
Pengakuan & Janji Bos BI: Tidak akan Buat Rupiah Terlalu Kuat
Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
27 January 2020 16:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan pihaknya akan menjaga nilai tukar rupiah sesuai fundamentalnya.
Hal itu disampaikan oleh Perry Warjiyo saat melakukan rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Senin (27/1/2020). Pasalnya, kata Perry penguatan rupiah dalam beberapa pekan terakhir ini dikhawatirkan akan merugikan eksportir.
Oleh karena itu, Perry menjamin, BI akan melakukan intervensi apabila rupiah terlalu menguat.
"Jika ada pergerakan pasar tidak sejalan fundamental dan terlalu bergejolak, kami tidak segan stabilisasi rupiah baik spot, pembelian SBN [Surat Berharga Negara], dan dengan DNDF [domestic non-deliverable forward]," ujarnya.
Kendati demikian, Perry mengatakan, pergerakan rupiah saat ini bergerak sesuai mekanisme pasar. Menguatnya rupiah juga masih mendukung kegiatan ekonomi. Baik dari investasi, impor, dan ekspor.
Dari sektor ekspor, sebetulnya kata Perry penguatan rupiah akan berakibat pada penerimaan ekspor komoditas. Sebaliknya, penguatan rupiah akan mendorong penerimaan ekspor manufaktur.
"Ekspor manufaktur justru akan meningkat, sebab biaya produksi lebih rendah dan kompetitif. Oleh karena itu, ekspor elektronik, garmen, komoditas mesin, ini akan meningkat," jelasnya.
Untuk diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di perdagangan pasar spot hari ini, melewati level Rp 13.600/US$
Pada Senin (27/1/2020), US$ 1 dibanderol Rp 13.600/US$ di pasar spot. Rupiah melemah 0,26% dibandingkan dengan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Sebelumnya rupiah sempat melemah 0,41% ke Rp 13.620/US$.
(dru) Next Article Bos BI: Rupiah Ada Kecenderungan Menguat!
Hal itu disampaikan oleh Perry Warjiyo saat melakukan rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Senin (27/1/2020). Pasalnya, kata Perry penguatan rupiah dalam beberapa pekan terakhir ini dikhawatirkan akan merugikan eksportir.
Oleh karena itu, Perry menjamin, BI akan melakukan intervensi apabila rupiah terlalu menguat.
Dari sektor ekspor, sebetulnya kata Perry penguatan rupiah akan berakibat pada penerimaan ekspor komoditas. Sebaliknya, penguatan rupiah akan mendorong penerimaan ekspor manufaktur.
"Ekspor manufaktur justru akan meningkat, sebab biaya produksi lebih rendah dan kompetitif. Oleh karena itu, ekspor elektronik, garmen, komoditas mesin, ini akan meningkat," jelasnya.
Untuk diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di perdagangan pasar spot hari ini, melewati level Rp 13.600/US$
Pada Senin (27/1/2020), US$ 1 dibanderol Rp 13.600/US$ di pasar spot. Rupiah melemah 0,26% dibandingkan dengan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Sebelumnya rupiah sempat melemah 0,41% ke Rp 13.620/US$.
(dru) Next Article Bos BI: Rupiah Ada Kecenderungan Menguat!
Most Popular