
Tutup Obligasi Rp 4,2 T, Bumi Serpong Siap Rilis Bond Lagi
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
21 January 2020 15:53

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) berencana menerbitkan obligasi denominasi dolar AS untuk membiayai kembali (refinancing) efek utang serupa yang akan jatuh tempo pada 2021 senilai US$ 300 juta atau setara dengan Rp 4,2 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$).
Obligasi baru itu akan diterbitkan oleh anak usaha BSDE yaitu Global Prime Capital Pte Ltd yang berkedudukan di Singapura.
Lembaga pemeringkat Moody's Investors Service dalam riset pemeringkatannya hari ini, Selasa (21/1/20) sudah memberikan peringkat Ba3 terhadap rencana penerbitan efek utang tersebut. Prospek (outlook) peringkat efek utang tersebut ditetapkan pada level stabil.
"Kami menilai dana dari penerbitan itu akan digunakan BSD untuk membiayai kembali obligasi dolar yang jatuh tempo pada 2021 dan hal itu positif untuk profil kreditnya, karena penerbitan baru akan memperpanjang periode rerata tertimbang jatuh tempo seluruh utang emiten properti itu," ujar Jacintha Poh, Vice President & Senior Credit Officer Moody's.
Melalui Global Prime Capital (GPC), sayap properti perumahan Grup Sinar Mas tersebut pernah menerbitkan obligasi global senilai total US$ 570 juta.
Obligasi itu terdiri dari GPC II senilai US$ 200 juta (setara Rp 2,73 triliun) yang jatuh tempo 2023, GPC III senilai US$ 70 juta (setara Rp 956,86 miliar) yang jatuh tempo 2023, GPC IV senilai US$ 250 juta (setara Rp 3,41 triliun) yang jatuh tempo 2021, dan GPC V senilai US$ 50 juta (setara Rp 683,31 miliar).
Selain obligasi dolar AS, perseroan juga masih berutang melalui obligasi berkelanjutan II/tahap I senilai total Rp 650 miliar, terdiri dari Rp 625 miliar yang jatuh tempo pada 2021 dan Rp 25 miliar yang jatuh tempo pada 2023. Secara total, seluruh efek utang rupiah dan dolar AS itu bernilai Rp 8,44 triliun.
Per 30 September 2019, Moody's mencatat 62% dari total utang emiten tidak berjaminan dan mayoritas laba serta pinjamannya berada di BSDE sebagai perusahaan induk, yang turut menjadi penjamin dari obligasi perusahaan.
Matriks kredit perusahaan properti tersebut juga dinilai Moody's masih akan serupa dengan peringkat Ba3 untuk 12-18 bulan ke depan, dengan rasio utang disesuaikan terhadap EBITDA pembangunan hunian (adjusted debt/homebuilding EBITDA) sekitar 3,5x dan homebuilding EBITDA/beban bunga di sekitar 3,1x.
Likuiditas perusahaan juga masih tetap sangat baik pada 12-18 bulan ke depan, yang didukung oleh dana kas perseroan yang berlimpah, yaitu dengan posisi kas dan setara kas Rp 6,9 triliun per September 2019.
BSDE juga diprediksi mampu menghasilkan arus kas operasional Rp 1,8 triliun dari 30 September 2019 hingga 31 Desember 2020 dan mampu menutup (1) pembagian dividen yang diproyeksi Rp 200 miliar, (2) surat utang jatuh tempo sekitar Rp 600 miliar; dan (2) proyeksi belanja modal Rp 2,5 triliun.
(irv/tas) Next Article Laba BSDE Melonjak 288,43% di H1-2019
Obligasi baru itu akan diterbitkan oleh anak usaha BSDE yaitu Global Prime Capital Pte Ltd yang berkedudukan di Singapura.
Lembaga pemeringkat Moody's Investors Service dalam riset pemeringkatannya hari ini, Selasa (21/1/20) sudah memberikan peringkat Ba3 terhadap rencana penerbitan efek utang tersebut. Prospek (outlook) peringkat efek utang tersebut ditetapkan pada level stabil.
"Kami menilai dana dari penerbitan itu akan digunakan BSD untuk membiayai kembali obligasi dolar yang jatuh tempo pada 2021 dan hal itu positif untuk profil kreditnya, karena penerbitan baru akan memperpanjang periode rerata tertimbang jatuh tempo seluruh utang emiten properti itu," ujar Jacintha Poh, Vice President & Senior Credit Officer Moody's.
Melalui Global Prime Capital (GPC), sayap properti perumahan Grup Sinar Mas tersebut pernah menerbitkan obligasi global senilai total US$ 570 juta.
Obligasi itu terdiri dari GPC II senilai US$ 200 juta (setara Rp 2,73 triliun) yang jatuh tempo 2023, GPC III senilai US$ 70 juta (setara Rp 956,86 miliar) yang jatuh tempo 2023, GPC IV senilai US$ 250 juta (setara Rp 3,41 triliun) yang jatuh tempo 2021, dan GPC V senilai US$ 50 juta (setara Rp 683,31 miliar).
Selain obligasi dolar AS, perseroan juga masih berutang melalui obligasi berkelanjutan II/tahap I senilai total Rp 650 miliar, terdiri dari Rp 625 miliar yang jatuh tempo pada 2021 dan Rp 25 miliar yang jatuh tempo pada 2023. Secara total, seluruh efek utang rupiah dan dolar AS itu bernilai Rp 8,44 triliun.
Per 30 September 2019, Moody's mencatat 62% dari total utang emiten tidak berjaminan dan mayoritas laba serta pinjamannya berada di BSDE sebagai perusahaan induk, yang turut menjadi penjamin dari obligasi perusahaan.
Matriks kredit perusahaan properti tersebut juga dinilai Moody's masih akan serupa dengan peringkat Ba3 untuk 12-18 bulan ke depan, dengan rasio utang disesuaikan terhadap EBITDA pembangunan hunian (adjusted debt/homebuilding EBITDA) sekitar 3,5x dan homebuilding EBITDA/beban bunga di sekitar 3,1x.
Likuiditas perusahaan juga masih tetap sangat baik pada 12-18 bulan ke depan, yang didukung oleh dana kas perseroan yang berlimpah, yaitu dengan posisi kas dan setara kas Rp 6,9 triliun per September 2019.
BSDE juga diprediksi mampu menghasilkan arus kas operasional Rp 1,8 triliun dari 30 September 2019 hingga 31 Desember 2020 dan mampu menutup (1) pembagian dividen yang diproyeksi Rp 200 miliar, (2) surat utang jatuh tempo sekitar Rp 600 miliar; dan (2) proyeksi belanja modal Rp 2,5 triliun.
Seri | Jumlah (Rp miliar) |
Obligasi Berkelanjutan II/Tahap I/A/2021 | 625 |
Obligasi Berkelanjutan II/Tahap I/B/2023 | 25 |
Global Prime Capital II/2023 | 2733.72 |
Global Prime Capital III/2023 | 956.86 |
Global Prime Capital IV/2021 | 3416.57 |
Global Prime Capital V/2021 | 683.31 |
Sumber: Laporan keuangan BSDE
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Laba BSDE Melonjak 288,43% di H1-2019
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular