. Investor, kata Wawan, akan cenderung memilih aset safe haven di tengah ketidakpastian global.
Selain itu, pada akhir 2019, The Fed menyatakan tidak akan menaikkan suku bunga di tahun ini dan menjadi salah satu penyebab emas membukukan kinerja positif di awal tahun ini.
Pada Senin kemarin, logam mulia ini menguat 0,72% ke level US$ 1.581,65/troy ons, yang merupakan level penutupan tertinggi sejak 10 April 2013. Emas sedikit lagi kembali ke US$ 1.600/troy ons.
"Di saat ini investor akan mencari aset safe haven, salah satunya emas," ungkapnya.
(dob/dob) Next Article Corona Kian Meluas, Emas Makin Diburu
Most Popular