Laba Tumbuh Tipis, Ini Prediksi Pergerakan Saham BBNI

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 January 2020 14:39
Fee-Based Income Meroket 18,1%
Foto: CNBC Indonesia TV

Lebih lanjut, pertumbuhan laba bersih BNI ikut ditopang oleh pertumbuhan yang pesat di pos pendapatan non-bunga atau non-interest income. Non-interest income sering juga disebut sebagai pendapatan berbasis komisi atau fee-based income.

Sepanjang tahun lalu, non-interest income BNI melejit hingga 18,1% menjadi Rp 11,36 triliun, dari yang sebelumnya Rp 9,62 triliun pada tahun 2018. Pertumbuhan yang mencapai 18,1% tersebut jauh mengalahkan pertumbuhan pada tahun 2018 yang hanya mencapai 3,3%.

Dari 10 komponen penyumbang fee-based income terbesar bagi BNI, tercatat bahwa seluruhnya membukukan pertumbuhan pada tahun 2019, dengan pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh pos marketable securities (melejit 86,9%).

Kinerja Keuangan Kinclong, Saham BBNI Diyakini Melejit 23%Foto: 10 Besar Penyumbang Fee-Based Income BNI


Di tengah-tengah laju perekonomian yang lesu seperti saat ini (yang akan menekan penyaluran kredit), memang fee-based income menjadi sangat penting dalam menopang kelangsungan usaha sebuah bank.

Untuk diketahui, pada tahun 2018 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,17%. Namun di tahun 2019, laju perekonomian begitu lesu.

Sepanjang kuartal III-2019, BPS mencatat bahwa perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,02% secara tahunan. Angka pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai 5,02% tersebut lantas berada di bawah capaian periode kuartal I-2019 dan kuartal II-2019. Capaian tersebut juga jauh lebih rendah dari capaian pada kuartal III-2018 kala perekonomian Indonesia mampu tumbuh 5,17% secara tahunan.

Untuk diketahui, pada kuartal I-2019 perekonomian Indonesia tercatat tumbuh sebesar 5,07% secara tahunan, sementara pada kuartal II-2019 perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,05% secara tahunan.

Sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2019, perekonomian Indonesia hanya mampu tumbuh sebesar 5,04% secara tahunan.

Lantas, laju perekonomian untuk keseluruhan tahun 2019 hampir mustahil untuk tumbuh sesuai dengan capaian tahun 2018 yang sebesar 5,17%.

Lesunya laju perekonomian jelas sudah terefleksikan di kinerja bank-bank di Tanah Air. Melansir publikasi Statistik Perbankan Indonesia (SPI) edisi Oktober 2019 yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penyaluran kredit dari bank umum konvensional kepada pihak ketiga bukan bank adalah senilai Rp 5.287,46 triliun (per Oktober 2019), naik 6,39% jika dibandingkan dengan posisi pada periode yang sama tahun sebelumnya (Oktober 2018).

Pertumbuhan tersebut jauh lebih kecil jika dibandingkan pertumbuhan pada Oktober 2018 yang mencapai dua digit, tepatnya sebesar 13,63%. Lantas, pertumbuhan penyaluran kredit BNI yang mencapai 8,6% pada tahun 2019 bisa dikatakan menggembirakan.


Ke depannya, para analis menilai bahwa saham BBNI memiliki potensi untuk memberikan imbal hasil terbesar.

Per penutupan perdagangan kemarin, Rabu (22/1/2020), harga saham BBNI berada di level Rp 7.625/unit. Sementara itu, melansir Refinitiv, median target harga untuk saham BBNI berada di level Rp 9.350/unit, mengimplikasikan upside potential sebesar 22,62%.

Jika dibandingkan dengan saham-saham bank BUKU 4 lainnya seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), upside potential yang ditawarkan oleh saham BBNI menjadi yang paling menarik.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(ank/ank)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular