
Babak Belur di Asia, Dolar AS Malah Perkasa di Eropa
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 January 2020 22:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) perkasa melawan mata uang Eropa pada perdagangan Jumat (24/1/2020), bahkan ketika data ekonomi dari Benua Biru dirilis cukup bagus.
Data aktivitas bisnis (sektor manufaktur dan jasa) yang dirilis dari Eropa hari ini ini cukup bagus. Data yang disebut Purchasing Managers' Indeks (PMI) tersebut dirilis oleh Markit dengan angka 50 sebagai ambang batas antara ekspansi dan kontraksi. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi, sebaliknya di bawah 50 berarti kontraksi.
PMI Jerman, negara dengan nilai perekonomian terbesar di Eropa, dilaporkan sebesar 45,2 untuk bulan ini. Meski masih berkontraksi, tetapi lebih baik dari bulan Desember sebesar 46,3. Sementara PMI jasanya dirilis sebesar 54,2, naik dari bulan sebelumnya 52,9.
Kemudian Prancis pada periode yang sama sektor PMI manufakturnya dilaporkan naik menjadi 51 dari sebelumnya 50,4. Sementara sektor jasa mengalami penurunan menjadi 51,7 dari sebelumnya 52,4, tetapi masih menunjukkan ekspansi.
Data yang cukup bagus tersebut belum mampu mendongkrak kinerja mata uang euro yang melemah 0,16% ke level US$ 1,1034 pada pukul 20:30 WIB.
Dari Inggris, mata uang poundsterling melemah 0,26% ke US$ 1,3087 meski PMI manufaktur menunjukkan peningkatan menjadi 49,8 dari sebelumnya 47,5, dan PMI jasa naik menjadi 52,9 dari sebelumnya 50.
Data tersebut sebenarnya menunjukkan mulai bangkitnya aktivitas ekonomi di Benua Biru, tetapi masih belum mampu mengangkat nilai tukar euro dan poundsterling. Satu lagi mata uang dari Eropa, franc Swiss juga dibuat melemah 0,15%.
Performa dolar AS tersebut berbanding terbalik melawan mata uang utama Asia pada hari, the greenback justru dibuat babak belur. Rupiah memimpin penguatan mata uang Asia melawan dolar AS.
Rupiah menguat 0,44% ke Rp 13.565/US$ dan kian mengokohkan posisinya di level terkuat sejak Februari 2018. Selain itu rupiah juga membukukan penguatan delapan pekan beruntun, dan sejak awal perdagangan 2020 hingga hari ini rupiah menguat 2,29%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia pada pukul 16:37 WIB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Klaim Pengangguran AS Melonjak Lagi, Dolar Mulai Tertekan
Data aktivitas bisnis (sektor manufaktur dan jasa) yang dirilis dari Eropa hari ini ini cukup bagus. Data yang disebut Purchasing Managers' Indeks (PMI) tersebut dirilis oleh Markit dengan angka 50 sebagai ambang batas antara ekspansi dan kontraksi. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi, sebaliknya di bawah 50 berarti kontraksi.
Kemudian Prancis pada periode yang sama sektor PMI manufakturnya dilaporkan naik menjadi 51 dari sebelumnya 50,4. Sementara sektor jasa mengalami penurunan menjadi 51,7 dari sebelumnya 52,4, tetapi masih menunjukkan ekspansi.
Data yang cukup bagus tersebut belum mampu mendongkrak kinerja mata uang euro yang melemah 0,16% ke level US$ 1,1034 pada pukul 20:30 WIB.
Dari Inggris, mata uang poundsterling melemah 0,26% ke US$ 1,3087 meski PMI manufaktur menunjukkan peningkatan menjadi 49,8 dari sebelumnya 47,5, dan PMI jasa naik menjadi 52,9 dari sebelumnya 50.
Data tersebut sebenarnya menunjukkan mulai bangkitnya aktivitas ekonomi di Benua Biru, tetapi masih belum mampu mengangkat nilai tukar euro dan poundsterling. Satu lagi mata uang dari Eropa, franc Swiss juga dibuat melemah 0,15%.
Performa dolar AS tersebut berbanding terbalik melawan mata uang utama Asia pada hari, the greenback justru dibuat babak belur. Rupiah memimpin penguatan mata uang Asia melawan dolar AS.
Rupiah menguat 0,44% ke Rp 13.565/US$ dan kian mengokohkan posisinya di level terkuat sejak Februari 2018. Selain itu rupiah juga membukukan penguatan delapan pekan beruntun, dan sejak awal perdagangan 2020 hingga hari ini rupiah menguat 2,29%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia pada pukul 16:37 WIB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Klaim Pengangguran AS Melonjak Lagi, Dolar Mulai Tertekan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular