Sambutlah Rupiah, Sang Juara Dunia yang Libas Dolar Cs!

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
25 January 2020 09:59
Sambutlah Rupiah, Sang Juara Dunia yang Libas Dolar Cs!
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang pekan ini nilai tukar rupiah terus mencatatkan penguatan di hadapan dolar greenback dan menjadi mata uang terbaik dunia. Rupiah malah menguat di hadapan dolar kala pasar cemas akan merebaknya virus korona yang akhir-akhir ini terjadi.

Pekan lalu tepatnya Jumat (17/1/2020), Mata Uang Garuda dibanderol Rp 13.630/US$. Sepekan berselang nilai tukar rupiah makin perkasa di hadapan dolar AS dan ditutup di level Rp 13.565/US$. Rupiah telah mencatatkan apresiasi sebesar 0,48% secara week on week (wow).

Tren penguatan rupiah ini bukan hanya baru-baru ini saja terjadi. Sejak awal tahun rupiah memang terus cetak rekor. Pada 2 Januari 2020 rupiah dihargai Rp 13.884/US$. Artinya reli tak terbendung rupiah telah menghasilkan kenaikan sebesar 2,29% YTD.

Sambutlah Rupiah, Sang Juara Dunia yang Libas Dolar Cs!Foto: infografis/pergerakan rupiah sepekan 17-24 januari 2020/Aristya Rahadian krisabella


Posisi rupiah pada perdagangan spot terakhir berada level tertingginya sejak Februari 2018. Wajar saja jika rupiah dinobatkan sebagai mata uang terbaik di dunia. Namun jika dalam hitungan sepekan, performa rupiah masih berada di bawah Yen yang berhasil menguat hampir 1%.



Rupiah justru tampil gagah saat pasar cemas gara-gara virus korona yang menyerang China. Virus yang masih sejenis dengan penyebab SARS ini pertama kali ditemukan Wuhan pada 31 Desember. Sehari setelahnya diketahui bahwa pasar grosir seafood di Wuhan sebagai tempat wabah ini berawal. Seminggu setelahnya seorang pria berusia 61 tahun asal Wuhan dikabarkan meninggal gara-gara kasus ini.

Setelah itu, virus terus menyebar ke berbagai penjuru kota. Bahkan virus ini sudah menjelajah ke negara dan benua lain. CNBC International melaporkan jumlah kasus orang yang terinfeksi virus korona di mencapai 847 dan 26 dinyatakan meninggal dunia.

Dari 846 kasus yang dilaporkan, China jadi penyumbang terbanyak dengan 830 kasus. Virus ini juga dijumpai di Taiwan (1 kasus), Macao (2 kasus), Hong Kong (2 kasus), Vietnam (2 kasus), Thailand (3 kasus), Korea Selatan dan Jepang masing-masing dua kasus, hingga Singapura (1 kasus) dan AS yang baru-baru ini melaporkan dua kasus. 

Per Jumat kemarin (24/1/2020), sebanyak 10 kota dengan populasi mencapai 33 juta orang dalam karantina. Transportasi umum di Wuhan ditutup sejak 23 Januari dan setiap orang diminta untuk tak bepergian.
Kementerian Keuangan China telah menggelontorkan dana sebesar US$ 145 juta (Rp 2 triliun) untuk membantu provinsi Hubei melawan virus korona baru ini. Kota Wuhan juga tengah membangun rumah sakit berkapasitas 1.000 tempat tidur yang rencananya mulai beroperasi awal minggu depan.

Suasana di China memang tengah mencekam. China kini berstatus darurat. Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tak mau buru-buru mengumumkan kondisi sekarang ini sebagai situasi darurat global.

Rupiah tak gentar dibuatnya. Mata Uang Garuda terus melenggang dan reli tak terbendung terjadi. Bank Indonesia (BI) selaku otoritas moneter mengatakan penguatan rupiah adalah suatu hal yang bagus karena didukung dengan fundamental ekonomi dalam negeri yang kokoh. Hal ini disampaikan langsung oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dalam sebuah konferensi pers dua hari lalu.

"Penguatan rupiah didorong pasokan valas dari para eksportir dan aliran modal asing sejalan prospek ekonomi Indonesia yang terjaga dan ketidakpastian global yang menurun," kata Perry, Kamis (23/1/2020).


"BI memandang penguatan rupiah sejalan dengan kondisi fundamental yang membaik, membaiknya mekanisme pasar, dan keyakinan pasar terhadap kebijakan BI dan pemerintah. Penguatan rupiah memberikan dampak positif terhadap momentum pertumbuhan ekonomi dan terjaganya stabilitas makroekonomi," imbuhnya.

Penguatan rupiah ini juga diprediksi oleh bank investasi global seperti Bank of America Merryl Lich (BAML). Analis BAML yakni Rohit Garg bahkan menyebut mata uang rupiah sebagai nilai tukar kesayangan pelaku pasar.

"Salah satu mata uang yang saya sukai adalah rupiah, yang pastinya menjadi 'kesayangan' pasar, dan ada banyak alasan untuk itu," kata Garg dalam sebuah wawancara dengan CNBC International Selasa (21/1/2020). 

Garg juga mengatakan bahwa penguatan rupiah juga dipicu oleh outlook pemulihan perekonomian global serta kenaikan harga komoditas.

Tak mau ketinggalan dengan BAML, lembaga pemeringkat surat utang global Fitch juga merilis outlooknya terhadap nilai tukar rupiah kemarin.  Dalam rilisnya , Fitch Solutions memprediksi di tahun 2020 rata-rata rupiah berada di level Rp 13.650/US$, jauh lebih bagus dari prediksi sebelumnya rata-rata Rp 14.500/US$. 

Rupiah memang jadi primadona saat ini. Namun pelaku pasar harus sabar menunggu perdagangan pekan depan. Namun yang pasti, pekan ini adalah happy weekend bagi rupiah.




TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular