
BI 'Dihajar' DPR Pertanyaan Soal Perkasanya Rupiah
Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
27 January 2020 11:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) dihujani pertanyaan dari para anggota Komisi XI DPR perihal penguatan rupiah yang terjadi selama 8 pekan beruntun.
Pada Senin (27/1/2020), US$ 1 dibanderol Rp 13.600/US$ di pasar spot. Rupiah melemah 0,26% dibandingkan dengan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Sebelumnya rupiah sempat melemah ke Rp 13.615/US$.
Posisi rupiah yang terjadi pada hari ini, jauh dari yang ditargetkan oleh pemerintah yakni berada di kisaran Rp 14.400 per US$. Prediksi yang meleset itu kemudian menjadi pertanyaan banyak para anggota dewan, apa yang sebenarnya terjadi terhadap penguatan mata uang garuda.
Anggota Komisi XI Sihar Sitorus mengatakan, meskipun posisi rupiah yang berada pada kisaran Rp 13.600 per US$ saat ini 'friendly' untuk para importir, namun ada begitu banyak exchange rate lost karena selling yang kemungkinan tidak terkontrol.
"Ditambah data-data ekonomi makro belum bergerak signifikan juga. Apa yang sebenarnya membuat penguatan demikian cepat?" ujarnya saat melakukan rapat kerja dengan Gubernur BI Perry Warjiyo, Senin (27/1/2020).
Pertanyaan rupiah juga ditanyakan oleh anggota Komisi XI lainnya, Andreas Eddy Susetyo. Andreas memandang menguatnya nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini, tidak ada korelasinya dengan perekonomian yang terjadi belakangan.
"Nilai tukar rupiah menguat, tidak melihat korelasi hubungan sebab-akibat. Di kuartal-III 2019 so so saja. Baik dari direct investment portfolio. Saya tidak melihat korelasi dan sebab akibatnya. Bagaimana kita menghubungkan data-data ini. Apa yang menyebabkan kurs rupiah kita meningkat. Bagaimana operasi moneter yang efektif dari BI?" ujarnya.
Anggota Komisi XI lainnya, Sarmuji mengatakan kurs rupiah yang ada saat ini sudah jauh dari range yang paling rendah yang ditetapkan oleh pemerintah, yang saat itu memperkirakan rupiah bisa pada kisaran Rp 14.200 per dollar AS.
Sarmuji mempertanyakan, bagaimana prediksi BI ke depan mengenai kurs rupiah yang terjadi hari ini, kenapa bisa meleset dari yang sudah diprediksi sebelumnya.
"Kami ingin tahu, prediksi rupiah kalau stabil, dan kalau ada yang meleset, dan sebab-sebabnya seperti apa. Kalau ketidakpastian [ekonomi] masih tinggi, pasar akan kebingungan dalam melakukan prediksi transaksinya," tuturnya.
Di sisi lain, Anggota Komisi XI Dolfie meminta kepada Perry Warjiyo untuk menjelaskan kebijakan apa saja yang sudah dilakukan oleh BI, dan apa dampaknya terhadap kondisi perekonomian di Indonesia.
"Apa saja yang sudah dilakukan oleh BI selama ini, apakah lewat kebijakan itu ekonomi makro sudah optimal atau jangan-jangan karena kebetulan saja?" tuturnya.
(dru) Next Article Bos BI: Rupiah Ada Kecenderungan Menguat!
Pada Senin (27/1/2020), US$ 1 dibanderol Rp 13.600/US$ di pasar spot. Rupiah melemah 0,26% dibandingkan dengan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Sebelumnya rupiah sempat melemah ke Rp 13.615/US$.
Posisi rupiah yang terjadi pada hari ini, jauh dari yang ditargetkan oleh pemerintah yakni berada di kisaran Rp 14.400 per US$. Prediksi yang meleset itu kemudian menjadi pertanyaan banyak para anggota dewan, apa yang sebenarnya terjadi terhadap penguatan mata uang garuda.
![]() |
"Ditambah data-data ekonomi makro belum bergerak signifikan juga. Apa yang sebenarnya membuat penguatan demikian cepat?" ujarnya saat melakukan rapat kerja dengan Gubernur BI Perry Warjiyo, Senin (27/1/2020).
Pertanyaan rupiah juga ditanyakan oleh anggota Komisi XI lainnya, Andreas Eddy Susetyo. Andreas memandang menguatnya nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini, tidak ada korelasinya dengan perekonomian yang terjadi belakangan.
Anggota Komisi XI lainnya, Sarmuji mengatakan kurs rupiah yang ada saat ini sudah jauh dari range yang paling rendah yang ditetapkan oleh pemerintah, yang saat itu memperkirakan rupiah bisa pada kisaran Rp 14.200 per dollar AS.
Sarmuji mempertanyakan, bagaimana prediksi BI ke depan mengenai kurs rupiah yang terjadi hari ini, kenapa bisa meleset dari yang sudah diprediksi sebelumnya.
"Kami ingin tahu, prediksi rupiah kalau stabil, dan kalau ada yang meleset, dan sebab-sebabnya seperti apa. Kalau ketidakpastian [ekonomi] masih tinggi, pasar akan kebingungan dalam melakukan prediksi transaksinya," tuturnya.
Di sisi lain, Anggota Komisi XI Dolfie meminta kepada Perry Warjiyo untuk menjelaskan kebijakan apa saja yang sudah dilakukan oleh BI, dan apa dampaknya terhadap kondisi perekonomian di Indonesia.
"Apa saja yang sudah dilakukan oleh BI selama ini, apakah lewat kebijakan itu ekonomi makro sudah optimal atau jangan-jangan karena kebetulan saja?" tuturnya.
(dru) Next Article Bos BI: Rupiah Ada Kecenderungan Menguat!
Most Popular