
Virus Corona Serang Hong Kong, Investor Global Serbu SUN

Penguatan tersebut juga ditopang oleh beralihnya sebagian dana investor asing dari pasar negara Asia lain seperti China yang sedang dibayangi bahaya virus Corona, Hong Kong yang baru dipangkas peringkat utangnya, dan India yang inflasinya sedang tinggi.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0080 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 1,3 basis poin (bps) menjadi 7,31%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield FR0082 yang bertenor 10 tahun dan menjadi acuan utama pasar juga turun yaitu sebesar 0,9 bps menjadi 6,77%. Posisi yield tersebut menjadi rekor terendah sejak hampir 2 tahun yang lalu, tepatnya pada 20 April 2018.
Satria Sambijantoro, Ekonom PT Bahana Sekuritas, menilai faktor kondisi tiga negara Asia yang berdampak positif di dalam negeri tersebut juga didukung penguatan rupiah 2019 dan sejak awal tahun ini.
Menurut dia, semakin derasnya dana asing masuk ke pasar SUN karena adanya potensi keuntungan investasi di negara lain yang menawarkan keuntungan lebih tinggi (carry trade) yang membuat pasar obligasi merah putih semakin menarik lagi.
"Apalagi kalau suku bunga acuan ditahan bank sentral [dalam Rapat Dewan Gubernur pada Kamis 23 Januari], maka akan membuat sisi menarik SUN akan semakin besar lagi dan potensi penguatan harganya juga semakin terbuka. Kami prediksi suku bunga masih akan ditahan karena rupiah juga sedang bagus," ujarnya pagi ini.
Dia menilai penguatan rupiah juga didukung angka defisit fiskal di kisaran 2% yang mulai stabil sehingga ketika dibandingkan dengan negara-negara Asia lain, khususnya China dan India yang sebesar 4%-5% dan 6%, maka makroekonomi Indonesia dapat dinilai masih jauh lebih baik.
Yield Obligasi Negara Acuan 22 Jan'20 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 21 Jan'20 (%) | Yield 22 Jan'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 21 Jan'21 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 6.106 | 6.104 | -0.20 | 6.0421 |
FR0082 | 10 tahun | 6.784 | 6.775 | -0.90 | 6.7217 |
FR0080 | 15 tahun | 7.329 | 7.316 | -1.30 | 7.2613 |
FR0083 | 20 tahun | 7.428 | 7.425 | -0.30 | 7.369 |
Sumber: Refinitiv
Saat ini, lanjut Satria, pasar SUN memang sedang bagus-bagusnya karena beberapa indikator pasar selain yield juga menunjukkan investor asing sedang menggemari instrumen investasi obligasi Indonesia.
Meskipun SUN masih belum dianggap sebagai aset investasi lebih aman (safe haven instrument), tidak seperti obligasi pemerintah negara lain, kondisi negara Asia lain yang sedang negatif yang justru membuat investor memburu SUN rupiah dan juga obligasi global Indonesia.
Dia mengatakan indikator pasar lain adalah arus dana asing di pasar SUN, credit default swap (CDS) global bonds tenor 5 tahun yang sudah di angka 60,24 yang menjadi angka terendah sepanjang masa, dan hasil lelang rutin kemarin yang permintaannya mencapai Rp 94,97 triliun yang juga menjadi rekor tertinggi baru.
CDS adalah instrumen derivatif pasar SUN yang menjadi salah satu indikator risiko terhadap pasar obligasi yang diterbitkan pemerintah sebuah negara.
Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mampu turun di bawah level psikologis 500 bps, tepatnya mencapai 498 bps.
Spread tersebut menyempit dari posisi kemarin 501 bps. Pagi ini, yield US Treasury 10 tahun naik 2,1 bps hingga 1,79% dari posisi kemarin 1,76%.
Terkait dengan masuknya arus dana investor asing ke pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.084,15 triliun SBN, atau 39,18% dari total beredar Rp 2.767 triliun berdasarkan data per akhir pekan lalu, 17 Januari.
Angka itu menunjukkan kepemilikan investor asing masih masuk ke pasar SUN senilai Rp 10,99 triliun sejak akhir pekan sebelumnya, sedangkan sejak awal bulan sekaligus awal tahun masih surplus Rp 22,29 triliun. Surplus itu merupakan selisih posisi terakhir dengan posisi akhir Desember 2019 Rp 1.061,86 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 38,57% pada periode yang sama.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, pasar masih terkoreksi sehingga yield mayoritas obligasi negara itu naik.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 21 Jan'20 (%) | Yield 22 Jan'20 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 6.835 | 6.78 | -5.50 |
China (A+) | 3.096 | 3.088 | -0.80 |
Jerman (AAA) | -0.25 | -0.245 | 0.50 |
Prancis (AA) | 0.009 | 0.007 | -0.20 |
Inggris Raya (AA) | 0.631 | 0.628 | -0.30 |
India (BBB-) | 6.639 | 6.633 | -0.60 |
Jepang (A) | -0.006 | -0.004 | 0.20 |
Malaysia (A-) | 3.295 | 3.295 | 0.00 |
Filipina (BBB) | 4.855 | 4.855 | 0.00 |
Rusia (BBB) | 6.2 | 6.21 | 1.00 |
Singapura (AAA) | 1.688 | 1.709 | 2.10 |
Thailand (BBB+) | 1.445 | 1.435 | -1.00 |
Amerika Serikat (AAA) | 1.769 | 1.79 | 2.10 |
Afrika Selatan (BB+) | 8.985 | 8.99 | 0.50 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor