
Tugu Insurance Catat Kinerja di Atas Rerata Industri Asuransi
Yuni Astutik, CNBC Indonesia
27 January 2020 15:27

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance) mencatatkan kinerja yang moncer sepanjang tahun 2019 lalu. Anak usaha PT Pertamina (Persero) ini mencatat sederet prestasi, apalagi jika dibandingkan dengan industri asuransi lainnya.
Tugu Insurance mencatat kenaikan aset hingga 21% menjadi Rp 21,4 triliun hingga triwulan III-2019. Pertumbuhan aset ini jauh di atas pertumbuhan aset industri asuransi lainnya yang hanya di kisaran 9,45%.
Sementara itu ekuitas perusahaan juga tercatat naik 10% menjadi Rp 8,19 triliun, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 7,45 triliun. Pertumbuhan ekuitas ini sejalan dengan pertumbuhan industri asuransi yang berada di kisaran 10,62%.
Angka tersebut mengerek tingkat Risk Based Capital (RBC) atau rasio solvabilitas perusahaan sebesar 398,24%. Angka ini tentunya jauh di atas ketentuan minimum Otoritas Jasa keuangan (OJK) yaitu di angka 120%.
Selanjutnya, jika melihat laporan keuangan hingga triwulan III-2019, emiten dengan kode saham TUGU ini mencatat kenaikan laba 174% menjadi Rp 285,9 miliar. Kenaikan laba bersih tersebut ditopang oleh pendapatan premi bruto konsolidasi yang naik 45% menjadi Rp 4,94 triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Tak hanya itu, TUGU mencatat rata-rata pertumbuhan pendapatan sebesar 20,61% pada semester I-2019, angka ini lebih tinggi dibanding dengan pertumbuhan industri asuransi lainnya yang mencapai 2,02%.
Pertumbuhan laba bersih TUGU juga tercatat mengalami kenaikan pada semester I-2019 atau sebesar 1.012,23%, jauh lebih tinggi dibanding industri asuransi lainnya yang mencapai 2,79%.
Sebagai perusahaan asuransi umum, TUGU juga mencatat kenaikan premi konsolidasi. Presiden Direktur TUGU, Indra Baruna, saat Public Expose di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (14/11/2019) mengatakan peningkatan pendapatan premi bruto memang terjadi di hampir seluruh sektor.
"Mulai dari sektor energy, non-energy, commercial serta retail business," ujarnya.
Adapun premi konsolidasi yang mencatat pertumbuhan Pertama adalah Asuransi kebakaran yang mengalami kenaikan 43% menjadi Rp 1,66 triliun. Selanjutnya asuransi penerbangan yang naik signifikan mencapai 84% mencapai Rp 876,42 miliar.
Berikutnya adalah asuransi energi atau offshore yang naik 25% menjadi Rp 618,59 miliar, asuransi rekayasa yang naik 38% menjadi Rp 349,82 miliar dan terakhir yang juga naik signifikan adalah asuransi aneka yang naik 122% menjadi Rp 670,86 miliar.
Tahun ini, TUGU berencana untuk meningkatkan premi ritel dengan porsi mencapai 11%. Adapun hingga triwulan III-2019, persentase premi ritel baru mencapai 8% atau sekitar Rp 213 miliar.
Indra optimistis target tersebut bisa tercapai di tengah penjualan kendaraan yang melambat tahun ini. Tugu Insurance yakin karena telah menyiapkan sejumlah amunisi untuk mencapai fokus target tersebut.
"Pertama membuat permainan baru di pasar melalui T-drive, itu baru belum ada di Indonesia diferensiasi kuat," katanya.
Melalui aplikasi T-Drive tersebut, menurunnya menjadi alternatif bagi pengguna kendaraan yaitu mobil untuk mendapatkan asuransi dengan cara lebih mudah dan sederhana. Saat ini, setidaknya ada 30 ribu pengguna aplikasi yang telah diunduh.
Aplikasi T-Drive juga diperkirakan bakal menggaet pengguna kendaraan bermotor karena alasan mudahnya membeli produk asuransi ini. Apalagi ada sejumlah kemudahan salah satunya pembelian asuransi bisa dilakukan melalui aplikasi T-Driver tersebut.
"Sudah bisa pembelian polis asuransi, hanya 4 klik. Itu sudah mencakup Pembayaran sama pengiriman. Klaim juga bisa," pungkasnya.
(dob/dob) Next Article Mantap! Tugu Insurance Pertahankan Rating A- dari A.M. Best
Tugu Insurance mencatat kenaikan aset hingga 21% menjadi Rp 21,4 triliun hingga triwulan III-2019. Pertumbuhan aset ini jauh di atas pertumbuhan aset industri asuransi lainnya yang hanya di kisaran 9,45%.
Sementara itu ekuitas perusahaan juga tercatat naik 10% menjadi Rp 8,19 triliun, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 7,45 triliun. Pertumbuhan ekuitas ini sejalan dengan pertumbuhan industri asuransi yang berada di kisaran 10,62%.
Angka tersebut mengerek tingkat Risk Based Capital (RBC) atau rasio solvabilitas perusahaan sebesar 398,24%. Angka ini tentunya jauh di atas ketentuan minimum Otoritas Jasa keuangan (OJK) yaitu di angka 120%.
Selanjutnya, jika melihat laporan keuangan hingga triwulan III-2019, emiten dengan kode saham TUGU ini mencatat kenaikan laba 174% menjadi Rp 285,9 miliar. Kenaikan laba bersih tersebut ditopang oleh pendapatan premi bruto konsolidasi yang naik 45% menjadi Rp 4,94 triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Tak hanya itu, TUGU mencatat rata-rata pertumbuhan pendapatan sebesar 20,61% pada semester I-2019, angka ini lebih tinggi dibanding dengan pertumbuhan industri asuransi lainnya yang mencapai 2,02%.
Pertumbuhan laba bersih TUGU juga tercatat mengalami kenaikan pada semester I-2019 atau sebesar 1.012,23%, jauh lebih tinggi dibanding industri asuransi lainnya yang mencapai 2,79%.
Sebagai perusahaan asuransi umum, TUGU juga mencatat kenaikan premi konsolidasi. Presiden Direktur TUGU, Indra Baruna, saat Public Expose di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (14/11/2019) mengatakan peningkatan pendapatan premi bruto memang terjadi di hampir seluruh sektor.
"Mulai dari sektor energy, non-energy, commercial serta retail business," ujarnya.
Adapun premi konsolidasi yang mencatat pertumbuhan Pertama adalah Asuransi kebakaran yang mengalami kenaikan 43% menjadi Rp 1,66 triliun. Selanjutnya asuransi penerbangan yang naik signifikan mencapai 84% mencapai Rp 876,42 miliar.
Berikutnya adalah asuransi energi atau offshore yang naik 25% menjadi Rp 618,59 miliar, asuransi rekayasa yang naik 38% menjadi Rp 349,82 miliar dan terakhir yang juga naik signifikan adalah asuransi aneka yang naik 122% menjadi Rp 670,86 miliar.
Tahun ini, TUGU berencana untuk meningkatkan premi ritel dengan porsi mencapai 11%. Adapun hingga triwulan III-2019, persentase premi ritel baru mencapai 8% atau sekitar Rp 213 miliar.
Indra optimistis target tersebut bisa tercapai di tengah penjualan kendaraan yang melambat tahun ini. Tugu Insurance yakin karena telah menyiapkan sejumlah amunisi untuk mencapai fokus target tersebut.
"Pertama membuat permainan baru di pasar melalui T-drive, itu baru belum ada di Indonesia diferensiasi kuat," katanya.
Melalui aplikasi T-Drive tersebut, menurunnya menjadi alternatif bagi pengguna kendaraan yaitu mobil untuk mendapatkan asuransi dengan cara lebih mudah dan sederhana. Saat ini, setidaknya ada 30 ribu pengguna aplikasi yang telah diunduh.
Aplikasi T-Drive juga diperkirakan bakal menggaet pengguna kendaraan bermotor karena alasan mudahnya membeli produk asuransi ini. Apalagi ada sejumlah kemudahan salah satunya pembelian asuransi bisa dilakukan melalui aplikasi T-Driver tersebut.
"Sudah bisa pembelian polis asuransi, hanya 4 klik. Itu sudah mencakup Pembayaran sama pengiriman. Klaim juga bisa," pungkasnya.
(dob/dob) Next Article Mantap! Tugu Insurance Pertahankan Rating A- dari A.M. Best
Most Popular