Gara-gara Corona, Rupiah Terlemah Kedua di Asia!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 January 2020 10:35

Investor semakin cemas dengan penyebaran virus Corona. Mengutip data pemetaan satelit Arcgis, saat ini sudah ada 4.474 kasus virus Corona di China dengan 107 korban jiwa.
Tidak hanya China, kasus virus Corona juga sudah terkonfirmasi di berbagai negara. Di Singapura dan sudah ada lima kasus, Jepang, Malaysia, dan Korea Selatan empat kasus, Prancis tiga kasus, Vietnam dua kasus, serta Kanada, Kamboja, Jerman, Pantai Gading, Nepal, dan Sri Lanka masing-masing satu kasus. Belum ada korban jiwa di luar China.
"Kita semua masih belum tahu seberapa besar skala penyebarannya. Ini bukan sekadar masalah kesehatan, tetapi juga ekonomi. Dampaknya akan terasa di perekonomian China, dan pasti mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia," kata Minori Uchida, Head of Global Research di MUFG Bank yang berbasis di Tokyo, seperti diberitakan Reuters.
Riset S&P menyebutkan, virus Corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China sekitar 1,2 poin persentase. Jadi kalau pertumbuhan ekonomi China tahun ini diperkirakan 6%, maka virus Corona akan membuatnya melambat menjadi 4,8%.
Pertumbuhan ekonomi di bawah 5% adalah bencana bagi China. Kalau sampai kejadian, maka akan menjadi catatan terburuk setidaknya sejak 1992.
"Pada 2019, konsumsi menyumbang sekitar 3,5 poin persentase dari pertumbuhan ekonomi China yang sebesar 6,1%. Dengan perkiraan konsumsi domestik turun 10%, maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan akan berkurang sekitar 1,2 poin persentase," sebut riset S&P.
Berdasarkan pendekatan Purchasing Power Parity (PPP), Bank Dunia mencatat China menyumbang 18,69% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia. Hampir seperlima. Jadi kalau China melambat, tentu dampaknya akan terasa ke seluruh dunia.
Prospek pertumbuhan ekonomi global yang meredup membuat investor ogah bermain di sekitar aset-aset berisiko. Arus modal menjauhi pasar keuangan Asia, sehingga rupiah dkk tersangkut di zona merah.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Tidak hanya China, kasus virus Corona juga sudah terkonfirmasi di berbagai negara. Di Singapura dan sudah ada lima kasus, Jepang, Malaysia, dan Korea Selatan empat kasus, Prancis tiga kasus, Vietnam dua kasus, serta Kanada, Kamboja, Jerman, Pantai Gading, Nepal, dan Sri Lanka masing-masing satu kasus. Belum ada korban jiwa di luar China.
"Kita semua masih belum tahu seberapa besar skala penyebarannya. Ini bukan sekadar masalah kesehatan, tetapi juga ekonomi. Dampaknya akan terasa di perekonomian China, dan pasti mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia," kata Minori Uchida, Head of Global Research di MUFG Bank yang berbasis di Tokyo, seperti diberitakan Reuters.
Pertumbuhan ekonomi di bawah 5% adalah bencana bagi China. Kalau sampai kejadian, maka akan menjadi catatan terburuk setidaknya sejak 1992.
"Pada 2019, konsumsi menyumbang sekitar 3,5 poin persentase dari pertumbuhan ekonomi China yang sebesar 6,1%. Dengan perkiraan konsumsi domestik turun 10%, maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan akan berkurang sekitar 1,2 poin persentase," sebut riset S&P.
Berdasarkan pendekatan Purchasing Power Parity (PPP), Bank Dunia mencatat China menyumbang 18,69% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia. Hampir seperlima. Jadi kalau China melambat, tentu dampaknya akan terasa ke seluruh dunia.
Prospek pertumbuhan ekonomi global yang meredup membuat investor ogah bermain di sekitar aset-aset berisiko. Arus modal menjauhi pasar keuangan Asia, sehingga rupiah dkk tersangkut di zona merah.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular