
Harga Batu Bara Turun Lagi, Gegara Ramalan IMF soal India
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
21 January 2020 11:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan kemarin, harga batu bara kembali ditutup melemah walau koreksi yang terjadi tak setajam periode sebelum-sebelumnya. Outlook perlambatan ekonomi global yang masih menyelimuti tahun 2020 membuat batu bara terancam kembali kehilangan tenaga.
Kemarin, Senin (20/1/2020) harga batu bara kontrak acuan ICE Newcastle ditutup melemah 0,14% ke level US$ 71,4/ton. Sejak menyentuh level tertingginya pada 13 Januari 2020 harga batu bara terus mengalami koreksi. Artinya harga batu bara telah terkoreksi 7,4% hingga periode kemarin.
Aktivitas perdagangan batu bara awal tahun ini memang masih belum pulih benar. Hal itu tercermin dari aktivitas perdagangan menggunakan kapal kargo jenis Capesize. Kapal kargo jenis ini biasanya memuat bijih besi dan batu bara dengan kapasitas muatan total 170.000-180.000 ton.
Indeks Baltic Capesize juga masih terkoreksi 72 poin atau 9,2% menjadi 712 pada Jumat pekan lalu. Rata-rata earnings harian kapal Capesize pun mengalami penurunan US$ 449 menjadi US$ 8.352.
Teranyar, Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas ramalan pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2020 dan 2021. Tahun ini IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi berada di angka 3,3% turun dari prediksi sebelumnya di 3,4%.
Hal ini disebabkan karena India dan sebagian negara berkembang lain mengalami perlambatan ekonomi lebih tajam dari yang diperkirakan. Perlambatan ekonomi yang masih mungkin terjadi di India bukan kabar baik untuk batu bara. Pasalnya India merupakan salah satu konsumen batu bara terbesar setelah China.
Di sepanjang 2019 sektor utilitas India juga sedang tak baik-baik saja. Berdasarkan studi The Institute for Energy Economics and Financial Analysis, sejak April-Oktober tahun lalu, konsumsi batu bara termal untuk pembangkit listrik turun 2,3 juta ton dibanding periode yang sama tahun lalu, mengutip Quartz India. Jadi kalau pertumbuhan ekonomi India masih akan melambat jelas bukan kabar baik untuk batu bara.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/tas) Next Article Ukur Sentimen Pendorong Koreksi Harga Batu Bara
Kemarin, Senin (20/1/2020) harga batu bara kontrak acuan ICE Newcastle ditutup melemah 0,14% ke level US$ 71,4/ton. Sejak menyentuh level tertingginya pada 13 Januari 2020 harga batu bara terus mengalami koreksi. Artinya harga batu bara telah terkoreksi 7,4% hingga periode kemarin.
Aktivitas perdagangan batu bara awal tahun ini memang masih belum pulih benar. Hal itu tercermin dari aktivitas perdagangan menggunakan kapal kargo jenis Capesize. Kapal kargo jenis ini biasanya memuat bijih besi dan batu bara dengan kapasitas muatan total 170.000-180.000 ton.
Indeks Baltic Capesize juga masih terkoreksi 72 poin atau 9,2% menjadi 712 pada Jumat pekan lalu. Rata-rata earnings harian kapal Capesize pun mengalami penurunan US$ 449 menjadi US$ 8.352.
Teranyar, Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas ramalan pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2020 dan 2021. Tahun ini IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi berada di angka 3,3% turun dari prediksi sebelumnya di 3,4%.
Hal ini disebabkan karena India dan sebagian negara berkembang lain mengalami perlambatan ekonomi lebih tajam dari yang diperkirakan. Perlambatan ekonomi yang masih mungkin terjadi di India bukan kabar baik untuk batu bara. Pasalnya India merupakan salah satu konsumen batu bara terbesar setelah China.
Di sepanjang 2019 sektor utilitas India juga sedang tak baik-baik saja. Berdasarkan studi The Institute for Energy Economics and Financial Analysis, sejak April-Oktober tahun lalu, konsumsi batu bara termal untuk pembangkit listrik turun 2,3 juta ton dibanding periode yang sama tahun lalu, mengutip Quartz India. Jadi kalau pertumbuhan ekonomi India masih akan melambat jelas bukan kabar baik untuk batu bara.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/tas) Next Article Ukur Sentimen Pendorong Koreksi Harga Batu Bara
Most Popular